3. Masa lalu

44.4K 2.3K 8
                                    

Nara melempar helmnya ke lantai teras rumah dengan keras membuat beberapa bagian helmnya itu terlihat copot dan lecet.

"ARGH! lagi-lagi kenapa gue harus kalah ngelawan dia sih?!" kesal Nara emosinya sudah memuncak.

Ia masuk sembari memegang lengan kirinya. Namun,ia terkejut ketika menyadari bahwa pintu rumahnya tidak di kunci. Ia rasa sepertinya sudah mengunci pintu sebelum berangkat, lalu siapa yang masuk?

"Loh kok pintu ini ga kekunci sih? Perasaan udah gue kunci sebelum pergi tadi. Wah apa ada maling, berani banget masuk rumah gue!" tebak Nara yang tidak-tidak.

Ia cepat-cepat masuk ke dalam rumah sembari menyiapkan diri untuk menghajar pencuri yang masuk ke dalam rumahnya.

"Woi siapa yang masuk rumah gue hah?!" teriak Nara sangat kencang dan menggema di setiap sudut rumah.

Lalu,seseorang berdiri menghadap Nara, sontak membuat Nara terkejut di buatnya.

"Tante?" kaget Nara melihat tantenya berkacak pinggang sembari menatapnya tajam.

"Iya. Kenapa?" Ria atau tante Nara itu menghampiri Nara yang masih diam di tempatnya.

Nara memalingkan muka ketika Ria mendekat padanya rasanya sangat muak jika ada seseorang masuk kedalam rumahnya tanpa ijin.

"Ngapain tante di sini?" Tanya Nara dengan nada sinis.

"Tante mau ngobrol sama kamu." jawab Ria sembari memegang pundak Nara,namun segera di tepis olehnya.

Nara duduk di sofa ruang tamu, menutup mata sebentar lalu membukanya kembali dan menatap tantenya.

"Mau ngomong apa?" tanya Nara ketika Ria sudah duduk berhadapan dengannya.

"Kamu ga capek terus-terusan hidup sendiri kaya gini?" tanya Ria serius.

"Maksud tante?" Nara bertanya kembali.

"Apa kamu ga cape terus-terusan hidup sendiri tanpa orang tua kamu? Tante tau kamu kecewa sama mamah dan papah kamu. Tapi mau sampai kapan Ra? Sampai kamu menikah nanti apa kamu mau orang tua kamu gak hadir di pernikahan? Ra dengerin tante, tante tau kamu gadis lugu tante tau kamu baik, dan kamu berubah karena masalah keluarga kamu itu. Tapi coba kamu maafkan mereka, mereka semua sudah menyesali semuanya." Ria coba menjelaskan semuanya pada Nara agar gadis itu mau kembali ke keluarganya.

"Tante cukup!" Nara beranjak dari duduknya.

"Tante ga tau gimana perasaan Nara ketika Nara mau terbunuh sama keluarga Nara sendiri! Dan tante ga tau gimana sakit hatinya Nara ketika Nara masih punya keluarga lengkap, tapi apa? Orang tua Nara malah nitipin Nara le panti asuhan! Bahkan mungkin mereka ga layak di panggil orang tua!" Nara meluapkan semua emosinya.

Ria beranjak dari duduknya dan menatap tidak percaya kepada Nara.
"Nara! Bagaimanapun mereka itu orang tua kamu. Tante mohon kamu ga boleh kaya gini terus kamu juga butuh keluarga. Ga bisa tinggal sendiri terus di rumah ini Nara, kamu butuh mereka!" Ria membalas dengan air mata yang sudah menetes membasahi pipinya.

"Nara ga butuh keluarga itu tante! Tante tau kejadian di mana mereka hampir membuat Nara kehilangan nyawa tante tau itu kan?! Tapi kenapa tante malah ngebelain mereka yang udah jelas-jelas salah!" Nara hampir mengeluarkan air matanya namun sebisa mungkin ia menahan tangisannya itu agar tidak terlihat lemah.

"Tante ga mau kamu hidup sendiri Nara, tante pengen kamu seperti dulu lagi. Tante mohon Ra. Semua keluarga kamu itu gak sengaja hampir membuat kamu kehilangan nyawa, asal kamu tau itu. Tante mohon Nara." Ria menggenggam tangan Nara dengan tatapan mata memohon pada gadis yang tidak lain ponakannya sendiri.

"Cukup tante cukup! Sekarang tante pergi dari rumah Nara. Nara capek tante gini terus. Tante aku mohon, tante cepet pergi sebelum aku lebih nekat buat ngusir tante secara paksa." ucap Nara menahan tangisnya.

Ria mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Nara dengan perasaan bersalah sekaligus ia kasihan dengan keponakannya itu. Ia tahu Nara sangat sakit hati dengan keluarganya. Tapi,ia juga ingin Nara seperti dulu.

Nara menutup pintu rumahnya, lalu berlari ke arah kamarnya yang ada di lantai dua. Menutup pintu kamarnya rapat. Hanya bisa bersandar sembari menumpahkan semua air mata yang tak sanggup ia tahan lagi.

Kenapa hidup gue kaya gini? Batin Nara.

Hanya bisa menangis membayangkan masa lalunya yang mengerikan dan tak pantas di ingat lagi.

**

ALNARA

VOTE+COMEN

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang