Laras terlihat baru saja memasuki sebuah bangunan, bangunan yang membuat ia benar benar terlihat kagum. Tangan kanannya menenteng sebuah benda kotak berisi bekal makan siang untuk kakaknya, Reno. Ia baru berhenti saat seorang petugas keamanan menghalangi langkahnya.
"Selamat siang" sapa petugas keamanan itu sopan.
"Selamat siang pak, saya Laras mau ketemu sama kakak saya"
Laras kembali berjalan, tapi satu petugas lain kembali menahan langkahnya.
"Maaf, mbak siapa dan ada keperluan apa di sini."
Kedua petugas itu berdiri tepat di hadapan Laras, membuat jalan yang hanya satu arah itu tertutup karena mereka berdiri berjejer.
"Kan tadi saya sudah bilang pak, saya mau ketemu sama kakak saya. Permisi ya saya mau lewat."
Kembali Laras menjawab jawaban yang sudah ia katakan sebelumnya. Ia mencoba memaksa masuk melewati petugas itu yang terlihat sudah mulai kesal.
"Maaf mbak, disini kita ada peraturannya, ngga boleh masuk sembarangan. Silahkan tunggu di lobby jika belum ada janji dengan karyawan kantor ini"
"Aduh pak, bapak ngga percaya saya punya kakak yang bekerja disini,? Nih saya kasih kartu identitas saya biar bapak percaya"
Laras mencoba mengeluarkan dompet dari dalam saku celananya, tapi petugas itu menahannya.
"Tidak perlu mbak, tetep aja mbak ngga boleh masuk tanpa membuat janji terlebih dahulu"
Keributan siang itu antara Laras dan petugas keamanan menarik perhatian beberapa orang yang lewat. Termasuk Reymond yang baru saja datang. Ia mencoba mendekati Laras dan petugas itu, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa ini"
Laras terkejut, begitu pula kedua petugas yang menahannya.
"Ini pak, ada yang maksa masuk katanya mau ketemu sama kakaknya yang bekerja di sini"
Jawab salah petugas yang terlihat masih sigap berjaga, takut takut wanita yang tengah di tahannya itu menyelinap masuk.
"Siapa nama kakak kamu yang bekerja di kantor saya"
Laras mengalihkan tatapannya pada Reymond, ia terkejut saat laki laki itu menyebut ini adalah kantornya. Itu berarti ini adalah bos kakaknya.
"Maaf pak, saya hanya ingin mengantar titipan bekal makan siang mas Reno dari ibu"
Laras tertunduk, ia takut keributan yang ia timbulkan siang itu akan berakibat buruk pada kakaknya.
Reymond terseyum mendengar jawaban dari remaja yang terlihat takut di hadapannya itu.
"Ngga papa, saya kenal dengan anak ini"
Reymond mencoba menjelaskan pada petugas yang dari tadi menahan Laras.
Laras mengangkat wajahnya, ia heran kenapa laki laki di hadapannya itu mengatakan bahwa ia mengenalnya. Sedangkan ia merasa baru kali ini bertemu.
"Kamu kenapa ngga bilang adiknya Reno,? ayo ikut saya"
"Kemana pak,?"
"Ketemu kakak kamu"
Setelah mendapat ijin langsung dari pemiliknya, Laras terlihat lega tapi juga bingung. Ia berjalan mengikuti Reymond tepat di belakangnya. Mereka berdua memasuki lift yang membawa mereka menuju ruangan Reno, dan itu berarti juga menuju ke ruangan Reymond berada.
Laras memasuki ruangan yang juga baru saja di masuki Reymond. Matanya sibuk mengamati sekeliling yang terlihat luas. Lukisan klasik, sofa mewah dan semua isinya membuat Laras kagum.
"Kakak kamu lagi ada tugas di luar, tapi sebentar lagi selesai. Kamu bisa tunggu di sini Laras"
Laras kembali terkejut, kenapa laki laki ini juga mengetahui namanya.
"Maaf pak, bapak sudah tau nama saya,?"
Pertanyaan yang membuat Reymond terseyum, ia sedikit terhibur dengan kepolosan remaja yang masih saja berdiri padahal sudah di persilahkan duduk itu.
"Reno sudah banyak cerita tentang kamu dan ibumu"
Laras berjalan menuju sofa dan meletakan bekal yang ia bawa untuk Reno di atas meja, lalu duduk berhadapan dengan Reymond.
"Mas Reno cerita apa aja pak, ngga macem macem kan,?"
Laras hanya khawatir kakaknya itu menceritakan hal yang tidak-tidak tentangnya.
"Ngga, Reno cuma bilang kamu ini manja, bawel dan tukang rusuh"
Laras hanya tertawa mendengar apa yang di katakan oleh orang yang sekarang ini ia yakin adalah atasan kakaknya itu tentang dirinya. Tawa terpaksa yang disertai dengan rasa kesal itu sangat mudah di tebak Reymond.
Kepolosan Laras, gaya bicara yang tidak di buat buat, serta sifat cerianya menjadi obat pelebur lelah untuk Reymond siang itu. Ia merasa Laras sangat berbeda dari Reno, berbincang dengannya membuat Reymond seperti berbicara dengan sahabatnya sendiri.
Hingga ketukan pintu membuat keduanya menoleh bersamaan, itu adalah Reno. Ia baru saja kembali setelah selesai dari tugasnya di luar kantor.
Ia buru buru kembali ke ruangannya sesaat setelah ia di beritahu bahwa ada adiknya di kantor ini.
Ia sempat khawatir saat sampai di ruangannya tapi tidak mendapati Laras ada di sana, lantas ia segera menemui Rini sekretaris Reymond untuk menanyakannya. Bukan rasa lega yang Reno dapat, ia justu semakin khawatir saat Rini memberitahu bahwa adiknya tengah menunggunya di rungan Reymond.
Sifat Laras yang suka seenaknya sendiri itu yang membuat Reno takut, ia khawatir kehadiran adiknya di kantor ini hanya akan menimbulkan masalah.
Dan di sini lah Reno, ia berdiri mematung sesaat setelah memasuki ruangan Reymond. Ia melihat Laras tengah duduk berdua berhadapan langsung dengan Reymond yang terlihat tengah menyantap sesuatu.
Dengan tergesa gesa ia segera menghampiri Laras, lalu menunduk ke arah Reymond. Di tengah geraknya menundukan kepala itu, ia melirik Laras dengan wajah kesal. Dan Laras membalasnya dengan senyum polos, benar benar polos seperti tanpa beban.
"Maaf jika kehadiran adik saya menggagu bapak"
Reno berkata dengan nada penyesalan yang dalam.
"Ngga papa, saya senang ada Laras di sini. Justru saya yang harus meminta maaf karena bekal makanan yang Laras bawa untuk kamu saya makan, Reno"
Reno mengangkat wajahnya, lalu melihat bekal makanan yang ada di atas meja sudah habis setengahnya.
"Nanti saya ganti menu makan siang kamu hari ini" lanjut Reymond.
"Tidak perlu pak, kebetulan saya juga sudah makan siang di luar tadi"
Reno hanya tidak menyangka menu makanan yang di buat ibunya berhasil membuat atasannya itu gagal menahan untuk tidak menyantapnya, justru ia merasa senang.
"Dan buat kamu Laras, besok besok datang lagi bawa makanan seperti ini. Saya akan dengan senang hati memakannya"
Laras tersenyum, ia senang makanan yang ia buat bersama ibunya ternyata di sukai oleh bos kakaknya itu.
"Tenang pak, saya pintar memasak jadi bapak ngga usah khawatir"
"Baik pak, saya permisi ada hal yang perlu saya bicarakan dengan Laras"
Laras berdiri lalu mengikuti Reno yang sudah merangkul bahunya, ia merasa kakaknya itu akan segera mengadilinya.
Mereka sudah berada di depan pintu saat tiba tiba pintu itu ada yang mendorongnya dari arah luar.
Kayla masuk dan terkejut saat melihat Reno merangkul wanita muda, wanita yang cukup cantik di mata Kayla. Dan senyum itu, akh kenapa dia bisa tersenyum semanis itu padanya. Sebagai sesama wanita, Kayla mengakui senyum wanita itu jauh lebih manis dari senyumnya.
Tapi, apa apaan Reno membawa wanita itu dan bermesraan di tempat kerja,?
Setitik rasa kesal tiba tiba datang menggores hati Kayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Destiny [COMPLETE]
Ficção GeralReno Adrian - Tampan - Mapan - Pekerja keras - Mesum (menurut Kayla) Kayla Atmanegara - Kaya - Cantik - Manja - Keras kepala - Bodoh (menurut Reno) Cinta memang bisa datang dengan cara apapun, kapanpun dan di manapun tanpa kita sadari. Note: Updat...