34. Boncengan Sepeda

21.7K 1K 20
                                    

Nara datang membawa kantung plastik berisi minuman yang ia beli tadi. Ia membeli 3 botol minuman, untuknya, Ray, dan Aldran sekalian. Ia melihat Ray dan Aldran tengah mengobrol serius.

Mereka gak ngambekan atau adu mulut kan? Adem anyem perasaan. Batin Nara,lalu ia menghampiri keduanya yang langsung menatapnya.
Nara berdehem untuk menetralkan kecanggungan yang melandanya saat ini.

"Ini gue beliin minuman buat kalian," ucap Nara sembari memberikan 2 botol minuman pada Aldran dan Ray, dan langsung di terima oleh keduanya.

"Thanks. " ucap keduanya bersamaan membuat mereka saling menatap satu sama lain dengan sebelah halis yang terangkat.

Mereka  meminum minumannya bersamaan membuat Nara terkekeh melihatnya. Ray melihat ke arah jam tangannya dan berdiri menghampiri Nara.

"Gue pulang duluan ya, lo sama Aldran jangan ngikut pulang sama gue nanti ga ada temen," Pamit Ray. Nara berdecak kesal,bukannya ia tidak mau bersama Aldran namun tidak bisakah Ray ikut menemaninya?

"Kok buru-buru, lo bosen main sama gue? " tebak Nara dengan asal.

"Gue ada urusan kuliah. Gue balik naik ojek online aja nanti ngambil motor. Gue pamit ya." Ray lalu bersiap pergi tapi Nara menahan tangannya.

"Lo nyembunyiin apa dari gue? Lo kenapa seakan ga mau berlama-lama sama gue," Pertanyaan bertubi-tubi dari Nara membuat Ray diam, lelaki itu segera melepaskan tangan Nara yang mencekal pergelangan tangannya.

"Gue janji, gue bakal nemenin lo lagi tapi bukan sekarang. Ada orang yang bakal terus setia jagain lo lebih dari gue," Setelah itu Ray pergi meninggalkan kedua orang tersebut, dan Nara kini tidak mencegahnya seperti tadi.

Nara tahu Ray tidak suka di larang jika keputusannya sudah bulat tapi ia juga masih penasaran dengan ucapan Ray tadi. Aldran melihat raut wajah Nara yang berubah segera menghampirinya.

"Ra, dari pada lo sedih dan muka lo makin jelek gitu bibir lo kaya bebek mending lo main aja sama gue," ucap Aldran. Nara yang di katai seperti itu langsung menatap Aldran dengan tatapan tajam.

Anjir!  Salah ngomong gue. Batin Aldran merutuki kebodohannya.

Nara pergi meninggalkan Aldran entah ingin pergi ke mana. Aldran tidak diam, ia malah mengikuti Nara dari belakang.

"Lo sayang banget kayanya sama Ray," ucapan Aldran berhasil membuat Nara memberhentikan langkahnya.

"Gue udah anggap dia kaya abang gue sendiri, dia yang udah nemenin gue sampe gue setegar ini."

Nara berjalan mendekati sebuah pohon besar yang rindang dengan rumput hijau di bawahnya. Ia bersandar di pohon itu sembari melihat larut dalam fikirannya, Aldran ikut duduk di sampingnya sembari melihat hamparan bunga.

"Gue gak tahu caranya balikin mood cewek," Aldran berucap, tapi pandangannya fokus ke arah depan.

Suasana hening. Nara hanya diam tanpa berniat memulai obrolan sedangkan Aldran mati-matian mencari topik untuk di jadikan bahan obrolan dengan Nara.
Aldran menatap sepeda milik Nara yang terparkir dekat lapang tadi.

"Main sepeda yuk! " ajak Aldran, ia segera menarik tangan Nara dan mengajaknya bermain sepeda.

"Emang lo bisa? " tanya Nara ketika Aldran menaiki sepedanya.

"Tinggal di dorong pake kaki aja jadi."

"Bukan naik sepeda namanya. " Aldran memutar bola matanya malas.

"Bawel lo, udah naik aja kali." Nara hanya menuruti apa yang di katakan Aldran karena sedang malas berdebat kali ini.

Aldran mulai mengayuh sepeda. Namun, baru satu goesan ia hampir kehilangan keseimbangannya, dan spontan Nara memeluk pinggang Aldran dengan erat karena terkejut. Aldran berdehem karena salah tingkah, lebih tepatnya malu.

"Eh sorry-sorry," Aldran meminta maaf. Nara yang merasa ragu akhirnya memilih turun dari boncengan.

"Sini ah gue aja, " Nara memegang stang sepeda agar dirinya yang membawa sepeda.

"Yah jangan ngambek dong Ra, kan baru pemanasan elah, "

"Ga ngambek tapi sebelum kita nyungseb ke got mending gue aja deh," Niat Nara baik, ia tidak mau jatuh di tengah jalan nanti hanya karena Aldran yang membawa sepedanya.

"Masa cewe bonceng cowo sih malu lah," Aldran terus memberi alasan.

"Mau bonceng bencong juga santuy gue mah," Balas Nara membuat Aldran menghela nafasnya pasrah.

Oke kali ini Aldran mengalah ia memang sudah lama tidak bermain sepeda seperti ini. Apalagi membawanya,tapi intinya Aldran bisa untuk membawa sepeda.

"Tapi nanti gantian," ucap Aldran sebelum akhirnya turun dan di gantikan Nara yang membawa sepedanya. Nara hanya mengangguk mengiyakan.

Aldran duduk dengan muka cueknya yang menghiasi. Ia duduk di boncengan dengan menghadap ke belakang dan menyandarkan kepalanya ke punggung Nara, walau hatinya tidak ikhlas dirinya di bonceng Nara.

"Yakin lo mau duduk kaya gitu? " tanya Nara memastikan.

"Emang kenapa? Yang penting gue duduk kan? Dari pada ngambang kam serem kek kunti. " 

"Ah serah lo aja, " Nara sudah mengingatkan lelaki itu, jika Aldran sampai jatuh itu bukan kesalahannya

Nara segera melajukan sepedanya tanpa  aba-aba atau menanyakan Aldran sudah siapa apa belum. Nara melajukan sepedanya dengan kecepatan kencang membuat Aldran terkejut dan tidak siap apalagi Nara membawanya dengan kecepatan sangat kencang.

"AAA!!!!! Nara gila lo gue mau jantungan Anjir! " teriak Aldran sembari berpegangan pada boncengan.

"PEGANGANNN!!!! "  Nara melihat ada turunan dan gadis itu malah sengaja tidak mengerem sepedanya agar lebih seru.

Aldran berteriak apalagi saat ini ia menghadap ke belakang dan rasanya seperti akan jatuh dan pantatnya sakit terkena boncengan besi sepeda.

"YAALLAH NARA ASTAGFIRULLAH REM GILA REMMM!!! " Nara malah tertawa bahagia.

"AAAAA SEPATU GUE COPOT ANJIR!!! " Teriak Aldran ketika sepatunya jatuh di tengah jalan turunan.

Ciiiiittttt!!!!

Nara mengerem sepedanya mendadak saat menyadari sepatu Aldran copot di tengah jalan.
Aldran refleks terhuyung ke belakang dan menubruk punggung Nara.

"Ih apa nih nabrak punggung gue! " protes Nara. Aldran turun dan segera mengambil sepatunya sebelum ada kendaraan lain yang melintas.

Lalu kembali menghampiri Nara yang melihatnya sembari tertawa.
"Untung gue gak mati," Aldran bersyukur lalu kembali duduk di boncengan dengan nafas terengah-engah.

"Jangan dong gue ga mau masuk penjara cuman gara-gara bawa sepeda ugal ugalan," Nara malah terkekeh.

"Untung aja gue ga jatuh ke depan Ra posisi gue seakan-akan mau jungkir balik ke depan, mana pusing lagi duduk malik ke belakang.l, " keluh Aldran ia memijit kepalanya yang teasa pusing.

"Ya maaf deh. Sebagai ucapan maaf gue traktir ya," Ada rasa penyesalan sebenarnya ia tidak bermaksud untuk membuat Aldran tersiksa seperti tadi.

"Santuy aja kali, ga usah minta maaf gitu. Gue kan baik hati dan ganteng jadi santai aja," Lelaki itu malah menyombongkan diri

"Idih! Kepedean!" cibir Nara.

Kini Aldran dan Nara bergantian. Aldran yang membawa sepeda dan Nara yang duduk di boncengan.

"Gue yang bawa, biar sweet, " ucap Aldran sembari menaik turunkan alisnya  dan tersenyum jahil.

"Sweet-sweet gula merah tuh sweet. Kan manis," balas Nara dengan tawanya.

"Manisan gue. Gue manis lebih dari apapun,"  Aldran langsung melajukan sepeda Nara dengan kecepatan normal.

**

ALNARA

VOTE+COMEN

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang