part 5

140 8 0
                                    

Keesokan harinya Senja ke kampus mengendarai motor seperti biasa. Sementara Raga sudah berada didalam kelas. Tidak berapa lama Ibu Mega sebagai dosennya memasuki kelas. Hampir saja Robby terlambat, ia tergesa-gesa masuk dan duduk disamping Raga.
“hari ini kita akan mengadakan pemilihan ketua UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), kira-kira siapa yang pantas menjadi ketua UKM?” tanya bu Mega.
“Raga bu...” jawab Robby.
“SENJA BU...” seru, Dinda, Ica, Rico, Galang dan Dion dengan keras.
Semua berseru memberikannya semangat, agar Raga dan Senja bersedia menjadi kandidat sebagai ketua Unit Kegiatan Mahasiswa di kampus. Ibu Mega menenangkan mereka yang terus berisik.
“sssstt jangan berisik” ucap Raga memberi kode kepada teman-temannya.
“oke kandidatnya adalah Senja dan Raga, tapi kalian harus menciptakan visi dan misi yang bagus dan bermanfaat, oke, karena ketua yayasan yang akan menentukan siapa yang pantas menjadi ketua UKM dan wakil UKM” jelas bu Mega panjang lebar.
Senja dan Raga terdiam saling bertatapan sejenak. Semua bertepuk tangan menyemangati calon ketua UKM. Setelah itu mereka bubar meninggalkan kelas, kecuali Raga dan Robby.
“makan yuk laper nih” ucap Robby memegangi perut yang sudah keroncongan.
“mmm kamu duluan aja deh, aku mau ke perpus dulu”
Senja yang tak sengaja mendengar percakapan mereka dari depan pintu membatin dalam hati.
“pasti dia mau ke perpus, gue nggak boleh kalah, gue juga harus ke perpus, pokoknya gue harus bisa ngalahin dia” ia lalu menuju perpustakaan.
      Didalam perpustakaan, Senja memilih-milih buku yang cocok untuk visi dan misinya. Disaat  yang sama, ternyata Raga juga tengah memilih buku. Setelah memilih akhirnya Raga menemukan buku yang dimaksud, kemudian ia memegang buku tersebut, namun Senja juga memegang buku yang ingin diambil Raga.
“apa-apan sih lo, gue duluan” cerca Senja memegang kuat buku itu.
“enak aja aku yang megang duluan ko yeee” Raga menarik bukunya.
“nggak bisa pokoknya gue duluan” Senja menariknya.
Mereka sama-sama menarik buku tersebut karena tidak mau saling mengalah, dan akhirnya sama-sama terjatuh, namun ternyata Raga lah yang berhasil memegangnya.
“aaduuh...” Senja meringis kesakitan.
Raga segera bangun dan mengulurkan tangan kepada Senja.
“sorry sini aku bantu” Raga menawarkan diri.
“nggak usah gue bisa bangun sendiri” ketus Senja berusaha bangkit.
Ibu Mega tiba-tiba lewat menegur mereka agar tidak ada keributan didalam perpustakaan.
“tadi Senja kepeleset bu, mau saya bantuin tapi malah marah-marah” gerutu Raga.
Setelah Ibu Mega pergi, Raga memberikan buku tersebut kepada Senja, namun disaat Senja ingin mengambilnya, Raga justru menariknya kembali. Senja semakin kesal karena merasa dipermainkan, tapi Raga langsung tersenyum sambil memberikan buku tersebut.
“maaf, tadi aku cuma becanda” ucap Raga tersenyum manis.
Senja jadi terpaku melihat senyumannya. “dibalik wajahnya yang tampan, ternyata menyimpan senyum yang begitu menawan” riangnya dalam hati.
Begitu Raga memperhatikannya, Senja langsung tersadar darii lamunannya.
“kenapa? baru tau ya kalau senyumanku memang manis” ucap Raga dengan pedenya.
“iya baru tau gue, ada orang yang tingkat kepedeannya terlalu tinggi, lebay tau nggak sih” sahut Senja songong.
“kalau berhadapan sama cewek jutek seperti kamu kan emang harus kayak gitu” ucap Raga lagi nggak mau kalah.

Di bengkel Akbar, Nadira memperkenalkan dirinya dihadapan Arnas dan karyawan lain. meskipun sedikit canggung, tapi ia berusaha mencairkan suasana. Dari kejauhan tampak Arnas memintanya untuk membuat pengumuman di media sosial tentang event yang sudah direncanakan.
“kamu ngerti kan?” tanya Arnas.
“iya bang” jawab Nadira singkat sembari membuka laptop, lalu menuliskan kata-kata yang menarik agar para pendaftar mau mengikuti ajang modifikasi mobil, dengan hadiah juara pertama akan mendapatkan Rp 100.000.000 dan juara kedua akan mendapatkan Rp 50.000.000.
“kata-katanya udah oke tuh, tinggal kamu upload, kalau sudah ada respon kamu harus cepat laporan ke saya” ucap Akbar yang berada dibelakangnya.
“iya pak” sahut Nadira menoleh kearahnya.
      Setelah pulang dari restorant tempatnya bekerja, Windi berjalan kaki dan mampir ke toko bahan pakaian. Ia membeli beberapa bahan pakaian untuk dijadikan gaun.      
      Sementara di kampus, Rico, Galang, dan Dion berada di lapangan basket. Mereka asyik bermain basket dengan anak-anak yang lain. Sedangkan Dinda dan Ica duduk dilapangan basket sambil memperhatikan Rico. Dari kejauhan, tampak Intan kebingungan mencari Nadira kesana kemari sembari memegang handphone, tapi ia tak menemukannya.
“Nadira kemana ya?” apa dia sakit? Kalau dia sakit kenapa nggak ngasih tau gue?” batinnya bertanya, lalu ia melihat handphone.
“gimana Lang ntar malam lo ikut nggak?” tanya Rico dilapangan basket sembari mendrible bola.
“ya iya lah” jawab Galang semangat.
Dion hanya diam, sesekali ia yang memasukkan bola kedalam ring.
“Senja kemana ya din?” tanya Ica dipinggir lapangan.
“biasa lagi di perpus, dia kan mau ikut kompetisi pemilihan UKM”
      Di perpustakaan, Senja dan Raga nampak belajar bersama, namun di meja yang berbeda. Mereka sama-sama sibuk dengan visi dan misinya masing-masing.

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang