Di Butik, Nadia sibuk melayani satu orang pembeli, yaitu seorang Ibu-ibu, tapi sepertinya orang tersebut terlalu cerewet dalam urusan memilih gaun yang diinginkannya. Dengan sabar Nadia menjelaskan bahwa model gaun yang diinginkannya itu sudah dipesan oleh orang lain.
“berapapun harganya akan saya bayar, asal gaun ini dijual ke saya” ucap si Ibu agak memaksa.
“maaf sekali bu tidak bisa, kalau memang Ibu mau, nanti bisa kita buatkan lagi dengan model yang seperti ini”
“tapi saya maunya sekarang, oke berapa 5 juta 10 juta atau 20 juta saya bayar?” si Ibu mengeluarkan uang cash sebanyak 20 juta. “nih saya bayar cash” sembari memberikan uang itu ke tangan Nadia.
“sekali lagi saya minta maaf ya bu, saya nggak bisa nerima uang ini, karena gaunnya mau diambil sama pemiliknya sebentar lagi” tolak Nadia dengan halus.
“dasar butik apaan nih, dikasih uang banyak malah nolak, jadi orang miskin itu nggak usah sok” maki si Ibu, kemudian ia pergi sambil ngedumel sendiri.
“astaghfirullah...” Nadia mengucap istighfar sembari mengelus dada.
“memangnya Ibu tadi itu kenapa mba?” tanya seorang perempuan muda yang baru muncul.
“oh itu tadi dia maksa mau beli gaun yang kamu pesan, tapi nggak saya kasih” jawab Nadia.
“ya ampun..., untung aja nggak mba kasih, kalau nggak bisa-bisa saya batal ke pesta besok”
“ya nggak mungkinlah, kan kamu udah pesan duluan, ya udah sebentar ya saya bungkus dulu” Nadia kemudian membungkus gaun tersebut.
Raga menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur, sedangkan Jovan duduk dikursi.
“gue heran deh sama Rico, kenapa sih jadi tambah parah, dari awal gue sebenernya udah nggak percaya, tapi lo aja yang masih mau ngasih dia kesempatan, kenyataannya dia semakin dendam sama lo” dengan panjang lebar Jovan menggerutu.
Ternyata Raga bukannya mendengarkan Jovan, melainkan senyum-senyum sendiri ngechat Senja sambil duduk memeluk bantal.
“lagi apa sayang..? pasti lagi senyum-senyum ya?” tanya Raga didalam chat.
“kok tau sih, memangnya kamu lagi dimana?” balas Senja sambil senyum-senyum duduk diatas kasur memeluk boneka.
“lagi dihati kamu” balas Raga.
Jovan melongok menahan kesal karena dicuekin. “bener-bener ya ni orang, cuekin aja gue terus” cerca Jovan cemberut.
“hehehee..., makanya kamu cari pacar dong biar nggak manyun mulu tiap hari” sindir Raga mentertawakannya.
“udah ada sih” dengan pedenya Jovan berkata.
“haah ada..., siapa?” tanya Raga begitu penasaran.
“Dinda” jawab Jovan dengan polos.
“DINDA...” mulut Raga langsung ternganga membulat karena terkejut. “memangnya kamu yakin Dinda juga suka sama kamu?” lanjut Raga agak ragu.
“nggak tau juga”
“HAHAHAa...” Raga tertawa mengejeknya.
“rese lo ah” Jovan kemudian tidur menutup telinganya dengan bantal.
“god night ya sayang, i miss u” ucap Raga membalas chat Senja.
“miss u too” balas Senja.
Raga kemudian berbaring disamping Jovan, yang ternyata sudah ngorok dari tadi.
“iiih kebiasaan banget sih, dasar tukang ngorok” cerca Raga ngambil bantal yang dipegang Jovan untuk menutupi telinganya.Disisi lain, Khanza mendapati Senja sudah ada didalam kamarnya, karena kebetulan pintunya agak terbuka sedikit. Khanza masuk tenpa permisi.
“kak Senja...” riangnya memanggil. “kak Senja udah pulang”
“iya cantik...” sahut Senja.
Khanza langsung memeluk Senja dengan erat. Khanza seperti merindukan seseorang, tapi ia tidak bisa mengungkapkannya. Senja membalas pelukan tersebut.
“Khanza kangen ya...” sindir Senja.
Khanza hanya tersenyum sambil mengangguk.
“ya udah sekarang Khanza tidur disini, oke” seru Senja.
“iya kak”Paginya dikediaman Raga.
“kriiing kriing kriing...” alarm dikamar Raga berbunyi.
Tampak Raga dan Jovan masih tertidur, namun wajah mereka saling berhadapan seperti sepasang kekasih. Tangan Jovan juga melingkar dipinggang Raga. Mendengar suara alarm terus berbunyi, mereka sama-sama membuka mata.
“AAAA...” mereka berteriak terkejut ketika melihat wajah mereka begitu dekat.
Raga cepat-cepat bangun dan pergi kekamar mandi, sedangkan Jovan masih asyik membayangkan mimpinya bersama Dinda semalam, namun begitu ia ingat pada saat wajahnya saling berhadapan dengan Raga tadi, ia menggeliatkan tubuhnya jijik.
Sementara dikamar yang berbeda, Akbar sedang menerima telepon. Disaat itu juga, Sekar diam-diam pergi tanpa sepengetahuannya. Setelah beberapa saat kemudian, Akbar melihat dari tirai kaca kalau Sekar pergi menggunakan mobil. Akbar bergegas keluar menyusulnya, tapi sampai diluar mobil yang dipakai Sekar sudah tidak terlihat lagi.
“MANG UJANG...” panggil Akbar ketika melihat mang Ujang menutup pintu gerbang.
Mang Ujang berlari mendekatinya. “iya pak” jawabnya.
“kamu tau nggak tadi Ibu mau pergi kemana?” tanya Akbar.
“nggak tau pak, kan Ibu nggak pernah bilang sama mang Ujang kalau mau pergi”
Akbar menghela nafas dalam-dalam. “ya udah, tolong bukain pintunya ya, saya juga mau keluar” perintahnya.
Mang Ujang membuka pintu gerbang, sementara Akbar masuk kedalam mobil.
“Sekar mau kemana ya...? biasanya selalu izin sama aku kalau mau pergi, apa ada yang disembunyiin?” pikir Akbar sambil menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Raga
Ficción GeneralDua remaja kembar yang menyukai cowok yang sama. Namanya Senja Purnama dan Nadira Purnama. Senja sudah berteman dengan Fajar Abdiraga dari sejak kecil, namun persahabatan mereka terhenti seketika Senja dibawa oleh papanya pindah ke Jakarta karena pa...