Yeay bisa update!
Gamau banyak bacot, just happy reading~
.
Alano mengeluarkan bekal makanan yang khusus disiapkan Ratih dari dalam tas hitamnya. Beranjak dari kursi kemudian keluar dari kelas tanpa menyapa atau berbasa-basi dengan teman satu kelasnya. Randi, teman satu meja Alano pun hanya memandangnya dengan alis terangkat. Heran dengan kelakuan laki-laki berambut cepak yang notabene anak pindahan, namun terlihat dingin dan acuh tak acuh. Alih-alih berusaha mengakrabkan diri dengan anak-anak di kelasnya, Alano hanya sibuk dengan dunianya sendiri.
Setiap pagi, Alano datang dengan wajah datar dan selalu membaca sebuah buku dalam diam. Saat jam pelajaran, laki-laki itu akan serius memperhatikan penjelasan dari guru tanpa terlihat bosan dan mengantuk. Sesekali, ketika harus berdiskusi atau bekerja kelompok, Alano nampak mengikuti dengan santai dan cukup berkontribusi. Walaupun masih setia dengan wajah datar yang membuat anak-anak perempuan di kelasnya tersipu-sipu. Kemudian, tatkala bel istirahat jam pertama berdenting, Alano akan hilang dengan satu tas kecil yang selalu dibawanya entah ke mana. Karena Randi tahu, teman satu mejanya itu tidak pernah terlihat makan atau sekedar nongkrong di kantin. Hingga jam istirahat kedua tiba, laki-laki itu selalu pergi beribadah dan kembali dengan rambut yang nampak basah. Hingga hari ini, keduanya hanya pernah terlibat percakapan singkat untuk beberapa kali. Interaksi yang lain, mungkin ketika Randi meminjam alat tulis pada Alano. Yang jelas, kalau bukan Randi yang membuka suara terlebih dahulu, Alano akan setia menutup mulut.
"Ran, emang Alano sama Adisa jadian, ya?" Teman perempuan Randi yang berkepang satu, berbalik dari tempat duduknya yang terletak persis di depan Randi. Lalu, perempuan di sebelahnya pun, ikut-ikutan berbalik dan menodong Randi dengan pertanyaan. "Iya, Ran. Lo tahu, nggak? Gosipnya udah ke mana-mana itu. Gue juga tadi pagi lihat mereka berangkat bareng, terus kelihatan mesra, gitu..."
"Halah, gue yakin itu pasti Adisa yang kecentilan sama Alano. Cewek yang sering main sama anak berandalan, 'kan, rata-rata emang suka cari perhatian. Kaya kemarin, tuh, koar-koar di lapangan bilang kalo Alano punya dia. Nggak tahu malu banget, ya?"
"Emang! Sok iya, banget!" Dengan nada mencibir, perempuan berponi yang sedari tadi asyik menggosip, kemudian berusaha mengajak Randi di dalam perbincangan. "Eh, Ran. Diem, aja, lo. Masa lo nggak tahu, sih, gimana hubungan mereka berdua?"
Randi yang menopang sikunya di meja, menghela napas dengan wajah jengah. "Emangnya gue kelihatan pernah berbagi cerita sama anak pindahan itu, ya? Mana gue tahu, dia pacaran sama Adisa atau nggak?! Kalian pikir, gue ini agen mata-mata FBI yang bisa nyusup dan lihat sejauh apa hubungan mereka? Otak-otak... jangan pindahin ke dengkul, makanya!"
"Ih, ya udah, sih! Biasa, aja, dong! Ngapain lo malah jadi nyinyirin kita berdua?! Si perempuan berponi tidak terima dengan ucapan Randi.
"Lho? Kok, lo marah? 'Kan, mulut lo sendiri yang nyinyirin Adisa," sahut Randi santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADISA
Novela Juvenil-SCHOOL SERIES (1)- -COMPLETED- Please ya guise... Vote adalah bentuk apresiasi untuk penulis. . "Satu-satu aku sayang Alano..." "Dua-dua juga sayang Alano..." "Tiga-tiga always sayang Alano..." "Satu dua tiga, Alano punya Disa..." Ini adalah kisah...