20

9.3K 425 0
                                    

Reymond masih terlihat sibuk dengan berkas berkas yang harus ia periksa dan tanda tangani di atas meja kerjanya. Ia merasa dirinya sudah tidak muda lagi untuk memimpin perusaan sebesar ini, harapannya hanya pada Kayla sebagai penerusnya. Tapi ia belum yakin putrinya itu akan sanggup menggantikan posisinya. Jangankan memimpin perusahaan, mengurus dirinya sendiri saja Kayla belum mampu, pikir Reymond.

Perhatiannya teralihkan saat pintu ruangannya tiba tiba di ketuk dari arah luar. Itu adalah Rini sekretaris pribadinya.

"Selamat siang pak, ada seseorang yang memaksa ingin bertemu dengan bapak. Saya sudah sampaikan kalau bapak akan segera istirahat, tapi orang ini tetap memaksa ingin bertemu"

"Selamat siang tuan Reymond"

Belum sempat Reymond menanyakan siapa orangnya, pria itu tiba tiba masuk tanpa seijinnya. Dia adalah Andre.

"Kamu bisa kembali ke ruanganmu Rini"

"Baik pak."

Belum ada pembicaraan di antara mereka berdua, Andre terlihat sibuk mengamati seluruh bagian ruangan itu. Dan Reymond hanya memperhatikan dari meja kerjanya. Ia hanya heran kenapa Andre memaksa ingin bertemu dengannya.

"Ruangan yang bagus. Luas dan mewah, benar tuan Reymond,?"

Setelah puas dengan apa yang ia lihat dari ruangan pemimpin perusahaan yang ia datangi ini, Andre berjalan menuju meja kerja Reymond. Ia duduk tanpa menunggu ijin, lalu menyilangkan kakinya.

"Apa tujuan anda datang menemui saya,?"

Bagi Reymond, tidak ada kata basa basi bila berhadapan dengan orang kurang didikan seperti Andre ini. Ia masih bersabar tidak memanggil petugas keamanan untuk menyeret orang di hadapanya ini dari kantornya.

Andre hanya terseyum saat merasa dirinya tidak di sambut dengan baik oleh Reymond.

"Bukankah hal baik jika calon menantu datang mengunjungi calon mertuanya"

Andre kembali tersenyum, senyum yang terlihat menggelikan di mata Reymond.

"Jika tidak ada hal penting yang ingin anda sampaikan, silahkan keluar dari ruangan saya. Atau saya akan panggilkan petugas untuk memaksa anda keluar."

"Oh wow, sabar calon mertua, saya hanya ingin memastikan jika anda masih sehat untuk menyaksikan putri anda menikah dengan saya nanti."

Reymond berdiri dari kursi yang ia duduki, menghadapi orang macam Andre ini benar benar membuatnya naik darah.

"Dan saya pastikan itu tidak akan terjadi"

"Yang akan menikah putri anda, bukan anda tuan Reymond. Dan anda tau, Putri anda sudah ada dalam genggaman saya sekarang. Bahkan peringatan yang anda berikan untuk menjauhi saya sama sekali tidak berpengaruh"

"Lalu bagaiman jika saya mengatakan anda sudah mempunyai istri yang tengah hamil"

Andre masih terlihat santai. Kalimat yang baru saja ia dengar sama sekali tidak mempengaruhinya. Ia sangat yakin, dalam hal ini ia yang akan menang.

"Saya tau anda adalah orang tua Kayla, tapi saya tidak yakin putri anda akan mempercayai anda. Saya sudah bilang, putri anda sudah ada dalam genggaman saya sepenuhnya"

Reymond kembali duduk, ia sadar apa yang di katakan Andre memang ada benarnya. Ia tidak yakin akan bisa merubah apa yang ada dalam pikiran Kayla tentang orang ini.

"Apa sebenarnya yang anda inginkan dari saya dan putri saya,?"

Tidak ada cara lain, ia memang harus mengetahui apa tujuan dari orang ini secara langsung.

"Anda akan tau sebentar lagi, anda hanya perlu menunggu sebentar lagi, sampai saya selesai mempersiapkannya."

Andre berdiri, lalu berbalik dan berjalan menuju pintu ruangan itu. Sebelum membukanya, ia berhenti.

"Saya permisi tuan Reymond. Dan saya harap, anda bisa menyambut saya dengan baik jika nanti saya datang menemui anda kembali"

Reymond masih terdiam setelah Andre benar benar keluar dari ruangannya. Rasa khawatir tiba tiba datang menghampirinya, bukan dirinya, ia mengkhawatirkan Kayla.

Ia sadar Andre datang karena dia, dan sekarang putrinya juga ikut terlibat di dalamnya. Entah rencana apa yang akan Andre lakukan, sekarang ini ia hanya mementingkan Kayla. Bahkan jika Andre akan meminta semua yang ia punya. Reymond akan memberikannya.

***

Reno terlihat sibuk merapikan kamar yang ada di rumahnya. Bukan kamarnya, ia tengah merapikan kamar yang akan di tempati oleh ibu dan adiknya. Ia sangat senang ketika tiga hari yang lalu, tawaran mengajak ibu dan adiknya untuk pindah ke Jakarta akhirnya di setujui.

Dan ia sangat bersyukur tanpa harus ijin cuti untuk menjemput ibu dan adiknya, Reymond sudah menawarkan orang beserta kendaraan yang akan menjemput ke Jogja. Bahkan Reymond akan menemui ibu dan adiknya jika sudah tiba nanti.

Di meja makan, ia sudah menyiapkan makanan untuk ibu dan adiknya yang sengaja ia buat sendiri. Ia sengaja pulang lebih awal dari kantornya untuk mempersiapkan ini.

Suara klakson mobil dari arah luar rumahnya membuat ia meninggalkan kegiatannya di kamar itu. Ia yakin itu adalah ibu dan adiknya.

Reno terkejut sesaat setelah ia membuka pintu gerbang rumahnya itu, seorang wanita cantik tiba tiba menubruknya. Remaja berusia 18 tahun itu memeluknya erat, Reno juga membalas pelukan remaja bernama Laras itu tidak kalah erat. Hampir 6 bulan tidak bertemu membuat ia sangat merindukan adik perempuan kesayanganya itu.

Laras melepas pelukannya, lalu mencuim tangan Reno.

"Mas kok sendiri,? Calon kakak ipar mana,?"

Reno mengacak acak rambut Laras, ia selalu di buat gemas oleh adiknya ini. Jika bertemu, ia tidak pernah lupa menanyakan calon kakak iparnya pada Reno. Yang berarti itu adalah calon istrinya.

"Kamu ini. Calon kak ipar mulu yang di tanya. Tanya kabar kek, udah makan apa belum kek.. "

"Udah-udah, kalian ini bertengkar terus kerjaannya"

Wanita paruh baya bernama Santi itu baru saja turun dari mobil, ia heran dengan kelakuan kedua anak laki laki dan perempuannya.

"Bantuin ibu bawa barang barang ini masuk.. "

Santi terlihat kesal dengan Reno karena lebih memilih berdebat dengan adiknya dari pada menolongnya memberseskan barang yang ia bawa.

"Mas bantuin ibu bawa barang, Laras capek mau masuk"

Laras memasuki rumah meninggalkan Reno dan ibunya. Sifat tengilnya tidak pernah berubah dari dulu.

"Ibu apa kabar,?"

Reno mencium tangan ibunya, lalu memeluk wanita yang sangat berharga di hidupnya itu dengan lembut.

"Ibu baik nak, kamu sendiri gimana kabarnya,?"

"Seperti yang ibu lihat, Reno baik bu. Ibu masuk aja dulu biar nanti Reno yang bawa barangnya."

Reno membawa barang barang yang di bawa oleh ibu dan adikanya itu masuk satu persatu. Barang yang cukup banyak, entah apa isinya.

Reno juga menyempatkan untuk sedikit berbincang dengan orang suruhan Reymond yang sudah menjemput dan mengantarkan ibu dan adiknya itu. Ia juga memberikan beberapa lembar uang untuk sekedar beli rokok atau sebagai tanda terima kasih. Orang itu sempat menolaknya, tapi Reno tetap memaksa.

You are My Destiny [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang