Prolog

27.8K 1.7K 168
                                    

"Na, teman gue bilang, tiga bulan aja gue nggak ngasih nafkah batin sama elo, status kita jadi auto cerai," ujar Seto sembari menjadikan kedua lengannya sebagai bantal. Matanya menatap langit-langit kamar. Sementara sudut mulutnya menyeringai jahil.

"Hah? Maksud lo?" Luna mengangkat kepalanya, kaget dengan pernyataan Seto.

"Minggu depan, tepat tiga bulan kita nikah. Gimana, dong?"

"Lo mau ceraiin gue?"

"Bukan gitu. Tapi, ehm..., ya begitulah!" jawab Seto cengengesan.

"Begitulah, apanya?"

"Ya, kita harus melakukan 'itu' biar nggak cerai."

"Itu? Maksud lo—?" Luna terbelalak.

Jangan yang itu, please!

"Astaga, Luna!" Seto mendelik. "Lo kok bego amat, sih? Ya itu, making love, berhubungan, coitus, apalagi sih bahasanya biar lo ngerti? Dasar perawan tua!"

Luna mematung. Wajahnya merah padam. "Aduh, terus gimana, dong?"

"Apa kita mulai aja sekarang?" Mimik wajah Seto berubah serius menatap mata Luna dalam-dalam.

Luna gelagapan. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Hubungan seksual adalah sesuatu yang sangat dihindarinya mati-matian.

Sebelumnya, ia cukup lega menjalani pernikahan platonik yang melibatkan mereka berdua. Ia dan Seto tidak memiliki rasa apapun, hanya pasangan yang sama-sama terjebak dan bertingkah layaknya teman yang tinggal se rumah.

"Aduh, gue takut!" Luna mencicit ngeri. Wajahnya pias seputih kapas.

"Halah, sakitnya sampai gol doang, kok! Habis itu, gue jamin lo ketagihan!" ledek Seto meremehkan.

"Bu–bukan itu ...!"

"Lalu?"

"Memangnya, lo bisa turn on kalau sama gue?"

Seto mengangkat bahu, berpura-pura mengabaikan hasratnya sendiri. "Kita nggak akan pernah tahu, kalau tidak mencobanya."

Hening.

"Na?"

"Ya sudah, ayok!" ucap Luna cepat.

Seto membalikkan tubuhnya menghadap Luna. "Lo yakin?"

Luna mengerjap. Tentu saja ia tidak yakin. Tapi ... mungkin bersama Seto, ia akan baik-baik saja.

"Ya sudah."

Seto merapatkan tubuhnya ke arah Luna hingga ia bisa mencium aroma sabun mandi yang menguar dari tubuh isterinya itu.

Perlahan-lahan ia mendaratkan bibirnya ke bibir Luna dan menggerakkannya. "Buka, Na!" Ia berdecak kesal melihat reaksi Luna yang menutup mulutnya rapat-rapat.

Luna menurut. Ia membuka belahan bibirnya hingga Seto leluasa memagutnya.

Seto melumat bibir ranum itu dan memainkan lidahnya.

Tangannya turun mengelus leher Luna dan turun ke dadanya.

Luna menegang. Tiba-tiba, tubuhnya menggigil hebat.

Seto terperangah.

"Na!" Ia mengguncang tubuh Luna yang terus menggigil.

Luna gemetar ketakutan dan memekik nyaring. "JANGAAAAAN!!!"

"Luna! Lo kenapa, sih?!" pekiknya panik. "Luna!"

Tak berapa lama kemudian, Luna berlari tersaruk-saruk ke kamar mandi, meninggalkan Seto yang menatapnya kebingungan.

Seto mengerang dalam hati.

Alamak! Gagal lagi!

Platonic Marriage (END - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang