Part 8

8.6K 618 1
                                    

Happy Reading 💙💞

Mama Lia, Keira, dan Vano sudah tiba disebuah rumah mewah di komplek perumahan elit di Jakarta Selatan. Keira tertegun melihat pemandangan di depannya. Sebuah rumah mewah yang ukurannya lima kali lipat lebih besar daripada rumahnya. Keira tidak menyangka bahwa keluarga Vano ternyata sangat kaya. Seketika Keira merasa tidak percaya diri.

Keira turun dari mobil dan mengikuti mama Lia masuk ke dalam rumah. Vano sudah lebih dulu turun dan berlari ke dalam rumah. Sesampainya di ruang tamu, Vano langsung menyeret Keira untuk mengikutinya masuk ke kamarnya yang berada di lantai atas.

"Vano, tantenya biar duduk dan minum dulu." Tegur mama Lia ketika melihat Vano sedang menarik-narik tangan Keira.

"Vano mau ajak ante ke kamal oma. Ante mau belajal cama Vano kan?" tanyanya pada Keira yang sedang berdiri disampingnya. Keira hanya terdiam, ingin mengangguk tetapi segan karena dia adalah seorang tamu, ingin menolak tidak tega melihat tatapan memohon Vano.

"Ya sudah, ikuti saja apa mau Vano Kei. Vano punya kamar sendiri kok. Kamu tidak keberatan kan menemani Vano?" mama Lia yang melihat kesungkanan Keira berujar kemudian bertanya.

"Ah, ngak keberatan kok tante. Tapi apa boleh kalau saya ikut ke kamar Vano?" tanyanya memastikan. "Saya ngak enak tante karena ini bukan rumah saya dan baru pertama juga datang kesini. Apalagi kan saya juga seorang tamu disini" Ujar Keira melanjutkan.

"Tidak apa-apa. Malah saya senang kalau Vano ada teman main selain oma opa dan daddynya." Terang mama Lia.

"Ayo ante." Vano menarik tangan Keira lagi untuk segera menuju kamarnya. Keira hanya menurut dan mengikuti langkah kecil Vano. Sedangkan mama Lia menuju ke kamarnya setelah memerintahkan pembantunya untuk menyiapkan minuman dan camilan untuk cucu serta tamunya.

Vano membuka pintu kamarnya dan menyuruh Keira untuk masuk. Keira sangat takjub dengan kamar bocah kecil mengemaskan ini. Luas kamar Vano bahkan tiga kali luas kamarnya. Kamar itu dipenuhi oleh gambar spiderman yang Keira yakini adalah kartun favorit bocah itu. Keira melangkah menuju Vano yang sudah duduk di atas karpet dekat keranjang mainan dan meja belajar. Keira memperhatikan Vano mengeluarkan buku gambar dan pensil warna. Vano juga mengambil koleksi lego yang dipunya.

"Ante, kita gambar yuk. Abis itu cucun ini." Ajak Vano sambil menunjuk buku gambar dan lego yang sudah diletakkan di atas karpet berbulu itu.

"Ok, Vano gambar tante temani disini ya." Ujarnya di samping Vano. Bocah itu hanya mengangguk dan mulai asik dengan dunia mengambarnya. Tiba-tiba ada yang membuka pintu dan seorang dengan seragam pelayan masuk ke kamar Vano.

"Den Vano, mbak-?" tanyanya binggung menatap Keira.

"Panggil Keira saja." Jawab Keira yang paham kebinggungan wanita itu.

"Oh iya mbak Keira, ini minuman sama camilannya. Kalau ada perlu lagi bisa panggil saya. Permisi." Katanya kepada Keira lalu berjalan keluar kamar Vano.

Keira kembali asik memperhatikan Vano. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Vano selama mengambar sungguh mengemaskan. Terkadang dahi bocah itu mengernyit seolah sedang memikirkan sesuatu, kemudian tersenyum saat sudah mendapatkan apa yang diinginkan. Vano juga sesekali mengerutu kesal saat pensil warnanya keluar dari garis yang sudah ditetapkan. Keira sungguh menikmati waktu bersama bocah kecil dan imut ini.

Keira memang menyukai anak kecil. Itulah sebabnya dia memilih menjadi guru TK. Tetapi saat sedang bersama bocah mengemaskan yang ada di depannya ini, Keira bukan hanya sekedar senang dan gembira. Tetapi perasaan sayang layaknya seorang ibu kepada anak timbul begitu saja. Apalagi setelah mengetahui bahwa bocah itu tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, rasa sayang dan kasihan muncul secara bersamaan. Ada perasaan ingin melindungi senyum yang selalu ceria itu.

TAKDIR CINTA (SELESAI) PINDAH LAPAK KE KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang