52. Cemburu

16.5K 772 16
                                    

Aldran melihat Nara yang tampak kesulitan membangun tenda seorang diri. Kemudian, ia menghampiri Nara yang tampak fokus mengerjakan pekerjaannya walau tanpa bantuan orang lain. Dengan rambut yang terikat memberikan kesan anggun baginya dengan balutan jaket warna hijau Army pemberian Aldran.

"Butuh bantuan? " tanya Aldran menghampiri Nara.

Gadis itu mengelap keringat yang bercucuran. Sedari tadi tendanya belum juga berdiri. Teman-temannya yang lain sedang pergi mencari kayu bakar. Suara air terjun menghiasi daerah perkemahan.

"Boleh." Jawab Nara, ia memang butuh bantuan Aldran. Jika tidak,  tendanya tidak akan berdiri.

Aldran membantu Nara membangun tenda, ia maklum, Nara seorang diri membangun tenda maka dari itu ada yang salah ketika membangun tendanya. "Ini seharusnya di sini Ra." ucap Aldran memberikan arahan untuk Nara.

"Oh.. Gitu, ya maaf gue ga tau sih. Udah lama banget ga bangun tenda. " ucap Nara. Aldran tersenyum.

Mereka membangun tendanya bersama, saling membantu agar pekerjaan dapat selesai lebih cepat sebelum aktivitas berat lainnya di mulai. Setelah tenda selesai pun Aldran masih membantu Nara memasukkan barang-barangnya ke dalam tenda.

"Huh... Akhirnya selesai! " Nara duduk di rumput sembari mengibaskan tangannya dan menghasilkan angin dari kibasannya itu.

Aldran ikut duduk dengan Nara di sampingnya. "Ra, ini buat lo! " tiba-tiba Derta memberikan sebotol air mineral pada Nara yang berada tepat di samping Aldran membuatnya kesal bukan main.

"Sini! " Aldran mengambil air tersebut dan segera meminumnya hingga tersisa setengah lagi.

"Itu buat Nara! " ucap Derta tidak terima.

"Punya Nara punya gue juga! Suruh siapa lo ga beliin buat gue juga, ga liat di samping Nara ada gue? " Pertanyaan Aldran hanya di balas tatapan tajam dari Derta.

"Siap-siap. Bakal ada lintas alam 5 menit lagi! " ucap Derta lalu meninggalkan Aldran dan Nara berdua.

Aldran tersenyun kemenangan. Ia memberikan sisa minum tadi pada Nara. "Nih! "

"Enak banget! Bekas lo langsung di kasih ke gue! " balas Nara dengan wajah datarnya.

Aldran tertawa terbahak-bahak. "Toh gue ga menyebarkan virus rabies juga! "

**

Semuanya berkumpul sesuai kelompok masing-masing.  Nara sudah berbaris di belakang Derta dan Aldran di barisan sampingnya. Mata Aldran tak lepas dari Nara sedari tadi.

"Baik! Semuanya, kalian akan melaksanakan kegiatan lintas Alam! Akan ada beberapa games yang di sediakan dan kalian harus melakukan apa yang di perintahkan! " perintah pak Darto di balas ucapan siap dari para murid.

Kini, kelompok Derta dan kelompok Aldran mulai berjalan menuju posko-posko yang menuju ke arah air terjun. Di posko pertama mereka di minta untuk merangkai kata yang sudah di acak menjadi beberapa bagian.

Hingga sampai di posko terakhir di air terjun. "Kalian harus menemukan petunjuk-petunjuk yang sudah di sebar di sekitar sini. Lalu, pecahkan teka-tekinya. " arahan bu Dirma mendapat anggukan dari kelompok Derta.

Mereka mulai mencari petunjuk yang sudah di sebar di sekitar air terjun. Kini, tak peduli lagi basah ataupun kotor yang penting kelompok mereka menang. "Ra! Pegangan batunya licin! " ucap Derta.

Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Nara agar tidak tergelincir di batu licin. Nara menerima uluran tangan Derta. Tanpa di sadari, Aldran memperhatikan itu semua,membuatnya geram.

Mereka berjalan menyusuri daerah air terjun sembari berpegangan hawa panas menyelimuti Aldran.
Pandangan Nara terkunci ketika melihat Aldran menatapnya tak suka. Hatinya begitu was-was melihat Aldran menatapnya seperti itu.
Ia melepaskan cekalannya pada Derta.

"Gue bisa sendiri." Derta hanya mengangguk, mungkin Nara kurang nyaman, pikirnya.

Mereka melanjutkan pencarian petunjuk. "Kok ga ada sih?! " kesal Melly.

"Coba kita cari ke atas. " ucap Derta, mereka setuju.

Mereka satu persatu menaiki batu ke dekat air terjun siapa tau di sana terselip teka-tekinya.
"Akh! Tolong! " Nara tergelincir saat berjalan di batu licin dan tubuhnya terjatuh ke bawah menghantam batu-batu di bawahnya.

"Nara! " panik Aldran, ia melihat Nara langsung pingsan dan terbawa arus.

Semuanya panik lalu turun. Aldran segera berenang ke tengah mencoba meraih tubuh Nara yang terbawa arus deras. Arus terus membawa Nara menjauh dari Aldran, tapi ia terus berusaha menolong Nara. Begitupun yang lainnya. Derta juga menyusul dari belakang.

"Ra! " Aldran memeluk badan Nara yang sudah pucat dengan darah yang mengalir di kepalanya.

Ia membawa tubuh Nara ke tepi air terjun. Semua bersyukur Nara akhirnya Nara di bawa oleh Aldran.

"Ra bangun! " Aldran mencoba mengembalikan kesadaran Nara dengan menepuk pundaknya dan menekan dadanya untuk mengeluarkan air di dalam tubuh Nara. Sedangkan yang lainnya mencoba memberitahukan yang lain untuk membawa minyak angin.

"Uhuk! Uhuk! " Nara mengeluarkan air dari mulutnya. Aldran segera mendudukkan Nara dan menepuk punggungnya.

"Nara! Yaallah Ra, kepala kamu berdarah, kita pulang ke daerah kemah ya! " Bu Dirma mencoba memapah dan membawa Nara kembali ke perkemahan.

Aldran menatap tajam Derta yang tak jauh berdiri dari tempatnya. "Ini semua karena lo! " Aldran mencengkram kerah Derta dengan kuat. Matanya memerah.

"Ini kecelakaan! " balas Derta tak kalah marahnya.

"Tapi ide lo kan yang nyuruh ke atas sana hah?! Lo mikir pake otak Derta! " Aldran sudah dalam emosi tinggi.

Adi dan kedua sahabatnya mencoba melerai keduanya. Namun, Aldran susah untuk di pisahkan jika sudah seperti ini.

"Gue ga mungkin ngelakuin hal yang membahayakan buat Nara! Gue perduli sama dia! " Derta mengucapkan kalimat itu sangat keras membuat Nesa mematung.

Ada rasa perih di hatinya. Namun, sebisa mungkin ia tahan. Tidak mungkin ia berprasangka buruk pada sahabatnya sendiri.

"Dan seharusnya lo sebagai ketua kelompok jagain anggota lo! Jangan cuman bisa bacot omong kosong doang! " Aldran mendorong tubuh Derta.

"Al udah Al! " Fardi mencoba menjauhkan Aldran dan Derta.

"Lo ga usah nyalahin gue juga Al! Gue cinta sama Nara ga mungkin gue lakuin itu sama dia! " Derta terus membela dirinya karena memang tak sepenuhnya salah Derta.

Apa? Lelucon apa ini? Nesa mati-matian menahan air matanya. Orang yang ia cinta malah mencintai sahabatnya sendiri?

Melly mendengar itu pun terkejut dan segera Menghampiri Nesa yang dengan cepat pergi meninggalkan air terjun.

"Cih! " Aldran tersenyum miring.

"Jangan mimpi lo! Jauhin Nara, dia ga pantes di dapetin sama cowo ga bertanggung jawab kaya lo! " Aldran pergi meninggalkan air terjun dan lebih memilih menemani Nara.

**

Huaaa Nara kasian 😭
Gimana sama chapter ini? Jangan lupa vote sama comen yaa... 💓💓

Semoga kalian sukaaa... Thanks 🌻🌻

Tbc

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang