ADISA | 17

2.7K 78 9
                                    

Jangan lupa vote dan komen 😘

Happy reading~

.

Ngiiiuuuuunnngggg...

Ngiiiiuuuuuuunnnnnggggg...

Ngiiiuuuuuuunnnnnnggggggg...

Para siswa SMA KARTANEGARA berbondong-bondong keluar dari kelas. Mencari asal dari sumber suara yang menyita atensi mereka. Beberapa memilih untuk berdiri di pinggiran pagar pembatas. Beberapa lagi berderap untuk turun ke lapangan. Penasaran dengan hal yang akan disampaikan oleh perempuan berambut ikal sebahu yang kini semakin mengecangkan suara sirine dari pengeras suara.

Adisa menyunggingkan seringaian saat beberapa kerumunan siswa mendekatinya. Beberapa teman satu kelasnya merelakan diri untuk turun ke bawah dan menatapnya penasaran. Ada juga beberapa adik kelas dan kakak kelas yang dikenalnya. Seperti Adam dan Riky yang berdiri di barisan paling depan. Fandi dan dua sekawannya pun tak ketinggalan. Di dekat ring basket, kumpulan Hana dan kedua dayangnya juga menatapnya tajam. Setelah menimang-nimang waktu dan jumlah audience, Adisa akhirnya mematikan suara sirine dan menggantinya ke mode pengeras suara.

 Setelah menimang-nimang waktu dan jumlah audience, Adisa akhirnya mematikan suara sirine dan menggantinya ke mode pengeras suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A-a... tes satu dua tiga..." Adisa mengetes suaranya. Di atas kursi kayu yang sempat digeretnya dari gudang, perempuan itu memupuk rasa percaya dirinya. Memulai aksi sebelum ada lemparan cacian atau makian yang membuat kuping berdengung.

"Satu-satu... aku sayang Alano..."

"Huuuuuuuuuu..." Paduan suara berupa sorakan dari siswa-siwa perempuan menyahuti Adisa. "Turuuuunnn... wooyyy!!!" Dengan wajah tak suka -cenderung jutek dan bengis-, mereka membalikkan jempol tangan dan mengacungkannya pada Adisa.

Namun Adisa memilih untuk tak gentar. Matanya berkeliling, menjelajah untuk menemukan seseorang yang menjadi tujuannya berbuat ulah. Serta akan menurunkan harga dirinya, mungkin.

"Dua-dua juga sayang Alano..."

Satu persatu siswa laki-laki, Adisa pindai wajahnya. Menyingkirkan wajah-wajah yang tidak mendeskripsikan rupa seseorang yang dicarinya. Menulikan telinganya agar tetap fokus dan tak goyah.

"Tiga-tiga always sayang Alano..."

Setelah menyisir gerombolan paling belakang, tengah, hingga terdepan, perempuan itu belum menemukannya. Adisa mulai ketar-ketir. Lagu hampir berakhir, sedangkan keberadaan targetnya belum terdeteksi. Dia harus putar otak, agar rencananya tetap berhasil. Bagaimanapun caranya.

"Satu-dua-tiga..."

Gotcha!

Gotcha!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang