Hey, welkam guise... 👄💕💕
Si Maemunah akhirnya update neh, seneng nggak? 👻👻👻
Nah, biasa lah yaaa.. kalo lagi rajin ngebacot emang gini.
So, buat keleennnn semuaaaa.. Jangan lupa untuk vote, komen dan followw lho yaaa 😈😈😈
Happy reading!!!
.
Sabtu malam alias malam Minggu.
Waktu yang biasanya dijadikan para anak muda beralasan untuk berkeliaran sepanjang malam. Ada banyak alasan untuk keluar di malam keramat itu. Menghampiri sudut-sudut kota untuk menjajal panganan atau tempat baru yang katanya sedang hits hingga wajib dipamerkan di media sosial. Atau sekadar keluar sejenak untuk melepaskan penat yang sudah dilalui selama lima hari untuk belajar atau bekerja. Selain itu, mungkin untuk merealisasikan janji temu dengan kawan atau gebetan. Bahkan mantan yang sedang berusaha menjalin kembali ikatan.
Berbekal tas kecil yang menempel di punggung, Adisa pun sedang mencoba menikmati rasanya malam Mingguan. Berkeliling kota dengan duduk di sebuah sepeda yang sudah lama ia tinggalkan, sejak pindah ke rumah barunya. Perempuan yang menguncir rambutnya itu, menyusuri jalanan kota yang penuh dengan kendaraan roda dua. Menyaksikan banyak pasangan beda jenis yang duduk saling berhimpitan di atasnya. Ah, ia jadi teringat dengan sang tetangga sekaligus sang kekasih. Kira-kira, laki-laki berambut cepak itu sedang apa, ya, sekarang?
Melihat sebuah logo minimarket sejuta umat terpampang di depan mata, tangan Adisa membelokkan stang sepedanya ke sana. Beberapa pasang mata laki-laki terlihat mencuri pandang ke arahnya, saat ia bergerak melepaskan masker sambil membuka pintu kaca. Mengambil sebotol air mineral dan sebungkus cokelat dari rak depan kasir, perempuan itu mengantri di belakang seorang laki-laki berjaket kulit hitam dengan postur tubuh yang mengingatkannya pada seorang Reza Artavian.
"Sekalian pulsanya, Kak?" Seperti biasa, sang kasir pun akan selalu menanyakan hal itu sebelum menghitung jumlah belanjaan sang pelanggan.
Laki-laki itu menggeleng. Lalu menunjuk deretan kotak rokok di belakang sang kasir. "Rokok Meld satu," katanya pendek. Setelah menerima uang kembalian, laki-laki itu pergi saat Adisa sedang memperhatikan barang-barang bertuliskan promo di dekat kasir.
Giliran Adisa, si kasir pun kembali mengulang pelayanan sesuai SOP perusahaan. Seperti laki-laki di depannya tadi, Adisa melakukan hal yang sama. Menggeleng dan meminta sebungkus rokok yang berbeda. Ia ingat, bungkus rokoknya yang terakhir mungkin sudah membusuk bersamaan dengan sampah-sampah yang tertumpuk di selokan, dekat taman komplek perumahannya.
Kursi dan meja kosong menjadi tujuan Adisa berikutnya, sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah mengosongkan hampir setengah botol air mineral, juga mematahkan dua keping cokelat rasa susu, perempuan yang tengah memakai kaos hitam berlapis kemeja abu-abu itu pun akhirnya mencoba melihat sekelilingnya.
Jalanan masih ramai oleh para penikmat malam Minggu. Parkiran minimarket pun terlihat sesak oleh para pelanggan yang silih berganti. Samar-samar, ada dengungan suara musik dari seberang. Mungkin sedang ada konser atau apa pun itu. Ia tak peduli. Lalu tak jauh darinya, ada gerombolan laki-laki yang tengah bergurau sambil memegang ponsel yang dimiringkan. Kepulan-kepulan asap rokok nampak mengelilingi mereka. Biasa, laki-laki dan kebiasaannya saat berkumpul.
Getaran-getaran dari saku celananya membuat perhatian Adisa pindah pada layar ponselnya. Rupanya, ada kehebohan yang kembali terjadi di grup kelasnya.
CLASS OF XI SOCIAL THREE💋👌👈
45 PESAN BELUM DIBACA

KAMU SEDANG MEMBACA
ADISA
Jugendliteratur-SCHOOL SERIES (1)- -COMPLETED- Please ya guise... Vote adalah bentuk apresiasi untuk penulis. . "Satu-satu aku sayang Alano..." "Dua-dua juga sayang Alano..." "Tiga-tiga always sayang Alano..." "Satu dua tiga, Alano punya Disa..." Ini adalah kisah...