ADISA | 03

5.9K 194 10
                                    

Ingat, gais... Follow, vote and comment itu GRATIS 💋

.

Mobil SUV milik Panji meluncur mulus di jalanan beraspal. Di kursi penumpang, Adisa yang berpakaian santai, nampak menikmati alunan suara penyiar radio yang membicarakan tentang ramalan zodiak. Sesekali, matanya melirik Panji di kursi kemudin. Di hari Rabu pagi, bertepatan dengan kalender yang berwarna merah, Panji membangunkan dan menyuruhnya untuk bergegas mandi dan berkunjung ke suatu tempat.

Jalanan utama yang penuh kendaraan bermotor berganti dengan jalanan perumahan bertuliskan 'Griya Patra'. Tak lama, mobil Panji berhenti tepat di depan sebuah rumah berlantai satu di ujung dekat lahan kosong. Dengan pagar hitam dan pohon mangga yang masih berukuran sedang di halaman berlantaikan semen.

"Kita ke rumah siapa, Yah? Bukan rumah calon Mama baru buat Disa, 'kan?"

Mendengar pertanyaan anaknya, Panji terkekeh sambil menggelengkan kepala. Setelah melepaskan sit bealt, tangan kanannya mengusap pelan kepala anaknya. "Ayah belum resmi jadi Duda, Disa. Masa udah cari Mama baru aja?"

"Yah, siapa tahu..." celetuk Adisa.

"Rencananya ini akan jadi rumah baru kita. Ayah pikir, rumah lama kita terlalu besar buat kita berdua. Kebetulan, ini rumah salah satu karyawan Ayah di kantor. Baru kosong dua hari yang lalu," terang Panji sembari memutar kunci rumah.

Adisa mendelik tak suka. "Kok Ayah nggak tanya Disa dulu, apa Disa mau pindah rumah? Kenapa Ayah berbuat seenak Ayah tanpa mikirin perasaan Disa?"

Mendengar jawaban dari anaknya, Panji menghela napas. Dirinya berbalik agar bisa menatap mata putri semata wayangnya. "Maaf ya, Disa. Ayah tahu, harusnya Ayah tanya dulu. Tapi berhubung karyawan Ayah lagi butuh uang, makanya Ayah bantu dengan beli rumah ini." Ia meraih pundak anaknya, mengusapnya pelan sembari menggiring Adisa untuk duduk di sofa ruang tamu. "Kamu bisa lihat-lihat rumah ini dulu. Disa rasakan dulu enak apa nggak di sini? Kalau memang Disa nggak kerasan, ya sudah... kita nggak usah pindah. Nanti rumah ini bisa Ayah sewakan."

Adisa melirik tajam Panji. "Beneran lho, ya? Kalau emang Disa nggak suka di sini, kita nggak akan pindah?"

Panji mengangguk, mengiyakan. Kemudian membawa anaknya untuk berkeliling rumah. Melihat-lihat ruang tamu dan ruang keluarga yang bersatu, berlanjut ke dalam kamar untuk dirinya dan Adisa, lalu berakhir di dapur. Di belakang rumah, ada lahan sempit yang dimanfaatkan untuk tempat menjemur pakaian.

Rumah ini memang cocok untuk pasangan baru menikah atau keluarga kecil. Maka dari itu, Panji mengajukan diri untuk membeli rumah ini, daripada melihat anak buahnya kesusahan mencari dana tambahan untuk membeli rumah yang lebih besar demi kesejahteraan anak-anak dan istrinya.

"Yah..."

Adisa memasang wajah sendu, memeluk lengan sang ayah setelah memeriksa dapur. "Jujur, aja, deh. Apa Ayah bangkrut? Makanya kita pindah ke rumah kecil begini?

Panji tergelak. "Amit-amit, Dis. Nggak kok, Ayah pengen suasana baru, aja."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang