Part 13

8K 557 3
                                    

Halo siapa yang masih nungguin ? Angkat jempolnya hehehe

Typo bertebaran, kalau ada part yang gak nyambung sama cerita depannya mohon koreksi ya, langsung comment aja dibagian yang gak nyambung.

Happy Reading,

Sudah satu minggu ini Reihan selalu pulang jam 5 sore. Reihan mengikuti saran papanya untuk pulang lebih cepat. Urusan manajemen rumah sakit sudah dibantu oleh asisten pribadi papanya. Sedangkan untuk semua operasi yang ditanggani Reihan sebisa mungkin dilakukan saat pagi hari atau siang hari. Namu jika ada kondisi mendesak maka mau tidak mau Reihan harus kembali meninggalkan Vano. Tetapi sebisa mungkin Reihan mengatur jadwalnya untuk selalu bisa menemani tumbuh kembang putranya.

"Maria, saya mau pulang dulu. Nanti kalau ada urusan penting hubungi Sandy saja." Pesan Reihan kepada Maria sekretarisnya di rumah sakit, sedangkan Sandy adalah asisten pribadi papanya.

"Baik dok." Ujar Maria sopan.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Hari ini Reihan pulang satu jam lebih awal. Saat sedang menunggu pintu lift terbuka, ponsel dalam sakunya bergetar. Setelah melihat nama yang tertera dilayar ponsel, dia mengeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ketelinga bertepatan dengan pintu lift terbuka. Reihan melangkah masuk ke dalam lift dan menekan tombol menuju parkiran.

"Iya halo ma," sapa Reihan pada mamanya diseberang telepon.

"Rei, , , masih di rumah sakitkan?" tanya mama Lia ditelepon.

"Masih ma. Ini baru mau pulang. Kenapa?" balas Reihan kemudian bertanya.

"Mama mau pergi sama papa. Jadi mama tidak bisa jemput Vano. Kamu tolong jemput ya sekalian pulang." Jelas mama Lia pada Reihan yang membuatnya binggung.

"Lha memangnya Vano kemana ma? Bukannya sama mama?" tanya Reihan.

"Tadi sama mama. Sekarang Vano lagi di rumah Keira. Nanti mama kirim alamat rumahnya. Kamu jemput ya."

"Ke rumah Keira lagi?" tanya Reihan terkejut. Pasalnya sudah satu minggu ini pula anaknya selalu kesana setiap pulang sekolah.

"Iya, kan setiap hari sepulang sekolah langsung kesana. Makanya cepat nikahi Keira biar bisa tinggal bareng. Kasiankan cucu oma harus bolak-balik." Gerutu mama Lia asal diujung telepon.

"Ma. . . Reihan kan gak kenal sama Keira. Lagian Rei juga gak tahu kehidupan dia seperti apa. Nanti kalau ternyata dia sudah punya pasangan gimana? Jangan terlalu menuruti kemauan Vano ma untuk terus datang kesana." Ujar Reihan tidak habis pikir dengan ucapan mamanya.

"Gak ada salahnya dicoba Rei. Jangan terlalu keras sama hatimu sendiri, apalagi sama Vano." Ujar mama Lia lagi menasehati anaknya. "Sekali ini saja kamu coba buka hatimu. Jika memang dia jodohmu, jalan yang kamu lalui pasti akan dipermudah."

"Baiklah ma, Rei akan coba." Balas Rei lesu. "Sekarang Rei jemput Vano dulu." Pamit Reihan pada mamanya.

"Ya sudah. Salam buat Keira dari mama." Mama Lia pun menutup panggilan teleponnya. Reihan hanya menatap layar ponselnya yang telah kembali berwarna hitam. Reihan kembali melanjutkan perjalanannya ke tempat mobilnya parkir setelah pintu lift terbuka.

*

"Ante, , , Vano ceneng banget bisa main telus cama ante." Celoteh Vano pada Keira.

Keira yang mendengarkanpun ikut tersenyum dan membelai puncak kepala Vano dengan sayang. "Tante juga senang bisa menemani Vano setiap hari."

Saat ini Keira dan Vano sedang duduk di ruang keluarga di rumah Keira. Setelah memandikan Vano tadi, Keira mengajak bocah mengemaskan itu untuk menonton serial kartun di TV.

TAKDIR CINTA (SELESAI) PINDAH LAPAK KE KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang