ADISA | 30

610 40 20
                                    

Ya ampun, jadi gini rasanya kembali setelah sekian purnama ditelan bumi 😆😆😆

Awkwkw 🤣🤣🤣

Ada yang kangen kagak?

Ah, paling enggak. 😩

Jadi...

happy reading yaaa gais ❤️

.

Adisa berjalan santai menyusuri lorong-lorong sekolah menuju kelas di lantai dua. Di sisi kirinya ada Reza yang berjalan dengan tangan kiri disangga di dada. Mereka kompak mengunci mulut, mengabaikan tatapan anak-anak yang bergerombol di depan kelas. Sesekali bibir Adisa menyeringai, saat kupingnya menangkap bisikan-bisikan setan. Tangannya pun dengan sigap menahan Reza yang gatal menempeleng siapa pun yang berani mengusik sahabatnya itu.

"Kalau tangan ini nggak retak, udah abis itu lambe-lambe sialan!" sewot Reza sambil mengacungkan kepalan tangan kanannya.

"Santai, Ja. Jangan lupa kalau gue ini emang suka keributan. Jadi, masalah sekecil ini bukan apa-apa, kok." Adisa menanggapi dengan santai.

"Tapi, Dis. Nama lo 'kan lagi jatuh-jatuhnya. Digosipin selingkuh, dibilang pecandu rokok, sampe dibilang jual diri lagi. Masa iya, lo mau diam aja?!"

"Faktanya gue emang nge-rokok, 'kan?" sahut perempuan yang mengikat rambutnya tinggi-tinggi.

Bibir Reza manyun, "Faktanya cuma satu. Sisanya, sungguh fitnah yang keji." Adisa tergelak.

Sampai di depan kelas XI IPS 3, Reza masuk terlebih dahulu. "Selamat pagi wahai calon penghuni neraka..." serunya semangat.

Di belakangnya, Adisa masuk dengan bibir tersenyum lebar. "Selamat pagi wahai kawan-kawan laknatku..." tambahnya sama semangatnya dengan Reza.

Keduanya berdiri di depan kelas, membuat anak-anak di kelasnya berseru heboh.

"Reza sama Adisa udah baikan?! Kiamat sudah dekat, guys!"

"Cari muka terusss..."

"Odi! Pasukan lo udah lengkap lagi!"

"Duh, Ja. Nasib basket Kartanegara gimana dong, kalo tangan lo kek gitu?!"

"Dasar nggak punya malu! Udah jelekin-jelekin citra kelas malah masuk dengan wajah nggak bersalah sama sekali!"

"Adisa masih bisa senyum, dong. Wah... emang temen gue luar biasa!"

"Tangan lo kok nggak diamputasi sekalian, Ja?" Reza melotot pada Acil. "Burung lo mau gue amputasi sekalian nggak?" Dan Acil pun menggeleng sambil meringis.

Brak!

Adisa menggebrak papan tulis. Berdeham, lalu memindai para penghuni kelas. "Jadi..." Ia melirik Reza dan mendapati laki-laki itu mengangguk. "Ada berita yang perlu gue klarifikasi nggak? Aduh! Berasa jadi artis nih, gue!" Adisa berdecak sambil geleng-geleng kepala.

Acil mengangkat tangan tinggi sambil maju mendekati Adisa. "Gue, dong! Gue!" Tangan kanannya mengepal, berlagak menjadi seorang wartawan yang menyodorkan microphone pada sang narasumber. "Cek-cek, satu-dua-tiga. Ehm!"

Adisa tersenyum geli sambil manggut-manggut melihat tingkah laki-laki itu. "Sebelumnya, perkenalkan saya Acil dari IPS TV. Kemarin, nama Adisa Kirana sedang mencuat di dunia pergosipan SMA Kartanegara. Ada sebuah poster berisi kalimat kebencian dan video yang beredar tentang sesosok perempuan sedang asyik menghisap rokok di depan publik. Para netizen percaya jika sosok tersebut adalah anda, saudari Adisa Karina. Jadi, apakah anda bisa memberikan klarifikasi terkait berita tersebut?"

ADISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang