80. Penyesalan Di Akhir

22.3K 824 21
                                    

Aldran terduduk di samping kasurnya sejak 1 jam setelah ia pulang dari rumah Nara ia hanya mengurung diri di kamar. Ia memakai topi yang Nara pakai, gelang yang Nara berikan kembali padanya ia pakai di pergelangan tangan sebelah kanan.

"Gue bodoh! Kenapa gue malah milih Firna dari pada Nara! Lo bego Al! Lo bego!! " Aldran berteriak dari kamarnya membuat Mira khawatir dan segera menuju kamar anak sulungnya itu.

"Ra, gue nyesel Ra! Maafin gue! NARA!!! " Aldran menarik rambutnya frustasi.

Mira yang baru masuk kamar Aldran terkejut melihat anaknya yang sangat kacau. Kamarnya berantakan dan gelap, muka Aldran sudah memerah dan matanya sembab. Mira juga sama kehilangan Nara padahal Nara adalah sosok gadis kuat dan baik.

Mira memasuki kamar putranya dan duduk di samping Aldran yang tengah menutup wajahnya yang menangis. "Udah bang, jangan kaya gini! " Mira memegang pundak Aldran dari samping.

Aldran mengangkat wajahnya yang sangat kacau. "Semua salah Aldran bun! Semuanya salah Aldran! Andai waktu itu Aldran lebih milih Nara dari pada Firna si licik itu, Aldran bakal terus nemenin Nara terus dan bisa bantu Nara sembuh! Semua salah Aldran bun! " Aldran terus menyalahkan dirinya sendiri membuat Mira menatapnya iba.

"Aldran cukup! Kamu jangan kaya gitu, jangan suka nyalahin diri kamu sendiri, Nara gak bakal suka liat kamu kaya gini! " Mira mulai tegas pada Aldran.

"Tapi Bun-"

"Aldran liat mata bunda! Liat! Bunda gak suka anak bunda lemah kaya gini Aldran, ikhlasin Nara kalau memang kamu sayang sama dia, kita gak bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal! Semua sudah takdir tuhan Aldran, kamu gak bisa menentang itu semua! Sekarang mending kamu mandi sebentar lagi sholat maghrib, " suara Mira mulai melembut kembali saat menyuruh Aldran sholat.

Aldran tiba-tiba memeluk Mira, "Maafin Aldran bun, "

**

Aldran telah memakai baju koko putihnya dan menggelarkan sajadah di kamarnya. Ia akan menunaikan sholat maghrib dan menenangkan dirinya.

Tok! Tok!

Almi membuka pintu kamar Aldran. Ia sudah memakai mukena putih dan membawa sajadahnya. "Abang? " panggil Almi.

Aldran menoleh ke arah pintu di man Almi berdiri. "Kenapa Al? " suara lelaki itu tampak serak.

Almi tahu kakaknya sangat bersedih dan bersalah atas kematian Nara, karena Kakaknya belum sempat meminta maaf langsung pada Nara.

"Almi pengen sholat bareng sama abang, boleh? " tanya Almi. Ia ingin menemani kakaknya agar tidak terlalu larut dalam kesedihan atas kepergian Nara.

Aldran mengangguk membolehkan Almi sholat dengannya. Almi segera masuk ke kamar Aldran dan menggelarkan sajadahnya di belakang Aldran. Mereka memulai sholatnya. Aldran menjadi imam dan Almi menjadi makmum. Andai setiap hari mereka akur seperti ini.

Mereka menyelesaikan sholatnya. Almi menyalimi tangan Aldran dan duduk di sampingnya. Tiba-tiba Almi memeluk Aldran dari samping. Aldran nampak terkejut mendapat pelukan tiba-tiba dari adiknya itu.

"Abang jangan kaya gini bang. Abang jangan salahin diri sendiri, Almi gak mau abang stress, plis ya bang." Almi menangis dalam pelukan Aldran.

Aldran membalas pelukan Almi. Pasti adiknya itu sangat khawatir dengan dirinya, Abang juga gak mau gini Al, tapi rasa bersalah abang ga bakal bisa hilang sampai kapan pun Batin Aldran.

"Bang, semua akan kembali ke penciptanya. Kak Nara udah gak ngerasain lagi sakit bang, seharusnya abang berdoa buat kak Nara. Bukan malah menyalahkan diri abang sendiri. " ucapan Almi ada benarnya Aldran terlalu larut dalam kesedihan sehingga tidak bisa berfikir jernih.

"Makasih dek, " seulas senyum tercetak jelas di bibirnya.

**

Pagi-pagi sekali Aldran sudah ada di sekolahnya mungkin hari ini dan beberapa hari kedepan hingga kenaikan kelas akan ada jam kosong ataupun praktek atau lainnya. Aldran pada hari ini membuat semua siswa dan siswi Binar Bangsa heboh. Pasalnya cowok itu berpakaian sangat rapih bahkan menuruti aturan. Yang biasanya tidak pernah ia lakukan kecuali jika sudah di marahi guru.

"Wanjayy!! Rapih banget nih si bos! " Adi menyenggol bahu Aldran dengan jahil.

"Hari ini doang," jawaban Aldran membuat ketiga temannya menatap datar.

"Kirain mau insaf beneran! " ucap Fardi membuat gelak tawa keempatnya pecah.

Mungkin sekarang Aldran terlihat lebih baik dari sebelumnya setelah kepergian Nara, tapi percayalah di dalam lubuk hatinya kesedihan membanjiri. Namun, ia sekuat tenaga tidak bersedih kembali demi Nara.

Andai lo liat gue yang kaya sekarang Ra, lo pasti kelepek-kelepek! Batin Aldran ia terkekeh tiba-tiba membuat ketiga sahabatnya menatap Aldran dengan bingung.

"Lo sakit apa gila? Ketawa sendiri! " Iam memegang dahi Aldran.

"Dingin juga suhunya! " Aldran menepis tangan Iam dari dahinya.

"Apaan sih lo, gue gak sakit ya apalagi gila! Yang gila malah elo! " balas Aldran.

Adi dan Fardi tertawa bersama menyudutkan Iam dengan wajah masamnya. Terlihat Firna menghampiri Aldran.

"Aldran, aku bawain makanan kesukaan kamu nih! " Firna menyodorkan kotak bekal makan siangnya. Aldran menerima kotak bekal tersebut.

Firna tampak kegirangan melihatnya. "Nih buat lo Yam! " Aldran malah memberikan pemberian dari Firna pada Iam. Dan langsung di terima lelaki itu dengan senang hati.

"Widih!! Thank you perimuchhh Firna!! " Iam tersenyum pada Firna membuatnya geli.

"Ih apaan sih itu kan buat Aldran bukan buat lo! " Firna ingin mengambil kembali kotak bekalnya dari Iam. Tapi lelaki itu menjauhkan kotak bekal tersebut dari jangkauan Firna.

"Eits!! Yang udah di kasih gak boleh di ambil lagi dong!! " Iam menggerakkan jari terlunjukknya kekiri dan kekanan.

"Nanti lidah lo busuk dihh!!! " Adi bergidik ngeri sedangkan Iam, dan Aldran tertawa.

"Amit-amit! " Firna mengusap dadanya.

Aldran dan ketiga sahabatnya memilih memilih meninggalkan Firna dan menuju kelas.

"Nara itu udah meninggal Al! Apa kamu masih mengharapkan orang yang udah gak ada hah?! " teriakan Firna membuat Aldran naik darah.

Ia menoleh ke arah Firna dengan tatapan elang. "Jangan lo bawa-bawa Nara! Nara emang udah meninggal tapi nyawa dia masih ada, dan hati gue masih tetap buat Nara! Camkan! " Aldran dengan cepat pergi menuju kelas.

"Gak punya malu banget lo, bukannya ikut berduka malah pengen di baikin Aldran lagi. Dosa lo udah kaya apartmen 100 lantai heh!" omongan tajam Adi membuat Firna mematung mengepal tangannya.

**

Yeaayy akhirnya double up!!!
Semoga sukaa... Jangan lupa vote and comen

Thank youu
Jangan lupa joim grup chat Alnara ya tinggal dm akum instagram alnara aja. alnara. Official

Okey

Tbc

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang