Part 35

7.4K 459 11
                                    

Koreksi typo ya 😊

Jangan lupa vote bintangnya 🤗

Happy Reading 💙

"Kamu jahat mas." Lirih Keira kemudian membalikkan badan meninggalkan suaminya yang masih terkejut bersama wanita itu.

Mengingat Keira juga bersama putranya, Keira berhenti dan segera menghapus air matanya lalu menunduk menatap putranya. "Vano samperin daddy dulu ya. Mommy mau ketemu sama nenek. Nanti Vano nyusul sama daddy."

Vano mengangguk lalu menghampiri ayahnya yang masih diam dengan keterkejutannya. Tak lama setelahnya terdengar Reihan yang memanggil-manggil Keira. Tetapi Keira enggan untuk berhenti apalagi menoleh. Dirinya terus melangkah menuju ruangan bundanya sesuai janjinya tadi.

Kekecewaan yang dirasakan Keira bukan tanpa alasan. Trauma yang dirasakan akibat perceraian kedua orang tuanya belumlah sepenuhnya hilang. Walaupun Keira telah memaafkan ayahnya, tidak membuat ketakutan akan dihianati seperti bundanya juga menghilang begitu saja. Dan disaat dirinya sudah sangat percaya kepada suaminya lalu melihat suaminya memeluk wanita lain ditempat umum seperti ini, memunculkan kembali trauma yang dulu pernah ada. Dan Keira sangat membenci perasaan itu. Perasaan ketakutan akan dihianati dan ditinggalkan.

"Sus, bunda ada?" tanya Keira kepada perawat yang selalu membantu bundanya.

"Oh mbak Keira. Ada mbak, sudah ditunggu sama dokter Rima di dalam." Ujar perawat tersebut dengan ramah. Keira lalu melangkah memasuki ruang praktek sang bunda.

Melihat bundanya berdiri menyambutnya, Keira bergegas menghampiri dan memeluknya. Keira menangis sesengukan di pelukan bundanya.

"Lho kenapa datang-datang malah nangis?" tanya bunda Rima heran. Belum sempat Keira menjawab pertanyaan bundanya, pintu ruang rawat dibuka dengan tergesa hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Bunda Rima dan juga Keira tersentak kaget.

"Maaf bun." Ucap Reihan dengan panik dan wajah menyesal disusul Vano dibelakangnya.

"Bun langsung periksa saja ya." Pinta Keira dengan mengusap air matanya tanpa ingin menoleh ke arah suaminya lagi. Bunda Rima yang merasa ada yang tidak beres dengan anak dan menantunya hanya diam dan mengangguk menanggapi permintaan Keira.

"Kei. . . kamu sakit?" tanya Reihan menghampiri istrinya. Keira hanya diam saja dan langsung menuju ranjang pemeriksaan. Tidak mendapat sahutan dari sang istri, Reihan kemudian bertanya kepada mertuanya. "Keira sakit apa bun?"

"Ini mau diperiksa dulu nak Reihan. Ayo. . . " ajak bunda Rima. Reihan dan Vano mengikuti ke arah ranjang pemeriksaan. Keira sudah merebahkan diri di sana. Reihan memposisikan dirinya di samping Keira dan mengenggam tangan wanita itu walaupun istrinya terlihat enggan. Sedangkan Vano sudah berdiri disamping bunda Rima yang duduk di depan layar USG.

Jujur saja, Reihan sedang menerka-nerka apa yang terjadi pada istrinya. Rasa bersalahnya membuat dirinya lupa akan profesi sang mertua yang merupakan dokter kandungan. Hingga sang mertua menyingkap baju bagian perut Keira barulah dirinya seketika menengang.

"Kei. . ." lirihnya memanggil Keira tetapi tetap tidak ada jawaban. Keira hanya terfokus pada apa yang bundanya lakukan. Melihat respon istrinya, Reihan semakin merasa sedih. Istrinya hanya salah paham kepadanya. Reihan berniat untuk memperjelas, tetapi dirinya tidak enak karena ada mertuanya disini.

Keira tetap fokus pada bundanya yang masih serius menatap layar USG. Kemudian dilihatnya bunda Rima berkaca-kaca menatap monitor dan Keira bergantian.

"Bunda. . ." lirih Keira memastikan ekspresi bundanya.

"Selamat ya sayang." Ucap bunda Rima dengan haru menatap putri semata wayangnya. "Bunda mau punya cucu lagi." Imbuh bunda Rima dengan senyum gembira.

TAKDIR CINTA (SELESAI) PINDAH LAPAK KE KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang