35. Empat tahun kemudian

2.5K 191 39
                                    

4 tahun kemudian....

"Seperti biasa, migrain. Gara-gara stress pastinya. Tunggu tanggalnya aja pasti udah berubah jadi orang gila."

"Sialan."

Cowok itu terkekeh, "Empat tahun, dan penyakit lo gak jauh-jauh dari stress. Mukjizat karena sampe sekarang lo belom gila beneran."

"Udah diem. Jomblo mana ngerti soal gila karena cewek."

"Mohon maaf. Kalo lo lupa, gue juga pernah suka sama dia."

Danu berdecak, "Sono pergi. Tambah pusing gue liat lo."

"Dasar bucin."

"Bacot." Danu berdiri seraya mengambil jas yang tersampir di kursi kerjanya.

"Mau kemana lo?"

"Bunuh diri."

"Oh. Titip salam ya,"

"Buat siapa?"

"Malaikat maut. Bilang, dari Reno."

"Goblok. Buat apaan?"

"Goblok juga. Udah tau gue halu, segala ditanya. Lagian dosa lo kebanyakan, gak usah ditambahin sama bunuh diri."

"Daripada gue hidup tapi jadi gila."

"Rumah sakit jiwa masih buka. Gak usah gegayaan langsung ke neraka. Urusin dulu tuh dosa, tobat."

Danu memutar bola mata malas. Tidak meladeni sahabatnya yang sudah berprofesi menjadi dokter. Ia segera menyiapkan berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting setengah jam lagi.

"Si goblok batu banget otaknya. Lagi sakit masih aja mau meeting," semprot Reno.

"Menjemput rejeki, bego."

Reno berdecak, "ajal gak ada yang tau. Bisa aja pas presentasi nyawa lo dicabut . Ntar direkam, terus di posting di sosmed sampe viral. Mau lo mati di gibahin banyak orang?"

"Astagfirullah, itu mulut lemes banget. Lo cewek apa cowok sih? Curiga gue."

Reno mengangkat bahu acuh, "Intinya gak banci."

Danu mendengus, sudah empat tahun tapi Reno masih terus mengejeknya banci. Tidak terang-terangan memang, tapi berupa sindiran seperti sekarang ini.
                                 *****

Danu menggelengkan kepala berusaha menghalau rasa pusing yang kembali menyerang. Ia memilih duduk saat melihat kursi, tangannya memijit pangkal hidung dengan mata terpejam.

"Mau pelmen?"

Danu membuka mata ketika mendengar suara kecil di dekatnya. Matanya tertuju pada bocah laki-laki yang sedang menyodorkan tangan dengan permen digenggamannya.

"Lasa susu stlobeli. Enak, kata Mami sehat."

Bocah kecil itu menggoyangkan tangan agar Danu segera menerima pemberiannya.

"Gak suka."

"Kenapa?"

"Kakak udah gede gak boleh makan permen."

Love is not over [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang