Dering ponsel mengalihkan perhatian Keira dari berkas administrasi sekolah didepannya. Setelah melihat nama yang tertera di layar, buru-buru dia mengangkatnya.
"Halo Bun," sapa Keira sopan karena yang menelpon adalah bundanya, bunda Rima.
"Halo Kei, masih di sekolah ya? nanti jemput bunda jam 5 ya. Bunda gak bisa pulang dulu, jadi nanti bunda siap-siap di rumah sakit aja." tutur bunda Keira.
"ohh, ya udah bun. iya ini Keira masih di sekolah bentar lagi juga pulang, masih beresin administrasi buat ngajar besok."
"Ya sudah kalau gitu, bunda mau lanjut praktek lagi. Bye Sayang."
setelah bundanya mematikan telepon, Keira meletakkan kembali ponselnya ke atas meja dengan helaan napas yang panjang. Sore nanti Keira diajak bundanya untuk menghadiri pernikahan sepupunya. Bukan Keira tak mau datang, hanya saja dia malas jika harus bertemu dengan keluarga besarnya. Bukan apa-apa sebenarnya, Keira hanya jengah dengan pertanyaan "Kapan Nyusul?"
"Mana calonnya, kok gak dikelanin sama kita"
"Sudah punya pacar belum"
"Cantik-cantik masak gak laku sih Kei"
dan masih banyak pertanyaan serta pernyataan yang lain yang hanya dijawab senyuman oleh Keira. Padahal usianya masih tergolong muda, 25 tahun masih muda bukan. Tapi seolah-olah bagi keluarga besarnya itu adalah usia yang sudah sangat tua untuk menikah. Pemikiran orang memang berbeda-beda, batin Keira menenangkan diri sendiri.
Tidak banyak yang tahu memang, bahwa sebenarnya Keira tidak mau menikah. Hanya sahabatnya Sisil yang tau hal ini. Bahkan bundanya saja tidak tahu. Bunda Keira sering kali menasihatinya untuk segera mencari pasangan dan Menikah. Hanya saja Kekeraskepalaan Keira terkadang membuat sang bunda mengalah dan pasrah.
Keira hanya takut untuk menjalani sebuah hubungan, apalagi menikah. Kegagalan yang dialami oleh kedua orang tuanya dan juga beberapa sepupunya menjadikan Keira enggan untuk mencari pasangan dan menikah. Pengalaman yang terjadi disekitarnya menjadi cerminan bagi Keira, padahal perjalanan setiap orang berbeda-beda. Itulah yang sering dinasihatkan Sisil padanya. Keira bukan gadis jelek dan kutu buku yang susah untuk mendapatkan pasangan. Malah sebaliknya, dia adalah gadis yang cantik dengan lesung pipi disebelah kanan menambahkan kesan manis pada dirinya. selain itu, dia memiliki kulit putih dan bersih, rambut panjang bergelombang, berat badan ideal yaitu 50 kg dengan tinggi badan 160 cm.
Keira hanya ingin fokus pada apa yang telah dia raih saat ini, tanpa adanya gangguan percekcokan dalam rumah tangga. Semenjak lulus, Keira bekerja sebagai seorang guru TK di sekolah Bakti Nusantara. Salah satu sekolah swasta bertaraf internasional di daerah Jakarta Selatan. Keira memang menyukai anak-anak, oleh karena itulah dia memutuskan untuk mengajar TK. Selain itu, Keira juga membuka usaha online shop yang menjual perlengkapan kosmetik dan baju anak-anak. Keira adalah anak tunggal dan tinggal hanya berdua dengan sang bunda. Bunda Keira adalah seorang dokter kandungan di salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan juga. Bunda dan ayah Keira berpisah semenjak keira berumur 10 tahun. Sekarang ayah Keira tinggal di Bandung bersama istri barunya.
"Hufftttttttt" desah Keira mengingat perjalanan hidupnya sebagai anak broken home. Berat bagi Keira, tapi hidup memang harus tetap dijalani bukan, apapun masalah yang datang. Toh dia tidak bisa lari dari kehidupan yang sudah ditakdirkan untuk dijalaninya. Jadi Keira selalu berusaha tegar agar tidak menambah beban sang bunda lagi. Keira tahu jika bundanya selalu sedih mengingat kegagalan rumah tangganya. Sedih juga karena gagal menjadi orang tua yang utuh bagi Keira.
Keira melihat jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, masih ada waktu untuk pulang dan bersiap-siap sebelum menjemput bundanya di rumah sakit. Keira merapikan berkas-berkas mengajarnya di meja, kemudian mengambil tas dan berjalan menuju parkiran.
Keira mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju komplek perumahan tempatnya tinggal. Rumah yang dibeli oleh bundanya semenjak bercerai. Rumah minimalis yang nyaman untuk mereka berdua.
Sesampainya di rumah, Keira memarkirkan mobil di garasi. Melangkah menuju pintu utama dan membukanya. Keira memasuki rumah dan berjalan ke lantai atas, letak kamarnya berada. Setelah memasuki kamar dengan nuansa biru itu, Keira berjalan menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah hari ini.
Setelah asik rebahan sambil bermain ponsel, Keira beranjak menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi. Keira malam ini akan memakai dress navy dengan bagian belakang lebih panjang. memakai heels warna hitam. Rambut panjang bergelombang itu, Keira biarkan tergerai.
Setelah semua siap, Keira bergegas mengemudikan mobilnya ke rumah sakit tempat bundanya bekerja. tidak lupa Keira memastikan bahwa semua pintu rumah telah terkunci dengan baik. Keira tidak memiliki pembantu maupun satpam. Karena di komplek dia tinggal pintu gerbang sudah dijaga oleh satpam. Sedangkan untuk pekerjaan rumah dikerjakan sendiri oleh Keira dan bunda Rima.
Sesampainya di rumah sakit, Keira memarkirkan mobilnya. Keira berjalan ke ruang praktik bunda Rima dengan kepala menunduk mencari ponsel yang diletakkan di dalam tas. Setelah menemukannya, Keira menelpon sang bunda untuk memastikan keberadaannya. Pada dering ke tiga telepon sang bunda dijawab.
"Halo Kei? Sudah sampai ya?" Tanya bunda Rima di seberang telepon.
"Ini Keira baru sampai lobby rumah sakit, bunda udah selesai praktik belum?" Tanya Keira kemudian.
"Masih ada 1 pasien lagi, 15 menit lagi baru selesai. Kamu ke ruangan bunda dulu ya." Pinta bundanya pada Keira.
"Ok Bun."
Setelah Keira menjawab, telepon langsung dimatikan oleh sang bunda. Mungkin karena bundannya masih memiliki pasien. Oh ya, Keira memang lebih cepat 30 menit menjemput bundanya. Oleh karena itu, sang bunda belum menyelesaikan praktiknya.
Keira masih sibuk dengan ponsel yang dia pegang setelah menelpon bundanya tadi. Hingga tak sadar saat di lorong rumah sakit ada yang berjalan dengan tergesa-gesa ke arahnya. Hingga akhirnya tabrakan di lorong rumah sakit pun terjadi.
"Aduhhhhh, , ," ringis Keira memegangi jidatnya saat dia menabrak sesuatu yang keras. Untung tidak sampai jatuh ke lantai. Sungguh Keira tidak bisa membayangkan rasa malu yang akan ditanggungnya, walaupun saat ini lorong itu sedikit sepi.
"Maaf, , , maaf, , , anda tidak apa-apa?" Tanya seseorang yang tak sengaja ditabrak Keira tadi.
Keira mengalihkan tatapannya pada sosok yang tadi ditabraknya. Hingga dalam beberapa detik dia terpaku melihat sorot mata coklat yang meneduhkan di depannya. Saat ada tangan yang menyentuh keningnya, barulah Keira tersadar dari keterpesonaannya akan mata cokelat tersebut.
"Ahhh, , , i-iya, sa-saya ti-tidak apa-apa" jawab Keira gugup.
"Maaf saya tadi buru-buru, ada pasien gawat darurat. Kalau begitu saya tinggal dulu. Sekali lagi saya minta maaf." jawab sosok tersebut, kemudian berlalu dari hadapan Keira yang kembali terbenggong ditempatnya.
Setelah sosok tampan tadi menghilang di ujung lorong, Keira memegangi dadanya yang terasa berdetak lebih cepat. "Kenapa ini?" tanya Keira pada dirinya sendiri. Tanpa Keira sadari bahwa sorot mata cokelat itulah yang mampu mengetarkan hatinya yang selama ini penuh dengan ketakutan.
*****
Bagaimana kisah pertemuan Keira dan sosok bermata cokelat itu lagi ya?
Ceritanya klise banget ya, tabrakan di lorong rumah sakit terus jatuh cinta.
Ini hanyalah khayalan author yang gaje. Maafkan apabila banyak typo bertebaran. Dan terima kasih sudah mau membaca ceritaku ini
Jangan lupa vote dan comment ya
sampai jumpa di part berikutnya
LM, 12/12 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA (SELESAI) PINDAH LAPAK KE KUBACA
Romantik#1 in Acak 11/10/2020 #1 in Duda 19/10/2020 #1 in Guru 05/11/2021 #34 in Trauma 02/04/2021 #6 in Roman 10/08/2021 #18 in Cinta 04/09/2021 #11 in dokter 03/03/2022 Kegagalan yang dialami oleh kedua orang tuanya membuat Keira enggan untuk menjalani...