-SCHOOL SERIES (1)-
-COMPLETED-
Please ya guise...
Vote adalah bentuk apresiasi untuk penulis.
.
"Satu-satu aku sayang Alano..."
"Dua-dua juga sayang Alano..."
"Tiga-tiga always sayang Alano..."
"Satu dua tiga, Alano punya Disa..."
Ini adalah kisah...
Seorang anak perempuan berusia lima tahun, menangis tersedu-sedu dengan tubuh terjongkok di lantai dingin sebuah pusat perbelanjaan.
"Disa mau itu, Mama...." Telunjuk kecilnya menunjuk-nunjuk patung berbentuk beruang kutub.
"Ayah... mau itu..." Anak itu berganti merengek pada laki-laki berkemeja coklat. Menarik-narik jeans sang ayah sambil memasang wajah memelas.
"Disa... beruang yang itu nggak dijual, sayang." Sang ibu mencoba untuk memberi pengertian pada sang anak. Pun dengan sang ayah yang kini berjongkok di samping anak perempuan berambut lurus hitam sepunggung. "Kita cari di toko boneka, ya?" tawarnya dengan nada lembut.
Patung yang dimaksud sang anak adalah sebuah ikon dari hadiah ulang tahun perusahaan yang sedang menggelar acara di sana. Sayangnya, jumlahnya terbatas. Hanya ada dua puluh lima buah. Dan semuanya sudah dibagikan untuk orang-orang beruntung yang sempat dipanggil ke depan panggung.
"Pokoknya mau beruang putih yang itu..."
Jeritan yang melengking membuat beberapa orang melirik keluarga kecil itu dengan kesal. Beberapa orang ada yang meminta pasangan suami istri itu untuk segera memboyong sang anak ke toko boneka. Membuat keduanya meminta permohonan maaf dan pemakluman. Sedangkan sang anak masih menangis tersedu-sedu. Cucuran air mata dan ingus sudah berkali-kali dihilangkan dengan lengan bajunya. Membuat noda-noda kuning menghiasi kaos putih motif kembang-kembangnya. Punggungnya bergetar bersamaaan dengan isakan yang keluar dari mulut kecilnya.
"Adeknya kenapa nangis, Mas?" Seorang laki-laki muda menghampiri keluarga kecil itu dengan menggandeng seorang anak kecil laki-laki bertubuh gempal.
"Anak saya mau souvenir beruang itu, Mas. Tapi, 'kan, jumlahnya terbatas. Mau saya beliin di toko boneka, anaknya nggak mau. Maaf ya, jadi menganggu."
Laki-laki itu menggangguk sambil tersenyum. Kemudian berjongkok di depan anak laki-laki yang digandenganya. "Dek, beruangnya boleh buat adek cantik yang lagi nangis itu?"
Anak laki-laki berambut plontos itu menggeleng tegas. "Nggak boleh, Mas." Tangannya mengetatkan pelukan pada beruang kutub yang didapatnya sebagai hadiah. Apalagi hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke lima. Ia tak akan membagikan hadiahnya untuk orang yang tak dikenal. Baginya, apa yang sudah diberikan untuknya adalah hak mutlak miliknya.
"Kenapa? Adek, 'kan, nggak suka beruang? Katanya beruang itu gemuk, jelek, jorok. Kamu sendiri lho yang bilang kaya gitu... Jadi, buat adek cantik, aja, ya? Nanti Mas beliin mobil-mobilan remot buat gantinya."
Mendengar kata mobil remot, mata anak laki-laki itu berbinar seketika. Membayangkan betapa serunya bisa menambah koleksinya, tanpa harus mendengar ocehan sang ibu. "Mas nggak bohong?"
Mendapati gelengan dari sang kakak, anak bertubuh gempal itu kemudian mengangguk. Tanpa berpikir panjang, ia mendekat pada anak perempuan yang masih menangis dalam diam.
"Hey..."
Si anak perempuan mendongak dengan wajah berlumuran air mata dan ingus. Menatap anak laki-laki yang berjongkok di depannya persis.
"Ini beruangnya buat kamu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mata bulatnya mengerjap mendapati sebuah uluran boneka beruang kutub sebesar telapak tangan orang dewasa dengan rajutan emas di dada. Lengan kanannya mengusap ingusnya yang meluncur bebas. Kemudian dengan senang hati meraih boneka itu ke dekapannya. Memasang senyum lebar sambil berkata, "Makasih..." membuat sang anak laki-laki mengangguk dengan wajah memerah.