-SCHOOL SERIES (1)-
-COMPLETED-
Please ya guise...
Vote adalah bentuk apresiasi untuk penulis.
.
"Satu-satu aku sayang Alano..."
"Dua-dua juga sayang Alano..."
"Tiga-tiga always sayang Alano..."
"Satu dua tiga, Alano punya Disa..."
Ini adalah kisah...
"Gue yang ambil sendiri, Kak. Nggak sengaja lihat pas dia beli itu."
"Oh, gitu. Tapi bisa aja, 'kan, kalau dia beli itu buat orang lain?"
"Nggak. Gue yakin kalau itu buat dia sendiri. Teman-temannya kebanyakan cowok-cowok yang suka ngerokok, 'kan? Dia pasti ketularan, lah."
"Iya, sih. Ya udah, yang itu lo simpan aja dulu. Nanti kita pakai kalau waktunya udah tepat."
"Iya, Kak. Terus foto yang lo kirim ke gue tadi pagi, gimana kalau gue kirimin itu ke Kak Alano secepatnya?"
"Emangnya lo punya kontaknya? Berani ngirim ke cowok itu?"
"Punya, dapat dari teman satu kelasnya. Gue harus berani kalau mau dapat perhatian Kak Alano dan nyingkirin Adisa."
"Yah... semoga berhasil, ya, Rin."
Percakapan antara dua orang perempuan di salah satu sudut sekolah, berakhir tepat saat bel tanda berakhirnya jam istirahat berbunyi nyaring. Beberapa siswa-siswi yang berkeliaran di lorong menuju kelas masing-masing, membuat keduanya memisahkan diri. Si perempuan berkuncir kuda melangkahkan kakinya ke arah lantai dua, sedangkan si perempuan berkepang satu menuju koperasi sebelum kembali ke kelasnya di lantai tiga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di waktu yang bersamaan, Alano berhadapan dengan Odi dan Rana di depan kelas 11 IPS 3. Ketiganya terlibat pembicaraan serius. Adisa yang memilih bungkam perihal permasalahannya, menyebabkan Alano kebingungan. Menanyai kedua orang itu adalah pilihan Alano untuk menemukan titik terang tentang masalah sang pacar. Pelipisnya sedikit berdenyut tepat saat Odi menyebutkan nama seseorang yang tadi pagi juga sempat didengarnya.
"Reza itu emang dekat banget sama Adisa, No."
"Namanya, Reza? Yang rambutnya plontos itu, 'kan?"
"Iya. Mereka duduk satu meja. Yang gue tahu, dia suka sama cewek lo udah dari awal masuk SMA. Kemarin, pas tahu kalian berdua jadian, dia marah-marah. Tapi, kalau yang tadi pagi, gue sama sekali belum tahu alasannya. Reza udah ngilang, nggak tahu di mana. Cewek lo juga nggak mau ngomong."
"Sebenarnya..." Rana membuka suaranya, "Kemarin mereka juga berantem. Dan itu gara-gara gue yang salah ngomong. Adisa aja sampai keluar kelas dan bolos, nggak masuk kelas. Mungkin, mereka masih belum damai. Tapi ini pertama kalinya, gue lihat Adisa sampai kaya gitu. Nggak tahu, deh, apa yang sebenarnya terjadi."
"Kemarin?" Alis kiri Alano terangkat tinggi. "Berantem gara-gara apa, Ran?"
"Anu-" Rana menggigit bibir, bola matanya melirik Odi sejenak. Mendapati anggukan beserta senyum kecil, ia kembali melirik Alano. "Reza keceplosan, bilang kalau Adisa itu... cewek agresif dan rendahan, karena nembak lo duluan."