4

16.7K 680 3
                                    

Dan di sinilah Reno, tempat yang baginya tidak asing.

Ia tak mungkin salah, malam tadi ia baru saja dari tempat ini. Tempat di mana ia mengantar wanita antahbrantah itu.

Iya benar, ini tempatnya. Ingatannya tidak mungkin salah.

Ragu, Reno mencoba melihat ke arah dalam rumah berlantai dua itu dari celah pintu gerbang. Sepi.

Sebelum menekan bel rumah, sekali lagi ia mengecek alamat rumah yang di berikan atasannya. Benar, memang ini rumahnya.

Tiga kali ia menekan bel rumah itu, beberapa saat kemudian wanita paruh baya membuka gerbang. Tapi bukan wanita yang tadi malam mengerjainnya.

"Permisi mbak, apa benar ini rumahnya nona Kayla.?"

Reno mencoba tersenyum, dan bertanya seramah mungkin.

"Benar, mas siapa ya.? "

"Saya Reno mbak".

"Oh mas Reno, masuk mas. Tadi tuan sudah memberi tau saya kalau akan ada orang yang mau ke sini".

Reno melangkahkan kakinya memasuki rumah itu.

"Kirain saya, mas Reno mau datang sore. Soalnya tuan bilangnya begitu tadi. Mas Reno mau masuk ke dalam atau mau di teras aja.?"

"Di teras aja mbak, lebih adem".

"Ya sudah mas, silahkan. Saya bikin minum dulu ke dalam".

Sopan sekali wanita ini, pikir Reno. Wanita yang ia tafsir berumur 40 tahunan. Belum sempat Reno menanyakan namanya, wanita itu sudah menghilang di balik pintu.

Reno duduk di kursi kayu dekat taman, tempat yang sangat tepat. Tempat yang menurutnya sangat strategis, dari tempat ini ia bisa melihat hampir keseluruhan rumah bagian depan.

Tak lama wanita itu kembali dengan nampan berisi kopi dan makanan ringan untuknya.

"Ngga usah repot repot mbak, air putih saja sudah cukup".

"Ngga papa mas, ini hanya kopi. Oh iya saya sampai lupa, saya Ratih mas".

Wanita itu memperkenalkan diri.

"Saya Reno mbak, oh ya mbak Ratih sudah lama kerja di sini.?".

"Belum mas, mungkin baru 1 bulan ini saya kerja di sini".

"Oh masih baru dong mbak.?"

"Ngga juga mas, soalnya pekerja sebelum saya ada yang hanya 2 minggu, 10 hari, yang 3 hari juga ada katanya".

"Loh kenapa mbak.?". Tanya Reno heran.

"Ngga tau ya mas, ada yang bilang ngga betah lah, majikannya galak lah, bawel lah. Macem macem mas alasannya".

Memang benar, entah sudah berapa orang yang keluar masuk untuk bekerja di rumah itu. Dan Ratih lah yang memegang rekor terlama mampu bertahan selama 1 bulan.

"Emang nona Kayla segitunya mbak.?"

"Ngga mas, non Kayla emang agak manja, tapi orangnya baik mas. Ya selama sebulan ini belum ada hal yang bikin saya ngga betah kerja di sini. "

Percakapan mereka terhenti saat bunyi klakson mobil terdengar dari arah luar rumah.

"Itu mungkin tuan mas, tadi bilang mau ke sini".

Ratih menuju ke arah gerbang untuk membuka pintu.

Tak berapa lama Raymond datang dengan masih mengenakan setelan busana kerjanya.

"Selamat sore pak,? "

Sapa Reno sopan.

"Sore. Kamu bisa menikmati kopimu di dalam, kenapa di luar sini Ren".

"Tidak apa apa pak, di luar sini juga nyaman."

"Masuklah, saya akan memperkenalkanmu sama Putri saya".

Mereka memasuki rumah itu. Rumah yang Reno rasa cukup nyaman, ada banyak sekali barang barang mewah di sana. Mulai dari vas bunga, guci, bahkan lukisan klasik yang terpasang rapi di dinding ruang tengah.

Cukup lama Reno mengagumi rumah ini beserta isinya.

"Saya mau menghubungi seseorang sebentar, kamu bisa keliling rumah ini kalau kamu mau Reno."

"Baik pak".

Reno kembali berjalan. Matanya masih sibuk menikmati isi rumah yang baru saja ia masuki. Dan saat sampai di ruang yang ia yakini adalah ruang keluarga, ia berhenti. Tepat di depan bingkai foto berukuran lumayan besar.

Ada tiga orang dalam foto itu, dan Reymond atasannya adalah salah satu yang ia kenali. Masih sama gagahnya, tersenyum menawan dengan dua wanita di sebelahnya.

Mungkin itu istri dan putrinya, pikir Reno.

Sofa warna maroon dengan meja kaca di tengahnya tak luput dari pandangannya.

Perlahan, Reno menapaki satu persatu anak tangga menuju lantai atas. Ada beberapa ruangan di sana, mungkin kamar atau hanya ruangan biasa.

Dan saat sampai di depan pintu kaca yang mengarah ke balcon itu ia baru sadar, dari atas sini ia bisa melihat area belakang rumah ini. Sayang, ada beberapa sudut tempat yang terlihat berantakan.

Puas berkeliling, Reno berniat kembali menemui Reymond atasannya. Tapi betapa terkejutnya saat ia mencoba berbalik badan, seseorang telah siap mengayunkan entah apa benda yang di pegang ke arah kepalanya.

Reno tidak sempat berpikir, ia hanya reflex melindungi bagian kepalanya dengan ke dua tangan. Tepat sebelum benda yang di ayunkan ke arahnya mengenai kepalanya.

"Siapa lo hah, maling ya lo. Mampus lo, mampus. Mbakkk ada maling mbakk, mbakkk."

Wanita yang hanya di lilit handuk dengan rambut yang masih basah itu berteriak sangat kencang. Suaranya melengking di dalam rumah yang sunyi itu.

Reno heran, kenapa wanita yang tak henti hentinya mengayunkan stik golf ke arahnya ini meneriakinya maling. Bukan sakit karena pukulannya, tidak sama sekali. Tapi ia takut gendang telinganya akan pecah jika ia terlalu lama di sini. Jeritan wanita ini benar benar membuat telinganya sakit.

Dan saat Reno berhasil menagkap ayunan stik golf itu, ia seketika diam.

Wanita ini.

Sama terkejutnya, Kayla sadar orang di hadapannya ini adalah pria yang membantunya lari dari orang orang suruhan papanya yang membuntutinya malam tadi.

"Lo...ngapain lo di sini.?"

Reno masih diam tak merespon, tubuhnya kaku mematung.

Sebagai pria normal, pemandangan indah di depan matanya itu membuat otaknya tiba tiba eror tak berfungsi.

Putih, mulus, dan.... Plakkkk

Satu tamparan keras sukses mendarat di pipinya.

"Dasar. . .maling. . . .mesummmm"

Dan satu tendangan ke arah selangkangannya benar benar tidak bisa Reno hindari, sialnya, itu tepat sasaran. Tepat di tempat dimana ia menggantungkan semua masa depannya.

Reno tersungkur, rasanya berkali kali lipat lebih sakit dari pukulan stik golf pada tubuhnya, belum lagi tamparan pada pipinya.

Ini di luar dugaan, semua terjadi begitu cepat.

Mendengar keributan dari arah lantai atas tempat putrinya berada, membuat Reymond sedikit khawatir. Dia berlari menaiki anak tangga.

Dan saat melihat Reno tersungkur di lantai, juga dengan anak perempuannya yang terlihat akan mengayunkan stik golf kembali ke arah Reno, membuatnya sedikit panik.

"Apa apaan kalian".

Suara Reymond berhasil menghentikan Kayla melanjutkan aksinya.

"Pa, ada maling mesum masuk".

Menjawab pertanyaan papanya, Kayla dengan susah payah mencoba mengatur napasnya yang memburu.

"Kalian berdua.... "

Reno dan Kayla menoleh.

"Temui saya di bawah..."







You are My Destiny [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang