ADISA | 27

1.7K 73 16
                                    

Nah, sudah masuk bab 14 aja.

Thanks untuk 50.000x dibacanya. Yah, biarpun vote-nya kecil bet 😩

Nikmati alurnya, pahami isinya 👌

Mboh ah 🙄

Happy reading!

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Pada kepo maknanya nggak? 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Pada kepo maknanya nggak? 😂

Dua ekor kucing kampung saling mengejar di pinggiran halaman rumah berlantai dua. Suaranya sayup-sayup terdengar hingga balkon lantai dua. Melebur bersamaan dengan suara gemercik air kolam ikan di salah satu sudut rumah. Rumah yang dulu usang, gersang hingga sering membuat penghuninya enggan pulang, kini menjelma menjadi sebuah rumah yang hangat dan penuh keceriaan. Teriakan, sahutan, hingga lengkingan suara-suara sumbang penuh kejengkelan, menjadi pengiring kehidupan para penghuninya.

Di balkon yang dulunya sering terasa mencekam, kini telah berubah menjadi ruang terbuka yang menenangkan. Sebuah ayunan putih dan satu set sofa merah tertata di sana. Pun dengan kehadiran beberapa tanaman hias yang menambahkan kesan sejuk dan ramah.

Berdirilah seorang perempuan yang memegang sebuah buku catatan berukuran telapak tangan orang dewasa. Bersampul kuning, bertuliskan "Ma Maison"*. Netranya yang legam mengamati betul-betul keadaan rumah yang sudah ditinggalkannya untuk beberapa waktu. Ia rasa, terlalu banyak perubahan. Bukan hanya pada barang-barang atau tata letaknya. Lebih dari itu. Mungkin, kehangatannyalah yang berbeda. Jika dulu hanya ada kehangatan sinar mentari pagi, kini ada kehangatan yang dinamakan "Keluarga".

ADISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang