"Tuh kan nabrak! Kalo jalan pake mata dong!"
"Jalan pake kaki." Balas Anya. Padahal dia yang menabrak, tapi masih bisa membalas ucapan tanpa rasa bersalah.
Orang yang ditabrak Anya, memelototkan mata tidak terima, "Mata buat ngeliat jalan."
Anya berdecak, "Intinya jalan pake kaki. Mata buat ngeliat. Udah sih gitu aja dibuat repot."
Reno, orang yang ditabrak Anya mendengus, "Dasar. Harusnya lo tuh minta maaf ke gue."
"Ngarep banget, Mas?"
Reno berkacang pinggang, menatap Anya garang mirip ibu-ibu yang memarahi anaknya. "Mas-mas dikira gue ikan mas. Harusnya lo bersyukur, karena nabrak gue. Gimana kalo yang lo tabrak tadi ibu-ibu, habis deh lo diomeli. Apalagi kalo nabrak dosen." Omel Reno.
"Harusnya-harusnya mulu. Lagian ngapain bersyukur coba? Orang lo juga ngomel gini, persis ibu-ibu."
"Emang dasarnya gatau diri ya gini." Dengus Reno.
Anya terkekeh, "Iya-iya elah. PMS apa gimana sih? Sensi mulu."
Reno menoyor kepala Anya gemas, "Iya PMS. Keluarnya bukan darah, tapi nih asep dari telinga. Greget gue sama lo." Ucap Reno sambil menunjuk kedua telinganya. Seolah benar-benar keluar asap seperti adegan film yang pemainnya sedang marah.
"Mana coba gue liat." Anya mendongak ingin menatap telinga Reno. Dengan polosnya Reno sedikit menunduk agar telinganya bisa dilihat Anya.
Emang dasarnya Anya anak yang jahil, ia pura-pura mengusap telinga Reno kemudian menariknya keras sampai telinga itu memerah.
"Aakhhhh! Gila! Panas telinga gue!" Protes Reno. Cowok itu langsung mengusap telinganya kasar untuk menghilangkan rasa panas akibat jeweran Anya.
Anya tertawa keras. "Jangan bego-bego makanya."
"Sini-sini gue tiup, biar nggak panas lagi. Kasian sampe merah gitu." Lanjut Anya masih dengan tawanya.
"Gak! Lo penipu!"
"Enggak elah. Beneran gue. Udah sini!" Perintah Anya.
Reno akhirnya menurut daripada mendapat jeweran lagi.
Anya mengusap telinga Reno lalu meniupnya pelan.
"Masih sakit?"
Reno yang awalnya menoleh samping, langsung menatap Anya. Jarak yang sangat dekat membuat mereka bisa merasakan deru nafas masing-masing. Reno masih terpaku pada mata Anya. Sampai akhirnya Anya yang tersadar lebih dulu. Ia langsung memutuskan kontak mata dengan Reno membuat cowok itu gelagapan sendiri.
Reno menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu berdeham pelan untuk menetralisir kegugupan, "Ehmm udah, udah nggak sakit."
"Ngapain disini? Gaada kelas?" Tanya Anya, mengalihkan pembicaraan.
"Cari Farid. Tapi malah ketemu lo."
Anya mengangguk, "Habis kelas tadi dia bilang mau ke kantin."
"O-oh gitu? Yaudah gue kesana ya." Pamit Reno. Ia langsung berjalan melewati Anya.
"Ini kenapa jantung gue jadi disko an sih?" Batin Reno, sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.
*****
"Ck, sad ending. Tau gitu gausah baca ini buku." Dengus Anya.
Jam kuliah selesai lebih awal karena dosen yang tidak hadir. Daripada sendirian di apartemen, cewek itu lebih memilih untuk menghabiskan waktu di salah satu cafe dekat kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is not over [Completed]
Подростковая литератураRevanya Billa Giralda Danuarta Alfabian Maxston Ketika cinta yang dibangun sekian lama harus runtuh karena rasa bosan yang menghampiri salah satu pasangan. Ketika rasa bosan yang mampu merubah pemikiran orang. Ketika rasa bosan yang mendominasi hati...