part 20

90 3 0
                                    

Orang-orang yang melihatnya menggeleng-gelengkan kepala keheranan. Sementara di bazar amal, tampak Nadira dan Intan melihat-lihat buku.
“eh Senja..., udah disini aja cepet banget sih salin bajunya, oia tadi lo main futsalnya keren banget lho sumpah” celetuk Jovan curi-curi pandang kepada Intan.
Nadira dan Intan saling melirik karena bingung.
“lo ngomong apaan sih...!” ucap Intan. “udah yuk ah” ajaknya menarik tangan Nadira pergi.
“tu cewek siapa ya...? perasaan baru liat gue, sejak kapan Senja punya temen baru? ucap Jovan sambil manyun.
“oia tan, kamu liat gelang aku nggak?” tanya Nadira sambil jalan keluar kampus.
“gelang yang suka lo pakek”
Nadira mengangguk.
“gue sih nggak liat, kan kemarin-kemarin masih lo pakek”
“iya sih..., tapi tiba-tiba ilang”

Senja, Dinda, dan Ica mendatangi Raga yang sedang menghitung hasil bazar amal bersama Dion dan Galang.
“alhamdulillah dapat Rp.10.500.000...” ucap Raga.
“yeee...” riang mereka bersamaan.
“wah banyak juga ya, bagi dikit dong” Dion ingin mengambil uang tersebut.
“yee enak aja ini buat anak panti sama anak jalanan” cerca Ica sambil memukul tangan Dion.
“aduh sakit...” Dion meringis dengan manja.
“lagian asal comot aja memangnya ini buat lo” cerca Galang.
“udah nggak ada mata kuliah lagi kan, ya udah kita langsung aja yuk” ajak Raga.
Mereka langsung menuju panti asuhan terlebih dahulu.
       Windi dan Nadira tengah menata butik agar terlihat menarik. Nadira kemudian menaiki tangga untuk memasang papan nama.
“hati-hati nak...” ucap Windi sambil memegangi tangga.
“iya bu”
Setelah selesai memasang papan nama mereka memandanginya.
“gimana? keren kan bu!” tanya Nadira.
“iya bagus, alhamdulillah ya, mudah-mudahan usaha ini jadi semakin lancar”
“amin ya Allah”

Di panti asuhan, Raga dan teman-temannya mendekati Ibu panti yang sedang mengawasi anak-anak bermain. “Assalamualaikum...” mereka mengucapkan salam bersamaan.
“Waalaikumsallam” jawab Ibu panti dan anak-anak.
“kalian mau hadiah nggak?” tanya Raga dengan ramah kepada anak-anak.
“mau kak...” ucap mereka serempak.
Raga dan teman-temannya memberikan amplop dan beberapa alat tulis satu per satu kepada mereka. Mereka terlihat begitu senang dan bahagia. Setelah semua mendapatkan hadiah.
“ayo bilang apa sama kakak-kakaknya!” ucap Ibu panti.
“makasih ya kak” jawab anak-anak, kemudian mencium tangan mereka satu per satu.
Kemudian mereka langsung bergegas menemui anak-anak jalanan membagi-bagikan amplop dan beberapa alat tulis. Raga dan Senja mendekati anak kecil yang sedang tertidur dipinggir jalan.
“dek...” dengan lembut Raga membangunkannya.
“kenapa kak?” tanya anak tersebut sambil terkejut.
“ini ada hadiah buat kamu” Raga memberikan amplop dan alat tulis.
“makasih ya kak” ucapnya.
“Alhamdulillah..., akhirnya kita bisa bantu mereka ya” ucap Raga kepada Senja.
“iya mereka keliatannya seneng banget” sahut Senja.
“ternyata bisa berbagi seperti ini rasanya bahagia banget ya” celetuk Galang diam-diam muncul dibelakang mereka.
Mereka tersenyum memandangi anak-anak tersebut dari kejauhan. Kemudian berkumpul membentuk lingkaran sambil mengucapkan semboyan seperti yang sering dilakukan.
       Nadia mengantarkan makanan ke dalam kamar Robby.
“kamu makan dulu ya” ucap Nadia tersenyum.
“Robby lagi males makan ma” tampak wajah Robby manyun.
“kalau kamu nggak makan gimana kamu bisa minum obat, kamu harus sembuh, biar bisa kuliah bareng lagi sama teman-temannya”
Namun Robby hanya terdiam.
“ya sudah mama tinggal dulu ya, tapi kamu harus makan”
Begitu Nadia pergi, Robby langsung melahap semua makanan yang ada, namun dari balik pintu, Nadia tersenyum melihat tingkahnya.

Dijalan, Senja melamun memikirkan Raga sambil mengendarai motor.
“tadi Fajar mau ngomong apa ya...?”
Karena melamun, ia hampir saja menabrak Ibu-Ibu. “Astaghfirulahaladzim..., maaf bu” ucap Senja ngerem mendadak.
“makanya kalau lagi bawa motor jangan ngelamun neng” cerca Ibu tersebut.
“iya bu maaf” Senja kemudian terdiam, lalu menuju rumah Raga.
Setelah sampai, Senja mengucapkan salam kepada Sekar yang ingin membuang sampah. Sekar juga membalas salam tersebut. Senja mencium tangan Sekar.
“memangnya Ibu udah sembuh! kok buang-buang sampah?” tanya Senja
“justru kalau Ibu cuma diem aja badan Ibu pegel-pegel, oia kamu mau ketemu sama Raga ya!”
Senja hanya mengangguk dan tersenyum.
“Raga belum pulang, mungkin masih di taman kali” celetuk Jovan muncul.
“di taman...!” Senja mencoba mengingat.
“iya tadi dia nungguin lo di taman bunga”
“ya udah kalau gitu Senja pergi ya bu” Senja lalu buru-buru pergi.
“HAHAHAA...” Jovan tertawa terpingkal-pingkal karena ia berhasil mengerjainya.
“Jovan kamu kenapa?” tanya Sekar bingung.
“mmm nggak bude” jawab Jovan, lalu masuk ke kamar dan nge chat Raga.
”Senja nungguin lo di taman bunga, sekarang” Jovan mengikuti kata-kata yang diketiknya.
       Dalam perjalanan ke kantor, tiba-tiba mobil Hani mogok.
“ini mobil kenapa lagi” gerutunya sambil keluar membuka kap mobil mencoba mengecek mesin.
Dinda juga menyusul keluar. ”gimana ma?”
“coba deh kamu nyalain” perintah Hani.
Setelah di coba beberapa kali mobil masih tidak mau menyala juga.
“itu kan Bu Hani” gumam Nirwan dari kejauhan sambil memperlambat laju motor bututnya.
“mobilnya kenapa bu?” tanya Nirwan menghampiri.
“nggak tau tiba-tiba aja mogok”
”coba saya cek sebentar ya” Nirwan kemudian memeriksa mesin dan kabulatornya.
Selang beberapa saat, Nirwan menutup kap mobil tersebut sambil bilang sudah selesai. Hani mencoba menstater mobilnya ternyata langsung nyala.
“makasih ya wan” ucap Hani.
“sama-sama bu” sahut Nirwan.
Nirwan melanjutkan perjalanannya menuju ke kantor.
“kamu ambil pesanan mama ke butik Windi ya” ucap Hani sambil menyetir kepada Dinda disebelahnya.
“butik Windi...!” tampak Dinda berpikir.
“iya butik Windi, anaknya juga satu kampus kok sama kamu, kalau nggak salah namanya Nadira Purnama, iya pokoknya ada Purnama-Purnama gitu kalau nggak salah”

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang