Nara baru saja pulang dan melihat ada Ray di depan rumahnya membawa beberapa koper. Nara segera turun dari motor Aldran dan dengan cepat menghampiri Ray.
"Lo mau kemana? Ini apaan bawa-bawa koper? " tanya Nara.
Ray memeluk Nara dengan erat, menangis. Itu yang terlihat di mata Nara, Aldran tak masalah jika Ray memeluk Nara sebagai perpisahan karena harus ke Singapore untuk pengobatan penyakitnya.
"Jaga diri lo baik-baik ya Ra. Kan udah ada Aldran jagain lo. " Nara segera melepaskan pelukannya dari Ray.
"Maksud lo apa? " Nara menangis, wajah Ray yang tampak pucat membuatnya khawatir.
"Gue harus ke Singapore, buat berobat. " jawab Ray dengan senyum.
Jantung Nara berdebar sangat cepat, ia tak menyangka Ray menyembunyikan penyakit darinya."Sakit apa? " lirih Nara ia menggenggam tangan Ray, yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.
Ray mengelus surai hitam Nara dengan lembut dan menatap matanya dalam. Hal itu berefek pada Nara. Tatapan teduh Ray menenangkannya walau hanya sedikit.
"Hemofilia. "
Deg!
"Hemofilia? " Nara tak percaya. Badannya seketika lemas. Aldran memegangi pundak Nara.
Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah. Hemofilia timbul jika ada kelainan pada gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII).
"Kenapa lo nyembunyiin semuanya? " tanya Nara.
Ray tersenyum tipis. "Gue ga mau lo khawatir. " jawab Ray.
"Tapi lo janji ga bakal ninggalin gue." Nara menitikkan air mata. Begitupun Ray.
"Ra, kalau kamu sayang sama Ray, biarin dia berobat demi kesembuhan dia. " ucapan Aldran ada benarnya. Nara tidak perlu khawatir, Ray pasti kembali. Ia sangat yakin.
Nara memeluk Ray dengan erat rasanya berat untuk berpisah dengan Ray. "Lo harus sembuh dan jagain gue lagi! " ucap Nara.
Ray tersenyum. "Pasti. " Ray melepas pelukannya dan mengambil koper. "Gue pergi dulu ya Ra. Jaga diri baik-baik. Dan lo Al, jangan pernah sakitin Nara,lo harus jagain dia. Kalau lo hianat sama janji lo. Lo bakal tau akibatnya. " ucap Ray dengan terkekeh.
"Siap bang! " Aldran memeluk Ray ala lelaki.
Ray melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Nara dan masuk ke dalam mobilnya.
Nara masih tak menyangka dengan semua ini. Ray punya penyakit yanga Nara tak tahu. "Lo harus sembuh! "
**
"Ra? " Aldran membuka pintu kamar Nara, terlihat ia sedang memainkan gitar di balkonnya.
Aldran segera menghampiri gadis itu, alunan gitar membuat Aldran tersenyum. "Kok belum siap-siap? " tanya Aldran.
Nara terkejut dengan kedatangan Aldran yang tiba-tiba. "Ngagetin aja. " kesalnya.
"Tadi dah manggil loh aku. Kamu aja yang ga denger. "Aldran duduk di samping Nara di sebuah bangku di balkon kamar Nara.
"Aku punya sesuatu nih! " Aldran memberikan paper bag pada Nara.
Nara menerima pemberian Aldran. "Apa nih? " Nara mengintip apa yang ada di dalamnya.
Tangannya tergerak untuk mengambil benda berbentuk persegi panjang yang ada di dalam paper bag. Ketika ia mengeluarkan benda tersebut matanya berbinar sekaligus sangat senang. Sebuah pigura yang ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil berwarna putih, dengan foto-foto Nara dan Aldran, di mana mereka pergi ke pasar malam dan foto ketika Aldran dan Nara di dekat danau ketika acara camping.
"Makasih. " ucap Nara.
"Kamu suka? " tanya Aldran memastikan, Nara mengangguk dengan senang.
Aldran mengelus surai hitam Nara dan menyelipkan helaian rambut Nara ke belalang telinganya.
Nara membalikkan foto dan terdapat tulisan. Alnara, always together anytime and anywhere.Nara terkekeh melihatnya. Aldran juga, Aldran meminjam gitar Nara dan memainkan beberapa kunci lagu. "Daren berhasil keluar dari penjara. " Ucap Aldran. Nara awalnya cukup terkejut dengan hal itu.
Namun, ia merasa sudah tidak perduli lagi dengan Daren. "Kenapa kamu benci Daren?" Pertanyan itu tiba-tiba lolos dari mulut Nara tanpa ia tahu kenapa ia bertanya seperti itu.
Aldran menatap langit malam, mungkin ini waktunya memberi tahu Nara karena ia pun adalah kekasihnya. Aldra menghela nafasnya.
"Kamu inget aku pernah punya cinta pertama? Dulu, aku sama Daren sahabatan. Waktu aku suka sama Firna, tapi Daren selalu berusaha buat jauhin aku sama Firna karena dia suka sama Firna juga. Tapi, Firna lebih milih Daren. Di situ persahabatan kita hancur. Aku pindah sekolah setelah itu,dan emang pindah rumah juga. Ga tau kenapa aku ga mau lagi kenal sama Firna walau dia sahabat aku. Waktu itu aku masih maafin Daren dan ga sebenci sekarang. Tapi sayangnya, Daren berkhianat sama Firna dia malah selingkuh. Bodohnya, Firna terlalu sayang sama Daren dia mau aja di selingkuhin sama Daren, aku selalu minta dia buat jauhin Daren, tapi dia selalu beranggapan kalau aku cuman mau jauhin dia Sama Daren, hingga waktu itu Firna selalu dapet perlakuan ga baik dari Daren selalu di aniaya. Sampe Firna harus ke psikolog dan hampir bunuh diri. Aku benci Daren waktu itu dan berusaha menjauhkan Firna dari Daren. Tapi sampai sekarang aku ga tau Firna di mana. " jelas Aldran dengan sangat panjang lebar.
Nara bingung harus menjawab apa. Ada rasa cemburu di hati Nara ketika Aldran begitu sayang dengan Firna cinta pertamanya. "Apa kamu masih ada perasaan sama dia? " tanya Nara.
Aldran menoleh ke arah Nara. "Kan aku udah punya kamu." Aldran tersenyum manis pada Nara membuatnya blushing seketika.
"Eitss merah-merah gitu. " tawa Aldran pecah seketika melihat wajah Nara yang sangat imut jika sedang malu.
Nara malah memalingkan mukanya terlalu malu. Ia memilih menatap langit malam yang sangat indah dengan taburan bintang yang berkelap kelip.
"Sebenarnya aku masih sayang sama dia. Tapi sayang karena sahabat aja ga lebih. Tapi percaya, aku cinta plus sayang sama kamu Ra, cuman sama kamu, ga ada yang lain. " ucap Aldran menatap mata Nara dalam.
**
Kok baper sendiri gitu ya sama omongan Aldran:(
Gimana nih... Sama chapter ini... Jangan lupa vote, comen yaaa hehe...Oh ya grup chat Alnara opmem lohhh yang mau masuk yuk cek ig Alnara @alnara. official
Di tunggu...
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ALNARA [COMPLETE]
Ficção Adolescente[TAHAP REVISI] Siapa yang tidak tahu Nara Almira? Cewek tomboy dengan keahlian beladiri yang hebat dan suka mengendarai motor besar di tambah sikap cueknya yang menjadikan Nara tidak punya teman di sekolahnya. Akibat jauh dari keluarganya Nara h...