"Dayuni" Tebak Anya.
Danu yang tadinya menutup mata Anya dari belakang langsung terkekeh.
"Hapal ya.." Kekeh Danu sambil mendudukan dirinya disebelah Anya.
"Bau lo busuk, gampang di hafal." Balas Anya.
"Bau surga gini dibilang busuk."
"Neraka nya kali."
Anya terkekeh melihat ekspresi kesal Danu. Ia menyuapkan bakso ke dalam mulut Danu, lelaki itu langsung mengunyah dengan kasar.
"Pelan-pelan ngunyahnya. Gausah buru-buru mau mati, entar ada waktunya kok." Anya menepuk bahu Danu pelan.
"Gue cekik lo lama-lama." Kesal Danu.
"Lucu ya lo berdua. Gue seneng kalo liat kalian debat gini." Kekeh Lisa.
Perempuan itu memang bergabung. Ia datang bersama Danu, karena mereka berada dalam kelas yang sama.
Sebulan ini, Lisa selalu ikut bergabung bersama. Entah itu saat di kampus, atau saat mereka nongkrong di luar. Anya dan Danu tidak masalah, kerena mereka dulu dekat dengan Lisa. Reno, Farid, dan Jennie yang merupakan sahabat Danu dan Anya juga tidak masalah. Mereka sudah menganggap Lisa sebagai teman mereka.
"Gue sih kenyang liat kelakuan mereka berdua." Cetus Farid.
"Kadang gue mual liat mereka berdua." Cetus Jennie.
"Kalau gue pcycopat, udah gue tusuk-tusuk mereka." Cetus Reno. Mereka kompak memberikan hujatan pada Danu dan Anya.
Anya geleng-geleng kepala dramatis, "Kalian kok tega? Aku salah apa sama kalian? Pertemanan kita selama ini kalian anggap apa?"
"Sabar, Nya. Mereka emang makhluk jahat." Danu mengikuti akting Anya. Ia merangkul bahu Anya, lalu mengusapnya pelan.
Reno, Farid, dan Jennie kompak memutar bola mata jengah melihat adegan live yang menjijikkan itu. Sementara, Lisa tertawa geli.
"Gue sering denger Anya panggil Dayuni, emang itu panggilan Danu yang sekarang?" Tanya Lisa, setelah adegan live Danu dan Anya selesai.
"Enak aja! Yakali cowok ganteng maco gini panggilannya Dayuni! Emang nih cewek sableng otaknya." Balas Danu sambil menunjuk Anya.
"Lo cowok tapi alay. Panggilan Dayuni tuh pantes, kan keliatan lemah gemulai gitu." Jawab Anya.
"Gue terkam lo lama-lama, biar tahu gimana ganasnya gue." Gerutu Danu.
"Lagian, gak cuman Danu kali yang dipanggil pake panggilan aneh sama Anya. Gue juga, gue malah dipanggil Farida, gak elit banget kan? Cowok tulen gini dipanggil Farida." Ucap Farid kepada Lisa.
"Gue juga kadang dipanggil Jejen. Geli banget. Udah bagus nama Jennie, kek orang barat-barat gitu, malah di miringin jadi kek nama kembang desa." Ucap Jennie.
"Gue sih kalem kalo panggilan gue diganti jadi Ronaldo. Sayang nya ni cewek sableng, kalo ganti nama orang nyeleweng mulu. Yakali gue dipanggil Roni." Cetus Reno.
Sepertinya ketiga orang itu sangat kompak saat ini. Jarang-jarang ada waktu membuli Danu atau Anya. Biasannya mereka yang terkena bulli. Terutama Farid, lelaki itu harus semangat, karena ia yang paling sering jadi sasaran hujatan cewek sableng macam Anya.
Anya memicingkan mata, menatap ketiga sahabatnya dengan kesal. "Lo bertiga kayaknya ada dendam kesumat ya sama gue? Daritadi semangat banget ngehujat."
"EMANG!" Balas mereka bertiga kompak.
"Astagfirullah." Anya mengelus dada.
Lisa tertawa, "Lo gak berubah ya, Nya. Masih aja suka ganti nama orang sembarangan. Gue kira hobi lo yang satu itu udah ilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is not over [Completed]
Roman pour AdolescentsRevanya Billa Giralda Danuarta Alfabian Maxston Ketika cinta yang dibangun sekian lama harus runtuh karena rasa bosan yang menghampiri salah satu pasangan. Ketika rasa bosan yang mampu merubah pemikiran orang. Ketika rasa bosan yang mendominasi hati...