Kematian

1.2K 143 33
                                    

"Kematian hanya sekali tapi sangat ditakutkan."
-Stylly Rybell, Warm Rain

Detik demi detik berlalu tanpa peduli akan banyaknya insan yang menginginkan waktu berjalan lambat bahkan memutar balikkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detik demi detik berlalu tanpa peduli akan banyaknya insan yang menginginkan waktu berjalan lambat bahkan memutar balikkannya. Terpaan angin membelai lembut permukaan wajah Lidya meski gadis itu sama sekali tidak memedulikannya.

Lidya tidak memerhatikan jalanan yang tengah ia lalui, tatapan kosongnya melambangkan pikirannya tengah sibuk sendiri. Sementara Aaron pun tidak berniat memulai percakapan, ia fokus mengendarai motor sport-nya.

Bukan tanpa sebab Lidya terdiam seperti itu melainkan memikirkan pernyataan Aaron yang begitu menyeramkan untuk Lidya. Tidak pernah terbayangkan gadis sepertinya menyukai seorang 'pembunuh' di mana pembunuh itu tengah diburu oleh para polisi. Lidya tahu benar ia sangat berdosa mendiamkan kenyataan tapi ia akan merasa lebih berdosa mencoreng kepercayaan yang diberikan Aaron padanya untuk tidak memberitahukan siapa pun. Lidya bertekad menyembuhkan sosok yang ia sayangi itu.

"Lidya." Panggilan itu membuat Lidya mendongak menatap spion, di mana ia dapat melihat Aaron yang ditutupi oleh kaca helmnya. "Turun!"

Perintah Aaron membuat Lidya terperangah, mereka berada dalam hutan dan gadis malang itu sama sekali tidak menyadarinya sejak tadi, ia terlalu hanyut dalam pikirannya sendiri. Akankah sosok yang ia sayangi itu berniat melenyapkannya di sana? Tanpa sadar mata Lidya menghangat.

"K-kak, ini hutan- aku-" Lidya tergagap-gagap ia tidak tahu harus berucap apa dan berbuat apa yang pasti jika ia melawan, Aaron akan berbuat buruk padanya jadi Lidya menurut untuk turun dari motor.

"Aku cuma mau bicara serius sama kamu." Perkataan Aaron terdengar amat dingin meski pria itu sambil membuka helmnya dan turun dari motor. Aaron menatap Lidya dengan amat serius sehingga tanpa sadar bulir bening mengucur dari sudut mata Lidya.

"Kamu enggak perlu takut selama kamu menjadi gadis baik kamu akan aman tapi," Aaron menggantung kata-katanya semakin mendekat pada Lidya yang sudah membatu serta bergetar hebat. Aaron mengusap pipi Lidya lembut. "Apa kamu gadis baik?"

Lidya tidak menjawab ia tidak bisa, seolah-olah apa pun yang ia lakukan nanti akan menimbulkan hal buruk jadi lebih baik ia diam, bukan? Aaron bisa melakukan apa saja padanya saat ini bahkan membunuhnya tapi satu hal yang ingin ditanyakan Lidya. "Apa cuma Adelia?"

Tatapan Aaron mendingin, seringai di bibirnya kian melebar diikuti gelak tawa yang amat mengerikan di telinga Lidya tapi mendadak tawa itu berhenti dan tatapan Aaron menusuk Lidya. "Yang mana lebih penting, nyawamu atau jawabanku?"

Lidya menggertakkan gigi di balik bibir mungilnya, matanya terus saja berkaca-kaca dan menjatuhkan bulir-bulir bening. "Jawab, kak! Akh-"

Lidya merasa punggung dan kepalanya membentur pohon di belakangnya meski tidak cukup kuat tapi tentu saja ia terkejut ditambah lagi terdapat pisau mengacung di leher jenjangnya. Aaron benar-benar berbeda sekarang, inikah sosok aslinya? Inikah sosok yang diwariskan oleh ayahnya? Lidya menatap lurus ke dalam bola mata cokelat karamel Aaron, ia tidak percaya, Aaron mengatakan pria itu mencintainya, bukan? Tapi mengapa Aaron bisa melakukan hal ini padanya?

Warm Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang