Didalam butiknya, Windi menghubungi Ibu Ratna. Didalam telepon bu Ratna memintanya untuk mengantar pesanannya kerumah. Windi terus mengantarkan pesanan Ratna menggunakan taxi, namun sampai disana ia hanya mendapati pembantunya saja, sedangkan Ratna bersembunyi dibalik jendela sambil mengintip.
“maaf, majikan saya sedang tidak ada di rumah” ucap si pembantu berusaha menutupi semuanya.
Windi tampak berpikir. “ini pesanan dari bu Ratna” ia memberikan beberapa bingkisan tersebut.
“oia nanti saya sampaikan” kata si pembantu, kemudian langsung menutup pintu.
Windi melihat seperti ada bayangan di jendela rumah tersebut. Setelah ia kembali ke butik, bu Ratna tidak juga mentransfer sisanya. Windi takut kalau ini merupakan penipuan. Windi terus berusaha menghubungi bu Ratna tapi tidak aktif-aktif. Ia pun akhirnya mendatangi alamat tempat ia mengantar pesanan tadi, tapi sepertinya tidak ada orang. Hal tersebut membuatnya jadi bertambah panik.
Senja masih berbaring ditempat tidur. Bik Minah mengantarkan sarapan ke kamarnya. Senja meminta bik Minah meletakkan sarapannya diatas meja. Khanza yang baru masuk berkata
”Kak Senja sakit ya...” sembari memegangi keningnya.
“kak Senja nggak apa-apa, cuma kecapean aja”
Diluar rumah, terlihat Dinda, Ica, dan Galang sedang menunggu dibukakan pintu. Dinda kembali memencet bel. Tidak berapa lama bik Minah membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk.
“mmm non Senjanya lagi ada dikamar”
“ya udah, kalau gitu kita langsung kekamarnya aja ya bik” ucap Dinda.
“iya nggak apa-apa” sahut bik Minah.
Sambil istirahat, Senja kembali membayangkan disaat Raga menggendong dirinya di puncak.
“kalau diperhatiin, ternyata Raga itu ganteng juga, baik lagi...” pikirnya dalam hati.
Dalam waktu yang bersamaan Dinda dan teman-temannya tiba-tiba muncul di kamarnya.
“lagi mikirin siapa hayo...” ledek Dinda mengagetkannya.
“hahahaa...” mereka tertawa melihat Senja yang tersipu malu-malu.
“enggak..., nggak lagi mikirin apa-apa, gue cuma kepikiran sama tugas aja, oia Rico kemana kok nggak ada?” Senja bertanya setelah melihat mereka satu per satu.
“nggak tau tadi dia buru-buru gitu” jawab Galang.Oke kita kembali lagi ke lapangan terbuka mengenai event modifikasi mobil sport. Juri mengumumkan juara 1 adalah Darma Putra, selaku pemilik perusahaan honda sport.
“YESSS..., akhirnya gue menang” semangat Darma menggebu-gebu maju kedepan menerima penghargaan dan nilai uang sebesar 100 juta rupiah.
“dan juara II dimenangkan oleh Robby Wiratama” seru juri.
Meskipun sedikit kecewa, tapi Robby masih mengucap syukur bisa menjadi juara II.
“YEAAA...” Raga berteriak mengepalkan tangan penuh semangat, lalu memeluk Robby sampai Robby tersedak karena terlalu kencang.
Semua dewan juri dan para peserta memeriahkannya dengan bertepuk tangan. Diam-diam Nadira tersenyum melihat kegembiraan mereka. Robby mengangkat tinggi-tinggi piala dan nilai uang sebesar 50 juta rupiah yang diterimanya. Akbar sebagai pelaksana event tersebut memberikan selamat kepada para pemenang. Sementara Raga mendekati Nadira.
“kok kamu bisa ada disini?” tanya Raga penasaran.
“mmm aku...” Nadira bingung menjawabnya.
“kalau memang kamu nggak mau cerita ya udah nggak apa-apa” Raga memotong kata-kata Nadira.
“aku kerja di bengkelnya pak Akbar” jawab Nadira cepat.
“serius...?” Raga kaget.
Nadira hanya mengangguk, sedangkan dari kejauhan Robby menatap mereka dengan perasaan cemburu. Setelah acara event selesai, Nadira pulang berjalan kaki. Meskipun selalu berjalan kaki, tapi ia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Dengan semangat ia memasuki halaman rumahnya. Dan ketika membuka pintu, ia sangat terkejut mendapati Ibunya pingsan dibelakang pintu.
“ya Allah Ibu, bu bangun bu” Nadira semakin panik karena Windi nggak bangun juga, ia lalu mengoleskan minyak kayu putih yang ada dalam tasnya ke kening Windi.
“Nadira...” sambil terbata-bata Windi membuka mata.
“Ibu kenapa?” tanya Nadira cemas.
“bu Ratna...”
“iya bu Ratna kenapa bu?” tanya Nadira lagi.
“Ibu di tipu sama bu Ratna, sekarang dia kabur”
“Astaghfirullahaladzim..., kita harus lapor ke polisi sekarang bu” tegas Nadira, ia kemudian memapahnya kedalam kamar.
“sudah Ibu laporin, tapi belum ada hasilnya” ucap Windi berbaring.
Nadira bingung harus melakukan apa untuk membantu Ibunya.
“Ibu benar-benar nggak habis pikir, kok ada yang tega berbuat seperti ini” ucap Windi berusaha bangkit dari pembaringan.
“udah pokoknya Ibu jangan mikirin yang macam-macam dulu, Ibu harus banyak istirahat, Nadira nggak mau Ibu jadi sakit kayak gini” Nadira tampak cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Raga
General FictionDua remaja kembar yang menyukai cowok yang sama. Namanya Senja Purnama dan Nadira Purnama. Senja sudah berteman dengan Fajar Abdiraga dari sejak kecil, namun persahabatan mereka terhenti seketika Senja dibawa oleh papanya pindah ke Jakarta karena pa...