Reno sudah berada di dalam mobil dan duduk di kursi kemudi menunggu Kayla untuk berangkat ke kantor. Tidak seperti minggu awal, saat ia hampir di buat kesal karena terlalu lama menunggu Kayla merias diri, akhir akhir ini atasannya itu mungkin sudah mulai terbiasa dengan rutinitasnya setiap pagi. Mulai dari bangun pagi dan sarapan, ia sudah tidak harus di bangunkan.
Tapi pagi itu terlihat sedikit berbeda denagn Kayla, ia terlihat tidak nyaman. Setelah memasuki mobil, Kayla terlihat sibuk dengan ponselnya, beberapa kali ia masuk dan keluarkan benda pipih itu dari dalam tasnya. Raut mukanya juga terlihat kesal, maklum saja dalam 3 minggu ini waktunya banyak tersita untuk pekerjaannya di kantor.
Sudah dari dua hari lalu Andre, kekasihnya sangat sulit ia hubungi. Jangankan membalas pesan yang ia kirim, telpon saja hanya beberapa kali di angkat, itupun hanya sebentar sekedar menanyakan apa yang sedang ia lakukan.
Ia menyadari sekarang hubungannya dengan Andre sedikit renggang, ia bisa bersama saat jam makan siang saja. Itupun jika Kayla yang mengajaknya makan bersama. Andre juga beberapa kali menolak bertemu dengan alasan sibuk dengan pekerjaannya.
"Oh iya nona, besok lusa kemungkinan saya akan ijin untuk menemui ibu saya di Jogja"
Suara Reno berhasil mengembalikan pikiran Kayla yang terus saja memikirkan hubungannya dengan Andre.
"Oh berapa lama lo mau ijin, terus gue pake mobil siapa ke kantor,?"
"Ada driver dari kantor yang nanti akan menjemput dan mengantar nona selama saya ijin"
Mendengar Reno terus berbicara menggunakan bahasa baku dengannya selama tiga minggu ini benar benar membuat telinganya panas.
"Bisa ngga sih lo ngomong formal sama gue, panas gue denger lo ngomong kaya sama presiden aja"
"Itu sudah jadi kewajiban saya n.... "
Belum sempat Reno selesai mengucapkan kalimatnya, Kayla memotongnya cepat.
"Ngga usah panggil gue nona, paham. Atau setidaknya anda bisa memanggil saya nona pada saat kita berada di kantor saja, tuan Reno"
Kayla mencoba menirukan gaya bicara Reno tapi dengan intonasi yang sengaja di buat buat.
"Capek gue dengernya tau". Lanjut Kayla.
"Baiklah, setelah ini saya akan pakai bahasa formal, tapi hanya jika itu di luar kantor."
Reno akhirnya mengalah, sebenarnya ia juga lelah dengan gaya bicaranya yang baku itu.
***
Kayla menjatuhakan tubuhnya pada ranjangnya yang empuk, hari yang melelahkan bukan hanya fisiknya, tapi juga otak dan persaannya. Siang tadi, Andre kembali membatalkan janji untuk makan siang bersama. Jika ia bisa menyempatkan waktunya untuk bertemu, kenapa Andre tidak bisa. Kayla heran sesibuk apakah pekerjaannya itu, atau ada alasan lain ia tidak bisa menemuinya sampai sekarang. Bahkan setelah jam kerja berakhirpun sama saja, Andre selalu ada alasan menolak bertemu dengan Kayla.
Setelah selesai membersihkan diri dan mengganti busana kerjanya dengan baju santai, Kayla berniat ke garasi mengambil barang yang tadi tertinggal di mobil Reno.
Saat melewati bagian depan kamar Reno, samar samar ia bisa mendengar percakapan dari dalam kamar itu. Reno menyebutkan kata ibu dan adik, mungkin Reno tengah berbicara lewat telpon dengan keluarganya di Jogja, pikir Kayla.
Ia terpaksa mengetuk pintu kamar itu hendak meminta kunci mobil Reno, tapi belum sempat tangannya menyentuh pintu itu, tiba tiba Reno keluar dan membuat keduanya sama sama terkejut. Terutama Kayla, ia panik takut Reno berpikir ia menguping pembicaraannya.
"Lo ngapain di sini"
"Eh itu kunci, gue pinjem kunci buat ambil barang gue yang ketinggalan di mobil"
Dengan ekspresi yang masih terlihat panik, Kayla mencoba menjawab pertanyaan Reno.
"Ooh kunci, tunggu bentar"
Reno kembali memasuki kamarnya tanpa menutup pintu terlebih dulu, sehingga Kayla yang berada tepat di depan kamarnya bisa melihat keseluruhan isi kamar Reno.
Kasur lantai yang terlihat nyaman dengan bad cover warna merah terpasang rapi, poster salah satu kesebelasan sepak bola dari Inggris juga terlihat menempel di dinding warna putih itu. Dan gitar, ada sebuah gitar di dalam kamar itu. Tapi Kayla sama sekali belum pernah melihat Reno memainkannya selama disini.
"Nih.. "
Reno menyodorkan kunci kepada Kayla. Seolah belum sadar, Kayla masih sibuk mengamati bagian dalam kamar Reno.
"Lo mau minta kunci mobil atau mau lihat isi kamar gue,? Kalau mau lebih jelas masuk aja"
Kayla tertangkap basah.
Sial, umpatnya dalam hati.
Dengan tergesa gesa, Kayla mengambil kunci yang Reno berikan padanya. Lalu berlari ke arah mobil.
Setelah mencari beberapa saat, Kayla berhasil menemukan barang yang ia butuhkan.
"Nih makasih.."
Ia bergegas pergi, Kayla masih malu karena tertangkap basah tengah mengamati isi kamar Reno.
"Lo ngga mau mampir ke kamar gue Kay,?"
Goda Reno saat melihat Kayla hanya tertunduk malu di hadapannya.
"Enggakkk..."
Reno tersenyum, ada ada saja kelakuan wanita itu.
Tapi senyumnya tiba tiba lenyap, Reno ingat beberapa saat lalu sebelum ibunya menelponnya, ia tengah mencari foto saat ia menghadiri undangan pesta pernikahan anak rekan kerja Reymond atasannya, di Kalimantan sekitar satu tahun lalu. Ia datang menjadi salah satu perwakilan dari perusahaan karena Reymond tidak bisa menghadirinya secara langsung.
Ia ingat terakhir kali menyimpannya itu di koper yang ia bawa dulu, dan koper itu sekarang ia pakai untuk membawa keperluannya selama disini. Tapi kenapa tidak ada, Reno merasa belum mengeluarkan benda apapun selain pakaiannya dari koper itu selama ini. Karena memang ia belum sempat mengeceknya lagi dan hanya menyimpannya di atas lemari kamarnya.
Untuk meyakinkan semuanya, ia sangat membutuhkan foto itu. Foto yang akan membuktikan kalau Andre itu adalah...
Tapi kenapa ia harus repot, ia tidak ada hubungan sama sekali dengan itu semua.
Ah Masa bodoh, tidak ada untung ruginya buat gue, pikir Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Destiny [COMPLETE]
General FictionReno Adrian - Tampan - Mapan - Pekerja keras - Mesum (menurut Kayla) Kayla Atmanegara - Kaya - Cantik - Manja - Keras kepala - Bodoh (menurut Reno) Cinta memang bisa datang dengan cara apapun, kapanpun dan di manapun tanpa kita sadari. Note: Updat...