Pagi itu, setelah mendapat persetujuan dari dokter, Kayla perlahan memasuki ruangan tempat Reymond dirawat. Dan seketika ia menangis melihat Ayahnya yang tengah terbaring diranjang dengan alat bantu pernapasan dihidungnya.
Reymond baru saja sadar beberapa saat lalu, dan tersenyum saat melihat putrinya datang mendekat. Melihat Kayla menangis, Reyomnd ingin sekali memeluk dan menghapus air matanya itu. Tapi apa daya, ia sama sekali belum mempunyai tenaga untuk melakukan itu. Ia hanya tersenyum, berharap Kayla tidak terlalu mengkhawatirkannya.
"Pa, papa ngga apa-apa kan,? Ada Kayla disini pa, Kayla akan rawat papa sampai papa sembuh nanti"
Ingin sekali Kayla menghentikan air matanya itu untuk tidak menetes, tapi gagal. Ia merasa sangat tidak tega melihat Ayahnya tidak mampu melakukan apapun, dan hanya bisa membalas genggaman tangannya itu.
"Kayla janji, Kayla akan nurut sama papa kalo papa sembuh nanti. Kayla akan dengerin apa yang papa bilang, Kayla akan lakuin apapun yang papa inginkan"
Kayla bicara diantara tangisnya yang pilu, membuat Reymond merasakan betapa putrinya itu menyayanginya dan membuatnya ikut menangis.
"Tapi papa harus janji sama Kayla, papa ngga akan kenapa-napa. Papa akan sembuh secepatnya"
Reymond tidak menjawab, matanya teralihkan pada sosok yang juga baru saja memasuki ruangan itu. Dia adalah Reno.
Dengan sekuat tenaga, Reymond mencoba menggerakan tangan kirinya. Membuat aba-aba ke arah Reno untuk mendekat. Reno menyadarinya, ia berjalan ke sisi ranjang sebelah kiri, dan menggenggam tangan atasannya itu erat.
Dan saat melihat Reymond ingin mencoba mengatakan sesuatu padanya, ia mencoba menurunkan tubuhnya lebih rendah.
"Tolong jaga Kayla untuk saya Reno, tetap bersamanya apapun yang terjadi nanti"
Walaupun lirih, suara parau Reymond masih jelas terdengar oleh Reno dan juga Kayla.
"Baik pak, menjaga nona Kayla adalah salah satu pekerjaan saya selama saya masih ada disini"
Reymond tersenyum.
"Bukan pekerjaan. Untuk permintaan terakhir saya ini, saya tidak mau kamu menganggapnya sebuah pekerjaan"
"Papa apa-apaan. Papa akan sembuh, papa jangan ngomong kaya gitu"
Kayla kembali menangis, ia tidak ingin Ayahnya berkata seperti itu. Ia tidak mau dan tidak ingin mendengar ini adalah pesan terakhirnya.
"Menikah lah dengan Kayla, Reno"
Diam. Reno dan Kayla terdiam mendengar apa yang diucapakan oleh Reymond. Ia sama sekali tidak bisa menjawab satu patah katapun.
Kayal terlihat menghapus air matanya, genggamanya semakin erat pada tangan kanan Reymond.
"Baik, Kayla dan Reno akan menikah pa. Kalo papa mau, hari ini juga Kayla dan Reno akan menikah"
Belum sempat berpikir, Reno kembali dikejutkan dengan apa yang ia dengar dari mulut Kayla.
"Hari ini, Kayla dan Reno akan siapkan semuanya. Untuk papa, Kayla mau melakukan apapun pa."
Reymond tersenyum, walaupun tanpa mendengar persetujuan dari Reno.
*****
Reno tengah duduk di ruang tunggu rumah sakit itu dengan tatapan tidak percaya, kemeja putih yang ia kenakan baru saja ia gulung hingga siku. Entah apa yang bisa menggambarkan kejadian yang baru saja ia jalani satu jam yang lalu itu.
Genggaman tangan Reymond dan suara lantangnya mengucap ijab kabul itu masih terngiang di pikirannya. Ia sama sekali belum bisa mempercayai fakta jika sekarang ia sudah menjadi suami sah dari Kayla Atmanegara.
Ya, siang itu, dengan persiapan seadanya, dengan persetujuan dari dokter dan rumah sakit, Reno dan Kayla mengucap janji sebagai sepasang suami istri didepan tubuh Reymond yang tidak berdaya.
Acara yang hanya dihadiri oleh Santi dan Laras sebagai wali dari Reno, Sandra, Windy dan Via sebagai wali dari Kayla, dokter penjaga dan beberapa suster, adalah saksi dimana sepasang anak manusia itu mengikat janji sehidup-semati.
Suasana yang sangat sulit untuk digambarkan pada saat itu, entah bisa disebut kebahagian atau kesedihan. Semua terjadi dalam satu kejadian.
Sandra, Windy dan Via sudah tidak ada disana sejak beberapa menit yang lalu. Acara yang benar-benar sangat mendakak ini membuat mereka harus membagi waktu dengan jadwal mereka masing-masing. Tapi mereka berjanji akan menemui sahabatnya itu secepatnya.
Disana hanya tinggal Santi dan Laras, mereka terlihat baru saja keluar dari ruangan Reymond lalu berjalan menemui Reno.
Santi duduk sebelah Reno, mengelus bahu putranya yang sekarang sudah berstatus sebagai seorang suami itu lembut. Ia bisa saja jantungan siang tadi saat Reno mengatakan untuk datang ke rumah sakit karena dia akan menikah dengan Kayla.
Sebelumnya memang ia sudah rencanakan untuk datang ke rumah sakit menjenguk Reymond, bukan untuk menjadi wali atas sebuah pernikahan.
"Masuklah, Kayla masih didalam. Ajak dia makan, ibu takut dia akan sakit kalo terus seperti itu"
"Iya mas, kasihan kak Kayla, dari siang kayaknya belum makan" tambah Laras.
"Iya bu, ibu sama Laras ngga pulang,?"
"Ngga papa ibu disini saja, ibu bisa gantikan Kayla buat jaga Ayahnya kalo kalian mau pergi makan dulu"
Reno kembali memasuki ruangan Reymond, dan Kayla terlihat masih setia duduk di sebelah Ayahnya yang kini tengah terlelap. Ia mendekat, mengelus bahu wanita yang sudah berstatus sebagai istri sah nya itu pelan. Reno merasa, setelah semua kejadian yang ia alami hari ini, ia harus sedikit lembut memperlakukan Kayla.
"Istirahat dulu Kay, dari siang kamu belum makan"
Kayla sedikit terkejut, suara Reno mengebalikannya dari lamunan.
"Belum lapar Ren, kamu makan dulu aja kalo udah lapar"
"Jangan gini Kay, kamu udah janji sama Ayah kamu. Dia akan sedih kalo lihat kamu kaya gini"
Benar kata Reno, Ayahnya pasti akan sedih jika melihatnya seperti ini. Ia sudah berjanji untuk tidak larut dalam kesedihan. Ia berdiri dan terseyum ke arah Reno, lalu keluar ruangan itu menuju arah Santi dan Laras.
"Bu, Kayla pergi sebentar. Tolong jaga papa ya, ngga lama kok, nanti Kayla balik lagi"
"Ngga papa nak, kamu ngga perlu buru-buru. Ada ibu disini"
Akhirnya Reno dan Kayla pergi dari rumah sakit itu untuk mencari makan, mereka pergi dengan menggunakn mobil Kayla. Kayla sempat menawarkan diri untuk membawa mobilnya sendiri, tapi Reno menolaknya. Ia hanya khawatir dengan keadaan Kayla yang seperti itu jika harus duduk di belakang kursi kemudi.
Setelah beberapa saat ada di dalam mobil, Kayla sedikit bingung kenapa Reno membawanya menuju arah kembali ke rumah.
"Ini arah pulang Ren, katanya mau makan,?" tanya Kayla bingung.
"Emang mau, kamu makan pake pakaian seperti itu"
Kayla memperhatikan tubuhnya sendiri, dan baru sadar jika ia masih mengenakan kebaya pengantin. Kayla hanya tersenyum melihat penampilannya sekarang, entah apa yang nanti dipikirkan orang saat melihat wanita yang masih mengenakan baju pengantin keluyuran mencari makan.
"Pulang dulu ganti baju, nanti baru makan"
"Emang kamu ngga mau ganti baju dulu,?"
"Ngga papa, ini sama kaya pakaian kantor biasa. Jadi ngga masalah, ngga kelihatan aneh juga"
Halo, Author disini. Ada yang menyangka bakal gini,? Semoga kalian suka sama alurnya. Masih ada beberapa part sebelum tamat, dan masih ada sedikit drama yang akan terjadi. Tetap stay ya, jangan bosen....
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Destiny [COMPLETE]
General FictionReno Adrian - Tampan - Mapan - Pekerja keras - Mesum (menurut Kayla) Kayla Atmanegara - Kaya - Cantik - Manja - Keras kepala - Bodoh (menurut Reno) Cinta memang bisa datang dengan cara apapun, kapanpun dan di manapun tanpa kita sadari. Note: Updat...