1

49.2K 1K 2
                                    

Reno baru saja menyelesaikan makan siang saat jam sudah menunjukan pukul 14:30, waktu yang sudah sangat telat untuk jam makan siang. Dia bersyukur rasa laparnya bisa menjadi alarm untuk membangunkan tidurnya hari ini.

Reno Adrian, pria single berusia 27 tahun yang hobi olahraga dan membaca ini bisa di bilang adalah salah satu orang paling sibuk. Bukan tanpa alasan, dalam sehari, lebih dari 12 jam waktu yang harus dia habiskan di tempat kerjanya. Sisanya dia gunakan untuk istirahat dan hal lain.

Dedikasinya untuk sang atasan selama hampir 8 tahun lamanya sekarang sudah mulai ia nikmati hasilnya. Mulai dari rumah, kendaraan, adalah hasil kerja kerasnya selama ini. Keinginan terbesarnya saat ini adalah ibunya, ia ingin sekali membawa ibunya tinggal bersama. Tapi ibunya selalu menolak dengan alasan lebih nyaman tinggal di Jogja. Iya, ibu dan adik permpuannya memang tinggal di Jogaja, di rumah pemberian nenek dan kakeknya.

Sedangkan ayahnya sudah meninggal saat ia masih remaja. Janjinya masih ia genggam erat, janji yang ia ucap saat terakhir ia menatap mata ayahnya, janji akan selalu membahagiakan dua malaikat dalam hidupnya, ibu dan adik perempuannya.

Hidup sendiri di ibu kota yang keras ini mengharuskan ia mandiri, apapun yang ia bisa kerjakan, pasti akan ia kerjakan sendiri. Termasuk memasak dan membereskan rumah dua lantai yang ia tempati sekarang ini.

Reno bukan terlahir di lingkungan keluarga berada, masa kecil dan remajanya ia habiskan sebagai anak sawah. Anak penggembala kambing dan pencari pakan rumput.

Hingga masa remajanya tiba, masa yang ia anggap menyenangkan tapi juga menyedihkan, masa di mana ia kehilangan salah satu orang yang sangat ia sayangi, seseorang yang sangat ia hormati. Ayahnya.

Masa remaja yang saat ia lewati hanya sekolah dan belajar berganti dengan masa remaja yang penuh dengan cucuran keringat. Menjadi anak pertama dan pria satu-satunya dalam keluarga mengharuskan ia menjadi tumpuan utama bagi ibu dan adik perempuannya.

Tekadnya sudah bulat, sesulit apapun membagi waktu untuk sekolah, belajar dan bekerja. Ia akan tetap berkerja tanpa melupakan tugasnya sebagai seorang pelajar. Ia tak ingin menambah beban ibunya yang harus membiayai ia dan adiknya. Setidaknya, dengan bekerja setelah sekolah, ia bisa menghasilkan uang dan ia tabung untuk biaya sekolahnya sendiri.

Walaupun ibunya sempat khawatir, tapi Reno selalu berhasil meyakinkan ibunya bahwa ia bisa bekerja tanpa menggangu proses belajarnya.

Hingga titik balik kehidupanya itu datang, titik dimana Reno remaja akan segera merasakan seperti apa dunia itu sebenarnya, sekeras apa dunia itu dan sekuat apa dia bisa bertahan.

******

Hari sudah hampir tengah malam saat Reno baru saja turun dari sebuah mobil pickup yang baru ia bongkar isi muatanya. Malam ini ia di ajak untuk mengantar barang yang ia sendiri tidak tau apa isinya ke sebuah tempat dekat perbatasan kota. Lumayan, pikirnya. Jarang jarang bisa di ajak untuk mengantar barang yang hampir memenuhi mobil. Biasanya ongkosnya juga luamayan besar.

Berpuluh puluh kotak karton dengan ukuran bervariasi telah selesai ia turunkan dari mobil. Dan saat ia baru saja duduk untuk istirahat, ia baru sadar tempat ini sangat asing baginya. Seperti tempat bekas pabrik yang sudah tak terpakai, banyak barang berserakan tak terurus. Tempat ini lebih menyerupai gudang, tempat pengepul atau sejenisnya.

Ia tak sadar ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi, pria paruh baya berumur 40 tahunan itu bernama Bram. Tinggi, besar dan... yaaa sangar. Tangan kanan dan kirinya hampir penuh tertutup tato.

Reno baru sadar saat Bram berhenti tepat di depan tempat ia duduk istirahat. Tangannya reflex menangkap botol air minum yang tiba tiba di lempar ke arahnya.

"Minumlah, sepertinya kau haus anak muda".

Bram mengahampiri Reno lalu duduk di hadapannya.

"Terima kasih bang".

Bram tidak membalas.
Diperhatikannya pemuda yang tengah meneguk air dari botol yang ia lempar tadi.

"Siapa nama mu.?".

"Reno bang".

"Saya punya perkerjaan yang bisa menghasilkan uang seratus kali lipat lebih besar dari ongkos kerja mu malam ini".

Reno tidak yakin, orang yang baru ia temui bahkan belum mengetahui siapa namanya menawarkan pekerjaan dengan penghasilan yang sangat menggiurkan.

"Saya bukan orang jahat, ini kartu nama saya. Di situ ada alamat dan nomor telpon yang bisa kamu hubungi."

"Tapi bang, saya masih sekolah." jawab Reno cepat.
"Saya akan tunggu setelah kamu menyelesaikan sekolah, itu juga kalau kamu tertarik".

Setelah itu Bram beranjak pergi, dia yakin suatu saat nanti anak ini akan menemuinya.

"Bramantio Sihombing".

Nama yang Reno baca pada kartu nama yang ada di tangannya sekarang, lalu memasukannya ke dalam saku celananya.

You are My Destiny [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang