Aldran menatap Nara dengan tatapan khawatir, ia sudah di bawa ke rumah sakit namun belum juga siuman. Karena shock Nara jadi pingsan. Itu yang di ucapkan dokter padanya.
Meisha sedari tadi menelfonnya dan men-chatnya tapi tak ada satupun yang ia tanggapi. Dosen yang membantu Aldran membawa Nara ke rumah sakit masih berada di luar. Ia ingin memastikan bahwa Nara tidak mengalami hal yang cukup fatal. Meisha sudah berurusan dengan pihak kampus untuk dikenakan hukuman yang setimpal.
"Pak? " panggil Aldran. Dosen yang berama Pak Husda itu menoleh ke arah Aldran.
"Iya Al? Gimana keadaan Nara? " tanya Pak Husda.
"Belum siuman pak. Bapak lebih baik kembali saja ke kampus biar saya yang jaga Nara di sini. " Aldran merasa tak enak jika pak Husda terus menemaninya di sini. Tugasnya pasti masih banyak.
"Kamu yakin? "
"Iya pak, Nara juga pacar saya jadi saya pasti bisa jaga dia di sini. Bapak tenang aja, " jawab Aldran meyakinkan pak Husda.
"Aduh pamer pacar!!!! Jadi panas yaa," Pak Husda seakan akan kepanasan di tempatnya membuat Aldran terkekeh.
"Yaudah bapak kembali ke kampus dulu ya. Tolong jaga Nara. Urusan Meisha bapak bertanggung jawab, " Aldran hanya mengangguk lalu menyalimi Pak Husda.
**
Nara terbangun, matanya terasa sakit, ia menatap sekeliling. Rumah sakit. Tempat yang ia tidak sukai sama sekali. Ia menatap kedua tangannya yang di perban rasanya seperti mati rasa.
"Kamu dah bangun Ra? " Aldran datang dari arah kamar mandi.
"Sejak kapan aku di sini? " bingung Nara.
"Sejak pingsan di sekolah. " Nara baru mengingat semuanya. Ia di bully habis-habisan oleh Meisha.
Kini keadaannya tak seperti dulu, dulu ia sangat berani dan terkenal bad gilr tapi sekarang lebih ke arah feminim, terkadang ia menertawakan dirinya sendiri yang terlalu bad girl di masa lalu. Tapi setelah adanya Aldran, ia kembali kepada Nara di masa kecil, cerewet dan feminim.
"Ra, maaf. " Aldran duduk di samping Nara.
"Kenapa? "
"Semua berawal dari aku Ra. " Aldran sedikit menunduk.
Nara menghela nafasnya. "Bukan salah kamu Al, ini udah jalannya. Jangan pernah salahin diri kamu sendiri! " tegas Nara.
"Makasih, "Aldran mengulum senyumnya.
"Aku jadi ngebayangin sesuatu deh Ra, " Aldran terkekeh sendiri.
"Apa? "
"Ngebayangin suatu saat nanti aku jadi imam buat kamu sama anak-anak kita nanti, " ucapan Aldran membuat Nara tertawa geli, bahkan terkadang ia masih tidak menyangka Aldran lah yang menjadi kunci hatinya.
"Ada-ada aja kamu, " Nara terkekeh.
**
Semua berlalu dengan cepat. Meisha sudah di DO dari sekolahnya sudah lama sekali. Hari ini hari di kejayaan mereka. Mereka akan melaksanakan wisuda.
"Gue gak nyangka banget gilaa!!! Gue mau jadi sarjana Ayaam!!! " Adi mendorong-dorong bahu Iam dengan gemas.
"Anjir! Gak usah dorong-doronh juga kali ah! " Iam kesal dan mendorong Adi agar Jauh-jauh dari dirinya.
Adi seketika cemberut menanggapi Iam. "Dasar lo! Temen gak sehati! " Adi meninggalkan Iam dan menghampiri Aldran yang tengah berfoto dengan Fardi.
"Hayo!! Pada foto-foto gak ngajak gue hayo!!!! " Adi melipat tangan di dadanya.
"Sini sini kasian kebo gak ikutan foto nanti gak keliatan jeleknya, " Aldran merangkul Adi ke sampingnya untuk berfoto.
"Si Fardi makan kedongdong!
Ikutan dong!! " Iam datang dengan pantunnya."Selalu aja gue yang ada di pantun lo, " Fardi memutar bola matanya malas. Sedangkan Iam malah tertawa geli.
Mereka berfoto bersama dan mengambil beberapa gambar dengan pose absurd mereka.
Acara wisuda di mulai. 1 persatu mahasiswa maju ke depan. Kini semua telah sah menjadi sarjana di kampus ini. Mereka bersorak riang. Penantian yang mereka tunggu lama akhirnya datang juga.
Setelah ini kembali di sibukkan dengan pekerjaan dan membina rumah tangga.Aldran melihat Nara yang tengah berfoto dengan keluarganya. Ada Kevin yang setia menemani Nara.
"Widih!! Selamat ya Bro! Ternyata nilai lo tinggi juga, " puji Kevin dan bersalaman ala lelaki dengan Aldran.
"Thanks bang! Gue pinjem Nara bentar ya? " Kevin mengangguk menanggapi.
Nara mengikuti Aldran, mereka pergi ke taman kampus yang ada beberapa orang berfoto di sana.
"Selamat ya Al!" Nara memeluk Aldran hari ini adalah hari yang sudah sangat ia nantikan.
"Too, sayang. " astaga, kini muka Nara sudah memerah seperti tomat.
Ia tertawa geli mendengar ucapan Aldran. "Kenapa Al? "
Aldran mengambil sesuatu di sakunya. Sesuatu yang sangat special di hari yang special.
Ia menatap mata Nara dalam."Aku pernah berjanji, kalau aku lulus kuliah dan udah dapat pekerjaan tetap aku bakal lamar kamu kan Ra? "
"Iya aku inget, " Nara mengingat janji Aldran saat mereka pertama datang di kampus ini.
"Sekarang, kita udah sama-sama lulus, dan aku udah dapet pekerjaan. Lanjutin perusahaan papah. Dan sekarang... " Aldran membuka sebuah kotak kecil berwarna merah.
"Will you marry me?"
Nara terharu mendengar penuturan Aldran, ia tak menyangka Aldran akan melamarnya secepat ini. Rasanya baru kemarin mereka bertemu dan menjalani Lika-liku dunia anak remaja.
Kini, Aldran sudah melamarnya? Dunia berputar sangat cepat!"Yes, I do"
Aldran tersenyum bahagia. Akhirnya penantiannya untuk melamar Nara terwujudkan. Ia memasangkan cincin yang ia beli untuk Nara di jari manisnya.
Aldran memeluk Nara dengan erat. "Makasih Ra. Janji aku. Mulai detik ini hingga kita tua. Aku janji akan selalu bersama kamu. Selamanya, " Aldran tersenyum begitu juga Nara.
Semua telah usai, mereka menyelesaikan pendidikan mereka dan memulai hidup baru. Butuh kesabaran yang matang untuk melakukan semua ini. Bukan lah hal yang mudah. Lika liku cinta mereka terus terjadi dan terulang kembali.
**
Akhirnya!!! Ini ekstra part terkahir guys:(
Oh yaa!! Liat info squel di kelanjutan ini yaaaa
Jangan lupa vote+comen!!Follow akun instagram di bawah ini:
1. @elsiiftr (Author)
2. @alnara.official (akun story Alnara)
3. @aldran_gidbadesta
4. @nara.almira
5. @Iamrafanugrah
6. @adinugreas
7. @kevinarkaraza
8. @helen_iel
9. @nesa_.alfira
10. @mellyatrina
KAMU SEDANG MEMBACA
ALNARA [COMPLETE]
Ficção Adolescente[TAHAP REVISI] Siapa yang tidak tahu Nara Almira? Cewek tomboy dengan keahlian beladiri yang hebat dan suka mengendarai motor besar di tambah sikap cueknya yang menjadikan Nara tidak punya teman di sekolahnya. Akibat jauh dari keluarganya Nara h...