33. Ray dan Nara

22.3K 1K 10
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Rasanya Nara enggan terbangun dari tidurnya, tapi suara bel rumah mengganggu tidur nyenyak nya. Nara turun ke lantai bawah dengan matanya yang sedikit tertutup akibat masih mengantuk. Sedangkan bi Sri akan kembali ke rumahnya nanti siang.

Ceklek!

Nara membuka pintu sembari membereskan rambutnya yang berantakan dan mengikatnya asal.
"Baru bangun nih keliatannya," ucap seseorang di hadapannya.

Nara seperti tak asing dengan suara ini,ia segera mendongak dan terkejut dengan siapa yang berdiri di hadapannya dengan memakai kaos polos hitam dan memakai kemeja merahnya yang melapisi kaos hitamnya.

"Ray? " Panggil Nara dengan pelan. Ray hanya tersenyum melihat wajah polos Nara yang terlihat masih mengantuk.

"Ray lo tau gue di sini dari siapa?" bingung Nara.

"Dulu kan gue emang sering ke sini Ra."

Nara mengangguk, ah iya Nara baru ingat dulu Ray sering datang ke rumahnya. Suasana menjadi canggung karena sudah lama ia tidak berkomunikasi dengan Ray lagi, dan dengan tiba-tiba lelaki itu sudah ada di hadapannya sekarang bagaimana dirinya tidak terkejut?

"Gue mau ngajak lo jalan,mumpung masih pagi, " ucap Ray memberitahu tujuannya datang ke rumah Nara.

"Yaudah lo masuk dulu aja, gue mau mandi dulu bentar," Nara mempersilahkan Ray untuk masuk ke dalam rumahnya.

Ray mengikuti Nara dari belakang dan memilih duduk di sofa ruang tamu sembari menunggu gadis itu mandi dan bersiap.

**

Nara keluar dari kamarnya dengan celana hitam panjang dan hoodie pink. Awalnya ia malas untuk memakai hoodie itu, tapi mengingat bahwa hoodie itu pemberian dari Ray saat dirinya ulang tahun Ray pasti akan senang jika ia memakai hoodie pemberiannya tersebut.

Nara turun ke lantai 1 dan menemui Ray yang sedang memainkan handphonenya. Ray yang tersadar Nara sudah selesai lalu menoleh ke arahnya. Gadis itu begitu cute dengan hoodie pink yang ia berikan sewaktu Nara masih menjadi anggota Zard dan ketika ulang tahun gadis itu.

"Mau jalan kemana? " tanya Nara lalu duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Ray.

"Ke lapangan basket di deket komplek ini aja,"

**

Sarapan telah selesai mereka bersiap untuk pergi ke lapangan yang tidak jauh dari komplek rumah Nara dengan menggunakan sepeda. Ray sebenarnya membawa motor tetapi Nara lebih memilih menaiki sepeda miliknya dan membiarkan Ray yang membonceng, itung-itung berolahraga.

Dan akhirnya mereka sampai di lapangan yang cukup luas dengan rumput-rumput hijau di sekitarnya. Tidak terlalu banyak orang di sini mungkin di karenakan masih pagi atau terlalu malas untuk berolahraga sepagi ini.

"Tanding basket gimana? " Tawaran Ray seperti sebuah tantangan bagi Nara. Gadis itu mengangguk setuju.

"Siapa takut. " jawab Nara dengan semangat. Ray tersenyum meremehkan pada gadis itu dan mengambil bola basket yang berada dekat ring lapangan.

Mereka bermain basket dengan sengit beberapa orang yang berada di sana memperhatikan Nara dan Ray, lebih tepatnya ke arah Ray. Mereka salah fokus pada ketampanannya,apalagi dengan gaya Ray yang mengikat kemejanya di pinggang dan keringat yang membuat rambutnya basah.

Sedangkan seseorang menatap penasaran sekaligus cemburu pada Nara dan Ray.
"Kayaknya pagi-pagi dah ada yang panas nih," Adi memanas-manaskan hati Aldran yang sekarang tengah fokus menatap kedua orang yang sedang bermain basket di lapangan tersebut.

"Duh beli es batu sono biar adem, " Iam ikut-ikutan dan menyenggol bahu Aldran.

"Berisik lu pada! " Kesal Aldran, ia segera menghampiri Nara dan Ray yang sedang beristirahat di pinggir lapangan sehabis bermain basket tadi.

Nara dan Ray terkejut melihat Aldran yang menghampiri dengan raut wajah kesal dan menatap tajam pada Ray yang duduk di samping Nara. Niatnya Aldran ingin bermain basket bersama teman-temannya dan mengajak Nara, tapi ketika di telfon gadis itu tidak mengangkat telfonnya sama sekali.

"Aldran? " kaget Nara. Ray hanya menatap datar ke arah Aldran.

"Jadi karena ini lo gak jawab telfon gue?" Nara segera mengecek handphonenya dan melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Aldran.

"Bukan gitu," Nara berdiri berhadapan dengan Aldran, Ray yang peka memilih untuk menjelaskan semuanya.

"Lo beli minum gue yang jelasin," ucap Ray pada Nara. Nara melihat ke arah Aldran yang menatapnya datar.

Lalu, ia mengangguk setuju dan pergi untuk membeli minum. Ray meminta Aldran untuk duduk, awalnya ia menolak tetapi lama-lama ia menurut, tidak ada salahnya juga karena ia penasaran dengan salah satu mantan anggota Zard yang berada di sampingnya sekarang.

"Gue tau lo suka sama Nara, " Ucap Ray tiba-tiba.

"Sok tau lo."

"Gue Ray, sahabat Nara," Ray memperkenalkan dirinya dan mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Aldran.

"Aldran," Aldran membalas uluran tangan Ray.

Dam mereka terdiam sebentar larut dalam fikiran masing-masing.
"Jadi, apa yang lo mau jelasin? " tanya Aldran yang mulai tidak sabaran.

"Gue tau lo suka sama Nara, dari cara lo natap dia dan cara lo bersikap sama dia. Jangan pikir Nara bakal gue rebut dari lo," ucap Ray sembari menatap ke arah lapangan di mana beberapa orang bermain basket ataupun hanya sekedar lari pagi dan pemanasan.

"Maksud lo? " bingung Aldran. Ray menghela nafasnya.

"Gue sama Nara dah kenal lama banget. Dari sebelum Nara gabung Zard, gue udah kenal baik sama dia tapi sedeketnya kita, gue nganggap Nara senagai adik. Gue selalu berusaha lindungin Nara, sekaeang gue udah kuliah, waktu Nara keluar dari Zard gue lagi sibuk dan ga bisa gabung sama mereka. Dan sampai Nara pindah sekolah gue gal tau. Dan kemarin gue kaget ketika Nara jadi sandraan Daren, " Ray menjelaskan panjang lebar. Aldran mengerti, namun hatinya seakan masih terasa ada yang mengganjal ia merasa takut jika sewaktu-waktu mereka lebih dari perasaan kakak dan adik.

"Gue nitip Nara sama lo, gue percaya sama lo buat jagain dia selama gue ga ada. Gue bakal sibuk sama kuliah gue, dan gue bakal fokus sembuh dari penyakit gue demi Nara," lanjutnya. Aldran bingung dengan ucapan Ray yang membahas tentang penyakit.

"Penyakit? Penyakit apa? " tanya Aldran.
Ray mengehela nafasnya dan mukanya berubah menjadi sedih.

"Waktu 3 hari yang lalu dokter menyatakan kalau gue punya penyakit hemofilia. " jawab Ray. Aldran terkejut mendengar jawaban Ray.

"Lo gak bercanda kan bang? "Aldran tidak percaya karena Ray sedari tadi menemani Nara dengan wajah yang terlihat segar dan ceria.

"Gak ada untungnya gue bohong tentang penyakit. Tapi, gue minta tolong jangan sampai Nara tau tentang penyakit gue. Gue gak mau dia kepikiran atau malah sedih karena penyakit gue. Keinginan gue cuman pengen menghabiskan waktu lebih banyak sama Nara sebelum gue mulai fokus dengan pengobatan dan harus ninggalin Nara ke luar negeri nanti," Pernyataan itu menyentuh hati Aldran, awalnya ia kesal ketika Ray sangat dekat dengan Nara tapi begitu tahu alasannya kekesalan itu seketika sirna.

"Gue janji bakal berusaha buat lindungin Nara bang. Gue bakal jaga dia," ucap Aldran dengan yakin. Ray tersenyum penuh arti.

Gue ga mau liat lo sedih. Apapun bakal gue lakuin untuk mencegah lo berada dalam kesedihan. Janji. -Aldran

**

ALNARA

VOTE+COMEN

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang