13

9.1K 478 0
                                    

Reno tengah duduk di sebuah cafe, tatapan ke layar ponselnya tiba tiba teralihkan saat seorang pelayan mengantarkan minuman pesanannya. Ia baru sekitar lima belas menit yang lalu tiba di tempat ia akan bertemu dengan Sandra.

"Terima kasih. "

Ucap Reno pada pelayan yang baru saja menyuguhkan Latte di mejanya, Latte adalah salah satu kopi favorit Reno selain Macchiato.

"Hai.. "

Sapa seorang wanita yang datang dari arah belakang kursi yang Reno duduki. Ia adalah Sandra, wanita yang memintanya datang ke tempat ini.

"Hai, duduk.. "

Balas Reno lalu mempersilahkan Sandra duduk. Mereka duduk berhadapan. Mungkin karena masih sore, keadaan Cafe masih belum terlalu ramai pengunjung. Ada beberapa memang, tapi letaknya agak jauh dari meja yang di tempati Reno dan Sandra.

"Udah lama Ren,? Sorry tadi agak sedikit macet"

"Lima belas menit lah, santai aja. Mau minum apa gue pesenin"

"Ngga papa gue pesen sendiri aja"

Sandra mengangkat tangan kanannya, pertanda ia memanggil pelayan untuk memesan pesanannya. Dan tidak butuh waktu lama pelayan itu kembali dengan membawa Ice Blend yang Sandra minta.

"Ngga papa kan gue minta lo nemuin gue disini Ren,?"

"Ngga papa, hari ini kan hari minggu, gue ngga ada kerjaan juga"

Sebenarnya dari awal Sandra datang, ada hal aneh yang Reno rasakan. Setau Reno, Sandra, Kayla, Windy, dan Via adalah teman karib, tapi kenapa Sandra berpesan mereka jangan sampai tau kalau mereka akan bertemu.

"Oh iya gimana hubungan lo sama Kayla,? Setau gue, kalian lagi ngga akur,?"

Sandra mencoba membuka percakapan.

"Perasaan, gue ngga pernah akur juga sama Kayla, jadi kalau di bilang sekarang lagi ngga akur ya udah biasa menurut gue"

Hampir dua bulan mengenal Kayla, Reno merasa memang ada ada saja hal yang membuat mereka berdua selalu bertengkar.

"Sebenarnya gue ngga yakin ini benar atau salah, tapi gue bingung harus ngapain. Ini menyangkut Kayla, Andre, lo dan gue"

Sandra menunjuk Reno lalu menujuk dirinya sendiri.

"Gue,?"

Tanya Reno bingung, karena memang seharusnya ia tidak ada hubungannya dengan Andre dan Kayla.

"Sekarang coba lo ceritain sama gue, kenapa lo bilang sama Kayla kalau Andre itu hanya mempermainkan dia"

Dari pertama melihat Andre dan merasa bahwa ia pernah bertemu sebelumnya, sampai dengan saat ia melihat Andre makan bersama dengan seorang wanita hamil, Reno menceritakannya pada Sandra.

Sandra hanya mendengarkan, sesekali ia mengangguk tanda mengerti.

"Tinggi, putih, rambut sebahu, ada tahi lalat di atas bibi sebelah kiri,?"

Reno hanya heran mendengar Sandra menyebutkan ulang ciri ciri wanita yang baru saja ia sebutkan.

"Persis, itu wanita yang sama saat gue lihat dia lagi jalan sama Andre"

"Tunggu tunggu. Jadi maksud lo, lo juga pernah lihat mereka berdua jalan bareng gitu,?"

Reno mencoba meyakinkan apa yang ada di otaknya tentang Andre dan wanita hamil itu.

"Yaps, gue juga dengar apa yang lo dengar soal Andre yang menyebutkan anak dalam kandungan wanita itu adalah anak mereka."

Mendengar itu, Reno semakin yakin bahwa Andre memang menyembunyikan sesuatu dari Kayla.

"Itu alasan gue minta lo datang kesini. Bukan hanya sahabat, Kayla udah gue anggap keluarga gue sendiri. Jadi, gue minta bantuan lo buat cari tau masalah ini. Gue ngga mau Kayla sakit hati sama cowok brengsek itu."

Reno menghela nafas panjang, ia tidak menyangka akan terlibat sejauh ini. Ia sadar, wanita di hadapannya ini sangat menyayangi Kayla. Dan ia juga sadar Sandra sangat bergantung padanya.

"Gue juga bakal bantu sebisa gue. Dan satu lagi Ren, tolong rahasiain soal pertemuan ini, gue ngga mau mereka bertiga malah berpikir macam macam tentang kita"

Menghadapi sifat keras kepala dan manjanya seorang Kayla saja sudah membuat Reno pusing, ini di tambah lagi satu orang yang harus ia cari tau entah dari mana mengawalinya.

Setelah menemui Sandra tadi sore, Reno sempat pulang mengganti pakaian sebelum ia memutuskan untuk pergi ke tempat gym. Ia berpikir di tempat itulah ia bisa sedikit meredakan penat di kepalanya. Tapi malah sebaliknya,topik pembicaraannya dengan Sandra benar benar membuatnya bingung harus berbuat apa. Ia di paksa masuk ke dalam hubungan orang lain oleh keadaan.

Pikirannya masih kacau. Reno baru saja keluar dari tempat gym itu menuju mobilnya, saat tiba tiba seseorang menghampirinya tepat sebelum ia memasuki mobil.

"Reno Adrian,"

Reno terkejut saat pria itu menyebutkan nama lengkapnya dengan tawa yang seolah meremehkan.

"Gue ngga tau ada masalah apa lo sama gue. Tapi yang jelas, lo udah masuk ke tempat yang seharusnya ngga lo masuki"

Reno hanya diam. Iya kembali menutup pintu mobil yang sempat ia buka tadi dengan agak keras setelah mengetahui pria tersebut adalah Andre.

"Pintunya masih terbuka lebar, silahkan keluar sebelum anda menyesal, tuan"

Nada meremehkan kembali Reno dengar. Reno berjalan mendekati sumber suara yang berada di sebelah mobil tempat ia berdiri.

"Bisa anda ulangi sekali lagi, saya tidak mendengarnya. Ah, apa anda takut saya akan membongakar semuanya,? Saya berharap anda bukan seorang pengecut, tuan"

Reno semakin memperpendek jarak berdirinya dengan Andre. Mempunyai tinggi badan yang sama membuat Reno bisa menatap langsung mata lawan bicara yang baru ia juluki sebagai seorang pengecut itu. Dengan tangan kanannya, Reno mengusap bahu Andre yang sebenarnya tidak kotor, sama sekali tidak ada apapun disana.

Andre menampiknya dengan kasar.

"Singkirkan tangan kotor lo dari tubuh gue"

Intimidasi Reno berhasil, Andre terlihat cukup kesal dengan ulahnya.

"Lo tidak lebih dari sebutir debu di mata gue. Dan gue bisa berbuat apapun, bahkan hal yang sama sekali ngga pernah terlintas dalam pikiran lo. Masih ada waktu untuk mundur sebelum lo menyesal"

Andre berbalik pergi meninggalkan Reno dengan sebuah ancaman. Tatapan tajamnya menandakan ia tengah menahan amarah. Andre bukan orang bodoh, ia tidak ingin hanya menjadi bahan tontonan orang jika ia menghajar pria yang telah membuatnya naik pitam ini.

"Lakukan apapun yang lo mau, gue ngga bakal takut"

Reno yakin suaranya masih di dengar walaupun Andre sudah pergi meninggalkannya beberapa langkah.

Reno puas. Setidaknya, ia sudah membuat lawan bicaranya pergi dengan hati yang tidak tenang.

You are My Destiny [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang