ADISA | 20

2.5K 79 3
                                    

Anti bacot-bacot club!

Mau vote dan komen, ataupun enggak dua-duanya, terserah!

Update kalo ada yang vote sama komen aja 😏

.

"Ran, tukeran tempat duduk, dong!"

Sekembalinya dari jam istirahat, Adisa yang baru saja menghenyakkan pantat ke bangku kesayangan, dibuat heran oleh Reza yang menggendong tas di punggung sambil berdiri di sebelah meja Rana dan Raya. Laki-laki yang sedari pagi mengabaikannya, kini malah memilih untuk menjauhinya, tanpa perempuan itu tahu apa penyebab pastinya.

"Ngapain, sih, Ja?" sahut Rana heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain, sih, Ja?" sahut Rana heran. "Biasanya lo paling anti kalau disuruh pisah tempat duduk dari Disa, 'kan?"

"Berisik! Gue lagi pengen duduk sama Aya. Cepetan, Ran!" desak Reza dengan wajah kesal. Matanya yang memang suka berkhianat dengan logikanya itu, sesekali melirik pada Adisa yang menatapnya datar. Hingga melunturkan khayalan akan teman satu mejanya yang merengut dan memintanya kembali duduk di sampingnya.

"Gue nggak mau," ujar Rana tegas. Perempuan berkacamata itu tahu, bahwa menggabungkan Reza dan Raya dalam satu meja, hasilnya lebih buruk daripada Reza dan Adisa. Karena dengan Adisa, Reza akan takluk sepeti anjing yang diberi tulang untuk makan siang. Sedangkan dengan Raya, maka laki-laki berkepala plontos itu akan sibuk mengadu urat hingga salah satunya menang. Jujur saja, Rana benci keributan.

Mata Reza melotot. "Cuma pindah satu bangku ke belakang, Ran."

Rana menghembuskan napas, lalu berbalik dan menatap Adisa. "Dis, ini piaraan lo, nggak apa-apa kalau disatuin sama Raya?"

"Gue bukan cihua-cihua, ya, Ran!" sela Reza dengan jengkel. Masih dengan pose yang sama di samping Rana, laki-laki itu kembali melirik Adisa sambil berharap, kalau perempuan itu akan memintanya untuk kembali.

Rana tertawa kecil, lalu kembali bertanya pada Adisa. "Gimana, Dis?"

Adisa mengangkat bahu sambil berkata, "Terserah si Panjul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adisa mengangkat bahu sambil berkata, "Terserah si Panjul. Kalau emang lagi mau duduk sama Raya, ya udah." Perempuan itu enggan mengambil pusing masalah yang sepele. Baginya, mau duduk dengan siapa saja, bukanlah suatu masalah. Yang jadi masalah adalah kalau ia jadi incaran menjawab pertanyaan dari para guru killer. Makanya, sebisa mungkin ia akan mencari tempat duduk yang strategis.

ADISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang