Irene merasakan perbedaan dari sebelum menikah dan setelah menikah. Mungkin tidak terlalu banyak, tapi Irene bisa merasakan kalau Seulgi semakin memperlakukannya dengan romantis. Gadis Kang juga sering membantunya dalam pekerjaan rumah. Padahal ketika masih berpacaran, Seulgi mana mau melakukan hal tersebut. Tiap Irene meminta bantuannya, Seulgi buru-buru melakukan jurus langkah seribu. Menyebalkan memang. Tapi baguslah, setidaknya isterinya itu sudah mulai bertanggungjawab dengan hal-hal kecil di usianya yang sudah tidak muda lagi sekarang.
Setelah sekian lama, Irene merasa hidupnya sudah sangat lengkap. Dia memiliki Seulgi sebagai isterinya, materi, dan juga rumah sendiri. Oh, semua impiannya akhirnya terwujud. Irene pikir, dia tidak ingin apa-apa lagi di dunia ini.
Meski sudah menikah, Irene tetap bekerja. Dia belum ingin berhenti terlebih dahulu. Lagipula kontraknya di perusahaannya sekarang masih cukup lama berakhir. Seulgi mengerti keputusan Irene dan mengizinkannya bekerja untuk sementara ini. Namun, Seulgi pikir, akan jauh lebih baik lagi jika isterinya itu bisa berhenti. Penghasilannya lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan mereka. Bukankah begitu?
Selain bertanggungjawab dengan hal-hal kecil di rumah, Seulgi juga mencoba lebih bertanggungjawab lagi terhadap studionya. Dia sudah tidak bermain game lagi di kantor, tidak keluyuran atau bermalas-malasan, tidak melimpahkan pekerjaannya kepada Wendy, dan bersikap dewasa, tegas, nan bijaksana selayaknya seorang CEO. Seulgi benar-benar berubah sekarang. Tentu, Wendy merasa senang dan bangga dengan perubahan atasan sekaligus sahabatnya itu. Tapi, entah mengapa perasaannya menjadi tak enak. Seperti, akan ada sesuatu yang terjadi di masa depan. Namun Wendy segera mengenyahkan pemikiran itu. Dia tidak boleh berburuk sangka kepada gadis Kang. Seharusnya dia merasa bahagia Seulgi makin bertanggungjawab. Dan juga, pekerjaannya jadi akan berkurang. Bukankah itu berita bagus?
"Seungwan!"
Wendy terhenyak ketika mendengar suara dari ruang sebelah, tepatnya dari ruangan Seulgi. Dia bisa mendengarnya karena ruangan mereka hanya dibatasi kaca. Gadis Son kemudian berdiri dari kursinya sebelum melangkah keluar menghadap bosnya.
"Ada apa, sajangnim?"
Wendy melihat wajah murung atasannya sebelum akhirnya tangisannya pecah. Gadis yang lebih muda beberapa hari itu terkejut. Tentu saja.
"Seul?" panggil Wendy sedikit cemas.
"Huwaaa, Seungwan. Aku baru tahu kalau Red Velvet mengadakan konser sekarang. Karena sibuk bekerja aku jadi tidak tahu huwaaa Eommaaaa~" Seulgi menangis seperti anak kecil, kakinya menghentak-hentak di lantai.
Rahang Wendy terjatuh. Dia tidak memercayai apa yang barusan ia dengar. Seorang Kang f*ckin' Seulgi, yang mana habis ia puji karena bersikap dewasa dan bertanggungjawab, sekarang menangis karena tidak tahu Red Velvet tengah konser hari ini?
Oh tidak, mari kita tarik kembali semua pujian yang Wendy berikan. Kang Seulgi, dia tidak akan pernah bisa berubah!
"Serius, Seul? Kau memanggilku hanya untuk melihatmu menangis karena grup kesukaanmu itu konser sekarang?" Wendy tidak habis pikir.
Seulgi mengangguk, meraih sehelai tisu di meja untuk membuang ingus. Bibirnya lalu mengerucut sedih.
Wendy memejamkan matanya. Berusaha mengontrol emosi yang siap meledak. Kalau saja melakukan kekerasaan tidak dihukum, mungkin Wendy akan menghajar Seulgi detik itu juga.
"Sabar, Wendy, sabar. Anggap saja kau tidak mendengar dan menyaksikan wanita menyebalkan di depanmu. Sabar, Wen, sabar. Orang sabar disayang Tuhan." Wendy bergumam seperti merapalkan mantra seraya mengelus dadanya. Dia tidak ingin harinya kacau hanya karena mendengar penuturan luar biasa tidak berguna dari atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 [KSG X BJH] ✔
Fanfiction[BOOK 1] [FINISHED] Just seulrene living together as a girlfriend Start : 2019, June 27 End : 2019, November 21 [BOOK 2] [FINISHED] Their story still goes on Start : 2019, December 11 End : 2020, May 04