part 25

75 4 0
                                    

Di tempat tambal ban. Nirwan dan Nadia menunggu motornya yang sedang ditambal. Tak berapa lama, si tukang tambal ban menyerahkan motornya.
“ini sudah selesai pak” ucapnya”
“Alhamdulilah, makasih ya pak” sahut Nirwan. “oia berapa pak?” tanya Nirwan
“15 ribu aja” jawabnya.
Nirwan memberikan uang pas.
“ayo ma” ajak Nirwan kepada Nadia.
Mereka mengendarai motor butut tersebut mengelilingi suasana malam. Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di rumah. Nadia membuka kamar Kian yang ternyata sudah tertidur. Ia mendekati Kian dan mencium keningnya. Karena tak ingin mengganggu, Nadia menutup kembali pintu kamarnya pelan-pelan.
Robby mendatangi rumah Nadira.
“tok tok tok..., assalamuallaikum” ia mengetuk pintu.
Nadira membuka pintu. “wallaikumsalam, mau ngapain lagi sih kesini?” cerca Nadira dengan ketus.
“pliss dengerin dulu penjelasan aku, kamu itu salah paham”
“apanya yang salah paham?” tanya Nadira membelakanginya.
“Senja itu panggilan aku buat kamu, bukan nama cewek lain” jawab Robby serius. “tapi kalau kamu nggak percaya ya udah nggak apa-apa” wajah Robby nampak sedih.
Nadira meliriknya sekilas sambil bibirnya manyun. “yakin kamu nggak bohong?” tanya Nadira lagi.
“beneran aku nggak bohong, suer” jawab Robby mengangkat dua jari.
“oke aku percaya”
“tunggu sebentar ya” pinta Robby, kemudian lari entah kemana.
Setelah beberapa saat, Robby muncul membawa gitar. “mmm kamu mau lagu apa? mumpung lagi gratis nih, hehehee...” canda Robby tersenyum tipis.
“hahahaa..., bisa aja ya kamu, kalau gitu boleh dong aku request lagu romantis”
“siap Ibu bos” Robby mulai memetikkan gitar dan menyanyikan lagu romantis. Ternyata suaranya tidak kalah dengan penyanyi-penyanyi papan atas. Dengan penuh pengkhayatan Robby bernyanyi sambil memetik gitar. Nadira sangat menikmati lagu yang benar-benar menyentuh hati tersebut. Sesekali ia juga ikut bernyanyi mengiringinya.
“mmm lagu tadi, sebagai ungkapan perasaanku sama kamu” ucap Robby menatapnya. “apa kamu mau jadi pacar aku?
“mmm aku mau” jawabnya sambil mengangguk.
Dalam hati, Robby sangat girang mendengarnya. Rasanya ingin jingkrak-jingkrak, tapi untung ia bisa menahan.
“ehem ehem...” dari dekat pintu Windi pura-pura batuk.
“eh tante” sapa Robby tersenyum, ia tau apa yang dimaksud Windi. “ya udah, mmm Robby pulang dulu tante, udah malem juga nggak enak sama tetangga” Robby kemudian mencium tangan Windi. “assalamuallaikum”
“wallaikumsalam” jawab mereka serempak.

Paginya, semua mahasiswa sudah berada dalam kelas. Selang beberapa menit, Ibu Mega pun datang.
“sudah siap semuanya...” seru bu Mega didepan kelas.
“siap bu...” jawab mereka serempak.
“kasih waktu sebentar dong bu soalnya semalam saya ketiduran” ucap Dion memelas.
“Wuuuuu...” sorak mereka.
“mangkanya kayak gue dong belajar” dengan pede tingkat tinggi Jovan membanggakan dirinya.
Raga dan Senja saling melirik sambil tersenyum. Melihat hal tersebut Robby yang berada dibelakangnya jadi cemburu.
“baru juga tadi malem jadian, kok Senja senyum-senyum gitu sih sama Raga” batin Robby berkata, wajahnya jadi bete dibuatnya. “apa sebenarnya perasaannya memang buat Raga” pikirnya dalam hati.
“Raga..., ini tolong bagikan soalnya” perintah bu Mega duduk dikursi.
Raga bangkit dari tempat duduk membagikan soal tersebut satu per satu.
“sudah semuanya, kerjakan dari sekarang, kalau ada yang nyontek Ibu nggak akan segan-segan untuk ngeluarin kalian dari kampus ini, mengerti” ancam bu Mega.
“mengerti bu...” jawab mereka.
       Anwar bertemu dengan seseorang di suatu tempat. Ia bertanya gimana perkembangan tentang Nadira.
“saya sudah mendapatkan informasi” ucap Sibon, kemudian ia membisikkan sesuatu.
Anwar mengangguk-angguk. “oke makasih ya”
       Kita kembali kedalam kelas, Raga dan teman-temannya terlihat begitu serius mengerjakan soal. Sementara Dion dan beberapa orang lainnya sedikit kesulitan mengerjakannya.
Di kelas yang berbeda, Nadira dan teman-temannya juga mengerjakan soal quiz yang diberikan oleh pak Yuda.
“tok tok tok...” tiba-tiba ketua Rektor mengetuk pintu, sehingga pak Yuda menghampirinya.
Di luar pak Yuda menemui Sibon, sedangkan Anwar menunggu di mobil karena ia takut ketahuan oleh Senja.
“maaf mengganggu pak, saya mau menitipkan surat ini untuk Nadira Purnama, apa Nadiranya ada?” tanya Sibon kepada pak Yuda.
“kebetulan Nadira ada quiz, jadi tidak bisa diganggu”
“kalau begitu tolong sampaikan surat ini kepada Nadira” Sibon memberikan surat tersebut. “terimakasih ya pak saya permisi”

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang