Seminggu ini adalah hari-hari paling sibuk bagi Kayla, Reno dan Reymond. Jika hari kerja biasa pukul 4 sore sudah berakhir, ini tidak berlaku bagi ketiga orang itu. Mereka benar-benar bekerja keras untuk membuat perusahaan itu kembali stabil.
Bukan hanya dikantor, pekerjaan itu bahkan mereka bawa pulang kerumah. Bagi Reno dan Kayla, itu sudah biasa. Tapi tidak dengan Reymond. Diusianya yang sudah tidak muda lagi, ia masih bersikukuh untuk tetap bekerja. Walaupun Kayla sudah melarangnya. Ia hanya khawatir akan kesehatan Ayahnya itu.
Hingga suatu malam, kekhawatiran Kayla benar-benar terjadi.
Reymond yang baru saja akan beranjak dari meja kerjanya untuk mengambil air minum tiba-tiba merasakan sesak pada dadanya, semakin lama terasa semakin sakit. Hingga ia kesulitan untuk bernapas. Ia paksakan tubuhnya berjalan kearah dapur, tapi langkah kakinya terhenti tepat sebelum kesadarannya hilang.
Reymond terjatuh ke lantai, yang ia dengar dan rasakan hanya teriakan minta tolong dari Minah, wanita yang bekerja di rumahnya. Setelah itu gelap.
*****
Kayla gemetar, tubuhnya terasa menggigil ketakutan. Ia tengah berada didalam mobilnya menuju rumah sakit, air mata yang terus saja keluar dari matanya benar-benar menganggunya dalam berkendara.
Entah seperti apa keadaan Ayahnya sekarang disana, ia terus menerus berdo'a sepanjang jalan untuk orang yang sangat ia sayangi itu. Ia tidak mau dan sama sekali tidak menginginkan satu-satunya anggota keluarganya itu pergi meninggalkannya.
Setibanya di rumah sakit, Kayla berlari ke arah ruangan yang sudah diberi tau sebelumnya oleh seorang suster. Disana sudah ada Reno duduk dengan wajah cemas. Dan saat melihat Kayla datang berlari ke arahnya, Reno menahannya untuk tidak masuk ke ruangan tempat Reymond berada.
Matanya sembab, dan merah, Reno sadar Kayla sudah menangis sepanjang jalan.
Kayla memberontak saat Reno menahan tubuhnya.
"Lepas Ren, gue mau masuk. Gue pengen lihat papa"
"Nanti Kay, papa kamu lagi sama dokter. Kamu belum boleh masuk sekarang"
"Ngga mau Reno, aku mau lihat papa. Pa.. papa.. Kayla disini pa... Papa... "
Kayla kembali memberontak, bahkan berteriak histeris memanggil Ayahnya.
"Tenang Kay, tenang. Papa kamu pasti ngga apa-apa didalam"
"Ngga Ren, papa sakit gara-gara aku, aku yang bikin papa jadi kaya gini, aku penyebabnya Ren, aku... "
Seteleh itu Kayla terjatuh ke lantai dengan tangis yang sangat pilu, tubuhnya terasa lemas dan tidak sanggup lagi untuk berdiri.
Tidak tega, Reno memeluk tubuh Kayla yang terlihat sangat rapuh. Ia bisa merasakan betapa Kayla merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Reymond.
Setelah tenang, Reno memapah Kayla menuju kursi ruang tunggu rumah sakit itu. Walaupun masih dalam keadaan menangis.
"Kamu tenang, aku yakin papa kamu ngga apa-apa"
3 jam sudah Reno dan Kayla duduk disana tanpa berbuat apapun, hanya menunggu.
Dan saat seorang dokter tiba-tiba keluar dari ruangan tempat Reymond berada, Kayla berlari menghampiri di ikuti Reno.
"Gimana keadaan Papa saya dok,?"
"Bapak Reymond mengalami serangan jantung, untung saja beliau cepat di bawa kemari. Walaupun sudah melewati masa kritis, kita masih belum bisa memastika kapan beliau akan siuman"
"Terus kapan saya bisa bertemu dengan papa saya dok,?"
"Sebaiknya jangan sekarang, beliau masih dalam perawatan kami. Kalo besok memungkinkan, anda bisa menemui beliau"
Mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisi Ayahnya, membuat Kayla sedikit merasa lega. Setidaknya, Ayahnya sudah melalui masa kritisnya.
"Baiklah, saya permisi dulu"
"Baik dok, terima kasih"
Reno kembali mengajak Kayla duduk di ruang tunggu.
"Kamu tunggu disini sebentar, aku cari minum dulu"
Kayla hanya mengangguk, dan sedikit merasa aneh pada Reno. Sejak kapan ia menggunakan aku-kamu.
Tidak berapa lama, Reno kembali dengan dua gelas kopi panas ditangannya.
"Aku ngga tau kamu suka kopi ini atau ngga, tapi cuma ini yang ada disini"
Kayla menerimanya, lalu meniup kopi itu sebelum menyesapnya.
"Lumayan.. " komentarnya kemudian.
"Kamu ngga mau pulang dulu, istirahat, besok pagi baru kesini lagi"
"Ngga, aku pengen tetep disini. Oh iya, sejak kapan lo pake aku-kamu,? Biasanya lo-gue kalo ngomong sama gue"
"Tadi... " jawab Reno santai.
"Mungkin karena kebawa suasana kali ya, pake aku-kamu lebih enak aja didengarnya. Kamu ngga mau coba,?" lanjut Reno lagi.
"Ngga akh, lebih enak pake lo-gue. Mungkin karena udah kebiasaan"
"Terserah.. "
Waktu sudah menunjukan pukul 02:00 dini hari. Reno dan Kayla masih terlihat duduk di ruang tunggu rumah sakit itu. Udara pagi yang semakin terasa dingin membuat Kayla terlihat beberapa kali mengelus lengannya sendiri. Ia juga sudah merasa sangat mengantuk, tapi tetap ia paksakan untuk menahannya.
"Sini... "
Reno menepuk-nepuk pahanya sendiri, memberi kode untuk Kayla jika ia siap jadi bantal tidurnya.
Kayla mengerti, tapi ragu untuk melakukannya.
"Ngga papa Ren,?"
"Ngga papa, kalo kamu udah ngantuk jangan dipaksain. Nanti malah sakit, kalo sakit siapa yang jagain Papa kamu"
Kayla sempat ingin menolak, tapi matanya terasa sudah sangat tidak bersahabat. Akhirnya ia menuruti untuk tidur menggunakan paha Reno sebagai alas kepalanya. Kursi ruang tunggu yang lumayan panjang juga bisa Kayla gunakan untuk meluruskan kakinya yang terasa pegal-pegal.
Dan tidak berapa lama, Kayla akhirnya terlelap. Tarikan napasnya yang teratur menandakan ia tengah bermain dengan mimpinya.
Reno tersenyum, kenapa ada wanita keras kepala seperti ini. Ia melepas jaketnya, lalu menutup tubuh Kayla yang terlihat kedinginan.
Tidak berapa lama, Reno juga ikut terlelap dengan posisi duduk dan Kayla ada dipahanya. Mereka berdua terlihat letih.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Destiny [COMPLETE]
General FictionReno Adrian - Tampan - Mapan - Pekerja keras - Mesum (menurut Kayla) Kayla Atmanegara - Kaya - Cantik - Manja - Keras kepala - Bodoh (menurut Reno) Cinta memang bisa datang dengan cara apapun, kapanpun dan di manapun tanpa kita sadari. Note: Updat...