Part 25

7.8K 459 5
                                    

Halo Hai. . . Kembali up guys 😜

Oh iya. . . masalah yang aku tekankan disini masih seputar keluarga ya. Sejauh pengamatanku selama hidup (Haduh bahasanya🤦) justru saudara dan keluarga sendiri yang sering ikut campur dan banyak berkomentar. 

Ya kalau komentarnya membangun dengan saran-saran yang berguna sih gak masalah. Kebanyakan sih hanya mengomentari sesuai dengan standar mereka tanpa memikirkan perasaan yang dikomentari. Dan juga bukannya menyemangati malah menjatuhkan. Seolah-olah mereka yang paling tahu tentang kita karena berstatus sebagai saudara.

Terkadang juga kalau saudaranya susah bukannya dibantu malah disalah-salahkan. Adakah yang juga mengalami? 

Ini menurut pengamatanku dan cerita-cerita dari beberapa temen-temenku sih. Makanya masalah yang aku angkat dicerita ini gak jauh-jauh dari keluarga dan saudara. 

Gak mau buat konflik yang berat-berat. Ini saja rasanya ceritanya sudah muter-muter gak jelas 😂

Part ini gaje banget sumpah. . . Semoga gak pada ilfeel ya bacanya 😭

Tandai typo ya guys 

Happy Reading  💙

H-1

Sore ini rumah Keira sudah ramai kedatangan keluarga besarnya. Om Bima sudah datang sejak kemarin sore. Ayah Keira juga sudah datang bersama keluarganya tadi siang. Saudara-saudara bunda yang lain pun sudah datang dan berkumpul di rumah Keira.

Sejak tadi, banyak sekali sindiran-sindiran yang ditujukan untuk ayah dan bundanya. Padahal ayah dan bundanya bersikap biasa saja.

"Itu mantan suami kamu kok dibolehin sih kesini? Kalau aku sih sudah ku usir dari tadi." Komentar tante Mona dengan muka judesnya.

"Iya. . . Kamu tuh jadi orang jangan baik-baik banget. Sakit hati terus nanti jadinya." Sambung tante Keira yang lainnya, tante Juli.

Bunda Rima hanya membalas dengan senyum tenang. Sudah terbiasa dengan sikap para sepupunya. Tidak sedikit juga yang menyindir Keira karena status calon suaminya, Reihan. Memang apa salahnya jika duda. Inilah yang menjadi alasan Keira malas mengundang keluarga besarnya. Dirinya hanya berharap keluarga ayah dan juga om Bima saja yang datang. Tetapi bunda Rima mengatakan tidak baik jika bermusuhan dengan saudara sendiri. Bundanya memang memiliki hati yang sangat mulia dan Keira harus mencontoh itu.

Keira yang jengah mendengar nyinyiran tante-tantenya memilih untuk kembali ke kamarnya disusul oleh Sisil dan Luna.

"Tu mulut tante lo kok gak bisa dijaga banget ya." Ujar Sisil ikut jengah lalu tiduran di kasur kamar Keira diikuti oleh Luna.

"Kayak lo gak tau aja sih. Pengennya sih gak gue undang, tapi ya mau gimana lagi mereka juga masih saudara gue." Jawab Keira ikut merebahkan tubuhnya disamping Sisil dan Luna.

"Gak usah didengerin mbak. Saudara kayak gitu gak pantas buat didengerin. Ya kali semua harus sesuai standar mereka, kan gak." Tanggap Luna tetapi matanya fokus pada ponsel di tangannya.

"Maunya sih gitu Lu. Tapi kan susah. Dari kecil loh gue dengerin nyiyiran mereka soal ayah sama bunda, soal gue juga." Kesal Keira. "Lo mah enak, dari kecil di Yogyakarta. Jauh dari nyiyiran mereka. Gue kan ketemu terus tiap hari." Lanjutnya.

"Jauh juga kalau ketemu masih dapet nyinyiran mbak." Sahut Luna ikut-ikutan kesal. Padahal dia sendiri tadi yang bilang jangan didengerin.

"Sudah-sudah. Lo kalau bete terus ntar muka lo jelek. Besok make up nya jadi ikutan jelek loh." Ujar Sisil.

TAKDIR CINTA (SELESAI) PINDAH LAPAK KE KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang