46. Demi sahabat

16.6K 723 6
                                    

Nara memasuki kelasnya yang sudah lumayan ramai karena sebentar lagi jam pelajaran akan berbunyi. Nara melihat Nesa yang sedang tertidur pulas dengan kepalanya yang di letakkan di meja.

"Napa si Nesa?" tanya Nara pada Melly yang sedang membaca novel dengan serius.

"Gue ga ngantuk Nara ga bisa tidur!" rengek Nesa yang tiba-tiba bangun.

"Lah bangun." Nesa hanya menyengir.

Nara duduk dan meletakkan tasnya di kursi. Ia penasaran dengan Melly yang masih fokus pada novelnya.
"baca apa nih?" Nara mendekatkan wajahnya pada novel yang di pegang Melly.

Melly mendorong wajah Nara pelan karena ia tidak bisa memvaca novel akibat tertutup kepala gadis itu. " minggir-minggir!".

"Minjem dong!" Nara merenggut novel Melly dan melihat judulnya.

Ia tertawa melihat judul cerita yang lebih ke tentang percintaan. "anjay baca buku bucin!" tawa Nesa ikut pecah mendengarnya.

Mereka tau kalau Melly itu anti dengan yang namanya bucin, tapi kali ini entah kenapa ia membaca hal-hal berbau cinta seperti ini membuat gelak tawa mereka pecah.

"Awas loh kalau lo pada ketagihan sama novel ini. Siniin gue belum abis baca!" Melly kembali mengambil novelnya dan melanjutkan kembali aktivitas yang sempat tertunda tadi.

Nara beralih ke Nesa yang di bawah matanya ada lingkar hitam yang biasa di sebut mata panda. "Lo kenapa bisa kurang tidur gitu?", tanya Nara.

"Gue tuh ga bisa tidur gara-gara Derta!" bisik Nesa di dekat Nara agar tak ada yang tahu dengan cerita ini. Nara memasang ekspresi kaget dan senang. Lalu kembali ke datar

"Oh. Bucin!" sindirnya dengan kekehan. Nesa memutar bola matanya malas.

"Lo juga bucin sama Aldran!" balas Nesa tak mau kalah.

"eh kaga ya!" elak Nara. Masalahnya suara Nesa itu seperti toa di sekolah membuat beberapa murid menatap mereka dengan bingung.

**

Nara, dan kedua sahabatnya mematung melihat Derta yang tiba-tiba sudah ada di depan kelas mereka.

"Hai Ra!" sapa Derta dengan senyumnya.

Nara masih belum menjawab, ia melihat wajah Nesa yang tampak salting di depan Derta. "Hai Der?" bingung Nara.

"Kantin bareng yuk?" ajakan Derta malah membuat Nara cemas dan Nesa terkejut begitu juga Melly.

Mereka deket? Apa mereka juga saling suka? Nesa merasa hatinya seperti tergores. Tapi ia tidak boleh menyimpulkan begitu saja sebeleum mendapatkan jawaban pasti dari Nara.

Nara menatap kedua sahabatnya yang tersenyum tipis. "Tapi, gue mau bareng sama Melly dan Nesa." jawab Nara.

Derta yang mengerti apa yang di maksud Nara mengangguk kecil beberapa kali. "Kita bareng aja berempat!" pendapat Derta membuat jantung Nesa berdetak lebih kencang.

Ia gugup jika harus satu meja dengan Derta, bukan hanya satu meja, bahkan untuk dekat saja ia masih gugup. Sangat gugup.
"Boleh!" malah Melly yang menjawabnya bukan Nara.

Derta tersenyum dan mengisyaratkan agar pergi ke kantin bersama. Melly memegang tangan Nesa yang akan kabur karena gugup dan malu. Nara dan melly berada di sisi Nesa sedangkan Derta berada di depan mereka berjalan sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Plis! Lo pada ga mau gue mati gara-gara ga bisa nafas kan?" wajah Nesa dan permintaannya tidak di perdulikan oleh Nara dan Melly. Mereka terus memegang kedua tangan Nesa.

"Udah lo diem aja kali Nes. Santuy ada kita!" ucap Nara meyakinkan.

"Tulll!!" sahut Melly. Nesa hanya pasrah.

Mereka sampai di kantin dengan suasana riuh dari murid-murid. Mereka duduk di meja paling pojok. Derta duduk berhadapan dengan Nesa yang hanya bisa menunduk.

"Kenapa Nes?" akhirnya Derta bertanya pada Nesa yang sedari tadi menunduk.

"Eh? Eum...engga kok." Nesa spontan merapihkan rambutnya. Astaga ia malu ketahuan oleh Derta.

Melly dan Nara malah terkekeh melihat kesaltingan Nesa. Dan tiba-tiba Melly mempunyai sebuah ide. Ia berbisik dengan Nara. Setelah mengetahui ide dari Melly, Nara mengacungkan jari jempolnya.

"Eh kita pesen dulu makanan ya!" Melly dan Nara meninggalkan Nesa bersama Derta.

Derta dan Nesa menjadi tontonan beberapa murid yang ada di kantin. Mereka hanya menatap ke arah lain tanpa saling tatap muka.
"Lo kenapa? Sakit?" tanya Derta, Nesa pun menoleh ke arah Derta yang menatapnya heran.

"E-enggak kok." Nesa sedikit menunduk sembari menjawab pertanyaan Derta.

Derta menghela nafas, ia sebenarnya tahu gadis di hadapannya ini menyukai dirinya. Namun, ia juga tidak enak jika mengacuhkannya dan tidak mengajaknya berinteraksi. "Tapi lo diem mulu." ucapnya.

Nesa hanya berdehem saja. Ia harap Melly dan Nesa segera datang menemaninya yang ada dalam kecanggungan ini. "Mana sih mereka?" Derta mencari-cari keberadaan Nesa dan Melly.

Drttt

Melly mellow!
Hello Nesaaa....good luck ya! Gw sma Nara prgi dulu...nnti baksonya di anterin amang baksonya. Blang aja gue sama Nara lagi ke toilet okey!

Nesa terkejut melihat isi chat yang di kirimkam Melly. Selanjutnya ia harus apa, apa dia akan makan bersama dengan Derta?

"Ini silahkan baksonya." seseorang mengantarkan pesanan bakso 2 mangkok untuk Derta dan Nesa. Lalu, pergi.

"Loh? Nara sama Melly mana?" bingung Derta.

"Itu...mereka katanya ke toilet dulu." jawab Nesa dengan senyum tipisnya. Derta mengangguk kecil.

"Yaudah kita makan duluan aja." ucap Derta. Nesa mengangguk setuju.

"Semoga Nara cepet datang deh." hati Nesa sesak mendengar ucapan dari Derta walau kecil, namun ia bisa mendengarnya.

Apa lo ga mau deket sama gue Der? Nesa terdiam tak menjawab.

Walaupun aku tak tahu perasaan dan cinta mu itu untuk siapa. Namun, apa salah aku berusaha menjadi seseorang yang ingin bersanding dengamu??
Walau aku harus merasakan sakit yang terlalu banyak. Tapi jika tuhan menjodohkan kita, dunia bisa apa?

-Nesa Alfira

**

Gimana nih chapter kali inii?? Hehe. Jangan lupa vote+comen juga ya hehe biar makin semangat aku nulisnya;)

Thank you semuanya yang selalu support!!💓

Tbc

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang