Sebagai seorang anak, Kayla ada bersama Reymond setiap saat di rumah sakit. Ia ada disana saat Reymond membutukan sesuatu, kondisinya semakin membaik setiap harinya. Walaupun dengan satu fakta bahwa Ayahnya juga terkena gejala Stroke ringan, ia memerlukan beberapa kali terapi untuk membuat kondisinya kembali normal.
Sedangkan Reno, sebagai seorang anak menantu dari Reymond Atmanegara, ia kini bertugas menggantikan Reymond dan Kayla sekaligus. Ia mencobaa menjalankan tugasnya sebaik mungkin, tugas pertamanya adalah membuat saham perusahaan itu kembali stabil. Walaupun bukan pekerjaan yang mudah, Reno sama sekali tidak mengeluh.
Ia rela jika setiap hari lebih dari 10 jam waktunya ia habiskan untuk pekerjaan. Dan hasilnya, walupun belum seperti yang ia inginkan, tapi ada peningkatan yang cukup signifikan.
Setelah selesai dari pekerjaan kantornya, ia selalu datang ke rumah sakit untuk menggantikan Kayla menjaga Reymond. Setidaknya, jika ia ada disana, Kayla bisa pulang untuk mengganti pakaiannya dan membersihkan diri. Bukan karena status sebagai ayah mertuanya sekarang, bagi Reno, Reymond sudah ia anggap ayahnya sendiri.
Ia sempat ingin menolak saat Reymond memintanya merubah panggilan menjadi Papa, sama seperti Kayla. Mungkin karena dari dulu ia selalu memanggilnya bapak atau pak, ia hanya merasa belum terbiasa.
Hal yang membuatnya merasa aneh sekarang adalah, sikap semua karyawan yang ada di kantor. Hari pertamanya masuk kantor sebagai anak menantu dari pemilik perusahaan membuat Reno sedikit merasa tidak nyaman, itu adalah hal baru baginya dan terus mencoba membiasakan diri.
Seperti malam itu, Reno terlihat baru saja memasuki ruang rawat Reymond. Wajah letihnya ia tutupi dengan senyum saat melihat Ayah mertuanya itu menatapnya. Dan seperti hari-hari sebelumnya, ia selalu datang ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum pulang.
"Gimana pa, udah baikan" Reno duduk di kursi sebelah ranjang Reymond.
"Ya beginilah, papa hanya perlu terapi beberapa kali lagi. Dan kabar baiknya, besok papa sudah boleh pulang. Sisa tetapi bisa papa lakukan dirumah"
Reno tersenyum mendengar kabar baik tentang kondisi Ayah mertuanya itu.
"Syukurlah kalo begitu pa. Oh iya, Kayla mana pa" tanya Reno saat menyadari tidak ada Kayla di ruangan itu.
"Kayla lagi ke tolilet, gimana pekerjaan kantor Ren,?"
"Baik pa, sekarang sudah mulai membaik. Walaupun belum stabil. Tapi Reno yakin, perusahaan akan kembali normal"
"Baguslah, entah bagaimana papa harus berterimakasih atas kerja keras kamu Reno"
"Karyawan semua bekerja keras pa, jadi bukan hanya Reno"
"Sama saja, mereka sekarang bekerja dibawah pimpinan kamu. Hasil kerja karyawan bisa dilihat dari bagaimana cara seorang pemimpin harus memimpin"
Percakapan yang cukup santai itu tidak luput dari pendengaran Kayla, ia sekarang berada persis di depan pintu ruangan Reymond. Sudah dari beberapa saat lalu Kayla berdiri disana, mendengarkan apa saja yang dibicarakan Reno dengan Ayahnya.
Dan satu hal yang baru Kayla sadari, melihat apa yang sudah di lakukan Reno kepadanya dan Ayahnya selama ini, ia merasa sangat bersalah. Memang tidak salah jika Kayla lebih mementingkan Reymond sebagai Ayahnya, tapi ia lupa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.
Jangankan untuk mempersiapkan baju kerja, membuatkan kopi atau menyiapkan sarapan, menanyakan bagaimana kabar Reno pun ia tidak pernah. Kayla merasa istri hanya statusnya sekarang, tanpa kewajiban.
Kayla mendorong pintu ruangan itu perlahan, membuat Reno dan Reymond beralih menatapnya.
Reno yang menyadari ada perubahan pada raut wajah Kayla, lalu bertanya.
"Kenapa Kay, kok kaya ngga semangat gitu"
"Pa, Kayla mau ikut Reno pulang malam ini. Papa ngga apa-apa malam ini sendiri,?" Kayla berbicara tanpa menjawab pertanyaan Reno.
Mendengar anak perempuannya meminta ijin padanya karena hal yang seharusnya ia lakukan, membuat Reymond tersenyum.
"Kenapa harus meminta ijin, besok kan papa juga sudah boleh pulang. Lagian disini ada suter yang jaga, ngga apa-apa kalo kamu mau pulang dengan Reno malam ini"
Akhirnya mereka pamit untuk pulang, mereka berjalan bersebelahan menuju mobil.
"Mau aku bawain jas sama tasnya ngga,?" Kayla bertanya saat melihat Reno menenteng tas kerja pada tangan kirinya, dan jas kerja pada bahu kanannya.
"Ngga papa aku bisa bawa sendiri"
"Ngga papa, sini aku yang bawa"
Kayla menarik paksa tas dari tangan Reno, dan jas kerja dari bahu kanannya.
Reno tersenyum melihat apa yang dilakukan Kayla. Dari cara bicaranya, sikap dan tingkahnya tidak seperti Kayla yang ia kenal selama ini.
Sepanjang perjalanan pulang, Reno merasa beberapa kali Kayla mencuri pandang kearahnya. Dan saat ia menatapnya balik, Kayla selalu membuang muka, seolah menghindari bertatap langsung dengan matanya.
Begitu juga dengan cara duduknya, ia selalu merubah posisi seperti merasa tidak nyaman.
"Kamu kenapa sih Kay,? Dari saat tadi dirumah sakit, sampai sekarang kamu aneh banget"
"Hem... Apa.? Ngga, ngga kenapa-napa kok. Perasaan kamu aja kali"
Kayla kembali membuang muka, ia sudah mencoba sebiasa mungkin dengan Reno. Tapi ternyata Reno masih merasa aneh terhadap sikapnya.
Mereka sudah tiba didepan rumah Kayla, dan Reno penasaran saat melihat Kayla sibuk mencari sesuatu dalam tasnya.
"Kenapa Kay.?"
"Kunci, kunci rumah ketinggalan di rumah sakit kayaknya deh Ren. Di tas ngga ada soalnya"
"Ya udah pake kunci yang di aku aja, aku masih punya cadangannya"
Kayla merasa lega, malas saja jika harus kembali ke rumah sakit hanya untuk mengambil kunci rumah yang tertinggal.
Reno memberikan kunci rumah itu kepada Kayla, setelah mengantarkannya sampai depan pintu rumah, ia berniat untuk pulang karena memang sudah cukup malam.
"Masuk gih, udah malem dingin"
Kayla mengangguk, lalu membalik badannya hendak memasuki rumah. Tapi sedetik kemudian kembali berbalik ke arah Reno.
"Kamu ngga menginap disini aja,?"
Kayla menutup mulutnya rapat, ia tidak sadar kalimat itu bisa keluar dari mulutnya.
"Maksudnya.. Emm kan udah malem nih, kamu bisa pake kamar yang dibawah. Besok pagi baru pulang" kata Kayla gugup.
"Emang boleh,?"
"Boleh... " jawab Kayla cepat, sangat cepat.
"Yaaa... Booooleh... Laaaah... "
Reno tersenyum, bahkan hampir tertawa melihat tingkah yang sangat aneh itu dari Kayla.
Kayla berjalan terlebih dulu masuk ke rumah, ia berjalan cukup tergesa-gesa disusul Reno dibelakangnya.
Bisa mati gugup gue kalo terus-terusan begini, kata Kayla dalam hati.
"Aku ke atas dulu" ucap Kayla lalu berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Destiny [COMPLETE]
General FictionReno Adrian - Tampan - Mapan - Pekerja keras - Mesum (menurut Kayla) Kayla Atmanegara - Kaya - Cantik - Manja - Keras kepala - Bodoh (menurut Reno) Cinta memang bisa datang dengan cara apapun, kapanpun dan di manapun tanpa kita sadari. Note: Updat...