-SCHOOL SERIES (1)-
-COMPLETED-
Please ya guise...
Vote adalah bentuk apresiasi untuk penulis.
.
"Satu-satu aku sayang Alano..."
"Dua-dua juga sayang Alano..."
"Tiga-tiga always sayang Alano..."
"Satu dua tiga, Alano punya Disa..."
Ini adalah kisah...
Jangan lupa tekan tombol 🌟 yaa, agar ADISA semakin di depan!
Happy reading~
.
Pukul setengah sembilan pagi, Odi dan Adisa bersisian di lorong sekolah menuju koperasi. Sang ketua kelas mendapat mandat dari guru piket untuk meng-copy lembar soal titipan guru pengampu yang sedang sakit. Dan Adisa -yang sempat bertemu dengan sang ketua kelas dari sekembalinya membuang hajat- terpaksa merelakan dirinya menjadi asisten sementara.
"Tadi pagi tumben Dis, gue lihat lo turun dari mobil. Biasanya jalan kaki," celetuk Odi.
Adisa menatap wajah oriental milik ketua kelasnya. "Bareng bokap. Rumah gue sekarang jauh," ujarnya santai.
Odi mengangguk dengan mulut berbentuk O. "Lo pindah rumah?"
"Iya. Mau suasana baru."
Laki-laki berbatik abu-abu itu melirik Adisa. "Pindah ke mana, Dis?"
"Ke Griya Patra. Tau lo?"
"Tau gue, lima menit doang dari rumah gue," jawab Odi. Sesampainya di tempat tujuan, Odi meminta ke petugas koperasi untuk meng-copy soal sejumlah siswa di kelas. Mengambil dua botol Aqia dari lemari pendingin dan membayarnya. "Buat lo. Bayaran karena udah temenin gue," tangannya mengulurkan satu botol air mineral ke Adisa yang menerimanya dengan senang hati.
"Sakit apaan lo sampe dua hari nggak masuk?"
"Gue demam, Dis. Tapi berobat ke Singapur, makanya Rabunya nggak masuk."
Adisa tersedak. Matanya melotot, melihat bagaimana santainya Odi mengatakan alasan dua hari dirinya mangkir dari sekolah. "Buset! Orang kaya emang beda, ya..." sindirnya.
Odi terkekeh sambil menepuk bahu Adisa. "Cuma Singapur, doang!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bola mata perempuan berbatik merah itu memutar. Rupanya, ketua kelasnya itu memang sudah terlahir dengan sendok emas di mulutnya. Yang kalau merasakan sakit sedikit, langsung berobat ke luar negeri. Apalah artinya dirinya yang hanya anak seorang pengusaha makanan bubur instan.
Tak lama, Odi sudah menenteng satu plastik soal setelah dipanggil petugas koperasi. Dua orang berbeda jenis itu kemudian berjalan untuk kembali ke kelas. Karena masih jam pelajaran, tak banyak siswa yang berkeliaran. Namun, saat hendak menaiki tangga untuk ke lantai dua, Adisa tak sengaja berpapasan dengan sepasang kekasih yang bergandengan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.