33. Hujatan untuk Danu

2K 167 43
                                    

"Aku bawa boneka, kamu suka?"

Tidak ada jawaban.

"Tadinya mau bawa bunga juga. Tapi inget kalo kamu alergi bunga, akhirnya gak jadi. Padahal bunga nya bagus, cantik-cantik kayak kamu."

Danu terkekeh pelan, "Aku gak lagi gombalin kamu jadi jangan baper."

Masih tidak ada jawaban.

"Nih lihat, bonekanya lucu. Badan gandut, tangan sama kaki banyak lemak, ini juga pipinya lebar. Mirip kamu banget. Kali ini aku beneran gombalin kamu."

"Baper nggak? Gombalnya beda, nggak alay kayak anak jaman sekarang. Percuma sok romantis, kalo gak bisa setia."

Danu tertawa pelan, "Gaya banget ya aku ngomong setia-setia. Sendirinya aja gak bisa setia, bisanya cuma nyakitin kamu."

Danu mengusap lembut puncak kepala gadisnya, "Eh tapi aku gak suka sama bonekanya. Masa dia mau nikung aku? Nih, dia bawa-bawa tulisan i love you ditangannya. Sok ganteng banget kan? Mana nikung pas ada cowoknya lagi. Kamu harus tolak dia, gak boleh diterima pokonya."

"Bonekanya aku ungsiin ke sofa aja ya? Biar nggak ganggu kita berduaan. Biarin dia sendiri, salah siapa jomblo? Mau nikung pacar aku lagi."

Danu berjalan ke arah sofa, lalu meletakkan boneka teddy bear yang dibawanya, "Lo disini aja. Jangan gangguin gue sama Anya. Awas aja kalo macem-macem, gak gue cariin jodoh lo!" Ketus Danu.

Ia sudah seperti orang gila. Mencaci maki boneka, benda mati yang tidak akan pernah bisa membalas ucapannya.

Danu kembali ke samping Anya, duduk di kursi yang memang disediakan untuk menjaga pasien.

Danu terus memandang wajah Anya, senyum dibibirnya tidak juga luntur walaupun tidak mendapat respon sama sekali. Ia masih betah berlama-lama menatap wajah tenang gadisnya.

"Apa kabar?" Tanya Danu lembut.

Ia tetap tersenyum, diam nya gadis itu adalah satu-satunya respon yang dimiliki.

"Maaf baru datang. Setelah tiga hari baru berani masuk kesini. Aku emang pengecut, sama sekali gak berani masuk buat lihat kamu langsung. Tapi aku selalu datang. Di pintu ada jendela kecil, aku perhatiin kamu dari situ. Jagain kamu dari luar, perhatiin kamu dari luar udah jadi hobi baru aku. Tapi sekarang aku udah di samping kamu, jagain dan perhatiin kamu dari dekat. Gak jauh-jauhan lagi, jadi gak usah ngerasa LDR lagi." Kekeh Danu diakhir kalimat.

"Kamu tau? Aku ngumpulin keberanian buat masuk kesini. Bukan karena gak dikasih ijin, justru orangtua kamu nyuruh aku masuk dari kemarin. Baik banget kan mereka? Padahal mereka tau kalo aku udah jahatin anaknya sampe masuk rumah sakit." Danu menghela napas pelan, "Seperti yang aku bilang tadi, aku pengecut. Aku takut nemuin kamu. Cupu banget kan?"

"Harusnya sekarang kamu hujat aku. Ngatain aku, kayak kamu biasa ngatain Farid. Haha inget-inget tuh anak, aku jadi mau cerita. Lihat rahang aku, biru gini. Gara-gara ditonjok Farid, dia nyumbang stempel disini, lambang kegoblokan katanya. Padahal tonjokan Reno kemarin baru aja sembuh, eh malah digantiin sama tonjokannya si Farid. Tapi aku pantes dapetin itu."

Saat mendengar keadaan Anya, Farid langsung meminta penjelasan kepada Reno. Setelah mendengar penjelasannya, ia langsung menghajar Danu. Itu semua reflek, karena tidak menyangka dengan kelakuan temannya.

Terjadi keheningan beberapa manit. Danu kembali memandang wajah Anya dengan diamnya. Sedangkan Anya masih tenang dalam tidurnya.

Danu menoleh ke arah pintu yang terbuka, dan mendapati Indri-Mamanya.

"Mama bawa makanan. Makan dulu."

"Taruh meja aja."

"Tumben masuk kesini? Ck, ngumpulin nyali aja sampe tiga hari. Pas selingkuh kemarin, ngumpulin nyali nya berapa hari?"

Love is not over [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang