Suka

1.1K 125 18
                                    

HOLA SAYANG²KU YANG SETIA MENUNGGU UPDATE AN CERITA INI AKU UPDATE LAGI HEHE... ENJOY~
















"Hatiku yang menyukaimu tapi bibirku yang gengsi."
-Stylly Rybell, Warm Rain

Singkatnya, Aaron dan ayahku bertengkar persoalan masa lalu ayahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singkatnya, Aaron dan ayahku bertengkar persoalan masa lalu ayahku. Dan kamu pasti tahu persoalan apa itu, kan?

Perkataan Louis kala itu membuat Lidya terngiang-ngiang, langkah kakinya memang tiada henti tapi tatapan kosong dan pikirannya terbang entah ke mana. Lidya diantar Louis sedikit jauh dari rumahnya karena Louis punya firasat Aaron pasti datang ke rumah Lidya. Tapi hingga Lidya sudah sampai di kamarnya pun tidak ada tanda-tanda keberadaan Aaron.

Lidya merebahkan tubuhnya ke atas queen size-nya, ia tidak habis pikir bagaimana caranya Lidya membujuk Aaron untuk berbaikan dengan ayahnya. Mengapa Louis memberikan kepercayaan sebesar ini padanya? Lidya hanyalah teman untuk Aaron. Apa sebaiknya Lidya tanya pada Ian? Tapi apa tidak apa-apa? Bukankah ini urusan privasi keluarga Aaron? Tapi tidak mungkin Ian tidak mengetahui hubungan Aaron dan ayahnya, bukan?

Lidya menutup matanya membiarkan perutnya kosong sebelum terlelap. Ia merasa sangat lelah, bukan lelah fisik tetapi lelah dalam pikiran. Aaron benar-benar mengubah hidupnya yang membosankan menjadi lebih berwarna. Lidya kembali membuka matanya, ia menelepon Nadine, ia butuh saran dari sahabatnya itu tapi sialnya tidak diangkat sehingga Lidya memilih untuk tidur saja pukul 8 saat itu.

Di lain sisi Louis memasuki kamarnya di mana Aaron duduk di sofa sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Jangan ditanya bagaimana kondisi jantung Louis saat itu karena ia gugup tidak karuan dan hampir lupa caranya bernapas. Bisa-bisa wajahnya bonyok menerima bogeman kakaknya jika ia salah bertindak. Mereka hanya bertatapan, Aaron menatapnya tajam dipadu dengan sangat dingin sementara Louis seperti maling kepergok pemiliknya.

"Kamu ngomong apa sama Lidya?" Pertanyaan Aaron bagaikan ditimpa batu besar di kepala Louis, benar-benar telak.

"Maksudmu?!" Balas Louis dengan nada tinggi seolah-olah tidak terima ia dituduh.

Aaron melepas kaitan tangannya kemudian berdiri mendekati adiknya dan pada saat itu juga Louis mundur satu langkah was-was. Louis menebak Aaron pasti berniat untuk menghajarnya. Tapi pemikiran itu terhenti seiring Aaron menghentikan langkah kakinya tepat di hadapan Louis, menatapnya dingin dan kembali melipat kedua tangan di depan dada.

"Lain kali kalau mau buat kejahatan bunuh dulu saksi mata." Ucapan Aaron mengundang tanda tanya besar di kepala Louis. Aaron menaikkan salah satu alisnya. "Bibi Ola yang bilang." Saat itu juga Louis menepuk jidatnya, ia lupa bahwa ia memberitahu namanya pada asisten rumah tangga Lidya. "Kamu bilang apa, bodoh?"

Louis memasukkan tangan kanannya ke saku celana kemudian membuka mulut. "Aku-" sebelum Louis menyelesaikan perkataannya Aaron sudah memotongnya.

"Jangan kamu kira aku enggak tahu, kalau kamu mau berbohong pasti kamu memasukkan tangan kananmu ke saku celana." Aaron menyeringai tipis, menatap Louis dengan sangat dingin membuktikan tidak ada yang dapat disembunyikan adiknya. "Aku punya batas kesabaran, adikku sayang."

Warm Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang