part 17

75 5 0
                                    

Malam hari diperjalanan, Raga menggunakan motor cross yang diperolehnya dari Rico.
“kamu laper nggak? kita cari makan bentar ya aku laper banget nih” pinta Raga diatas motor sambil menyetir.
Senja hanya diam merasakan cuaca malam yang sangat dingin, ia mengencangkan pegangan tangannya dipinggang Raga. Raga merasa semakin nyaman dengan hal itu. Begitu juga halnya dengan Senja. Raga menghentikan motornya didepan tukang nasi goreng dipinggir jalan, kemudian ia memesan nasi goreng yang spesial.
“nasi goreng disini enak banget lho” celetuk Raga.
“masak sih”
Raga hanya tersenyum. Si abang nasi goreng mengantarkan dua porsi nasi goreng spesial kepada mereka, lengkap dengan acar, taburan bawang goreng serta kerupuk diatasnya. Membuat perut keduanya jadi tidak sabar untuk melahapnya.
“cobain deh” pinta Raga ingin menyuapinya, namun sebelumnya ia meniupnya terlebih dahulu karena masih panas.
Senja memakan suapan tersebut dan benar-benar menikmatinya.
“gimana?” seru Raga bertanya.
“iya enak banget” girang Senja terus mengunyah.
Mereka melahap nasi gorengnya masing-masing. Sampai-sampai  Senja tidak menyadari kalau dimulutnya ada sebutir nasi goreng yang masih menempel. Raga yang melihat Senja seperti itu jadi senyum-senyum sendiri.
“kamu kenapa? kok senyum-senyum gitu! ucap Senja.
“sini...” pinta Raga membersihkan mulut Senja dengan tisu. “belepotan kayak anak kecil gini”
Mereka jadi saling bertatapan tapi tiba-tiba.
“eh bentar-bentar, barusan kayaknya aku denger kamu bilang aku kamu” ucap Raga sambil mengingat.
“apaan sih” Senja tersenyum malu-malu.
“aku..., kamu..., jadinya kita dong hehehee...” riang Raga sambil senyum dan tertawa.
Senja mencubit pinggang Raga, sehingga Raga jadi meringis. Tak ingin Raga terus menggodanya, Senja langsung berkata, “udah yuk keburu malam”
“iya iya” sahut Raga, kemudian membayar nasi goreng tersebut sambil mengucapkan terimakasih.
Raga mengenakan helm. “aku dan kamu...” Raga kembali menggodanya.
“iih dasar...” Senja menahan senyum menatapnya.
Saat mata mereka saling bertemu, mereka jadi sama-sama tersenyum dan tertawa.
“sebentar ya, aku bersihin dulu, biar higienis” canda Raga membersihkan jok motor sambil terus tersenyum.
Membuat Senja selalu ingin menahan senyum dibuatnya.
“makasih ya abang Fajar...” ucap Senja dengan manja.
“sama-sama neng, ayo naik” pintanya tersenyum.

Di rumah, Nirwan baru saja pulang menggunakan motor butut. Belum sempat ia turun, Robby juga pulang menggunakan motor. Nirwan mengamati motor tersebut yang masih seperti baru, namun bukan motor mahal. Sedangkan mobil sport yang diberikan Nirwan pada saat ulang tahunnya sudah tidak pernah terlihat lagi.
“mobil kamu mana?” tanya Nirwan bernada rendah.
“mmm Robby jual pa”
“APA..., KAMU JUAL..., kamu pikir belinya pakai daun iya” Nirwan berlagak marah.
Robby hanya menunduk tidak menjawab.
“itu sengaja papa beli hadiah ulang tahun kamu, tapi malah seenaknya kamu jual begitu aja” Nirwan sangat kecewa.
“maafin Robby pa..., tapi Robby nggak mau kalau Robby pakai mobil mewah, sedangkan papa pakai motor butut” sahut Robby dengan mata berkaca-kaca. “Robby tau itu hadiah terindah dari papa, dan Robby nggak akan pernah lupa, tapi Robby nggak mau bermewah-mewahan sedangkan kehidupan kita masih kekurangan” perlahan-lahan air mata Robby menetes.
Nirwan jadi terdiam merenungkan kata-kata yang baru saja diucapkan Robby.
“papa tenang aja, sisa uangnya Robby simpen untuk keperluan kuliah, jadi papa nggak perlu memikirkan biaya kuliah Robby”
Nirwan menyesal sudah berpikir yang negatif terhadap Robby. Nirwan ingin meminta maaf, tapi Robby keburu masuk kedalam.

Senja memasuki rumah sambil tersenyum. Tak lupa sebelum membuka pintu, ia mengucapkan salam terlebih dulu. Bik Minah terheran-heran melihat wajah Senja yang terlihat begitu sumringah.
“kenapa bik?” tanya Senja.
“nggak apa-apa non, non Senja kayaknya lagi happy banget, lagi jatuh cinta ya!” goda bik Minah.
“ah bibik bisa aja...” Senja bergegas masuk ke kamar.
Di kamar, Senja berbaring sambil membayangkan kejadian-kejadian hari ini bersama Raga. Sejenak kemudian ia berpikir.
“kenapa aku ngerasa nyaman banget ya kalau lagi sama Fajar, tapi Fajar itu sahabat aku dari kecil, jadi rasanya nggak mungkin”
Dalam waktu yang bersamaan, ternyata Raga yang sedang berada diatas balkon rumah juga membayangkan kejadian hari ini bersama Senja. Membuatnya jadi senyum-senyum sendiri sambil menatap bintang dilangit.
“anak Ibu kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Sekar menghampiri.
“eh Ibu..., nggak kok bu, cuma ada yang lucu aja tadi”
“iya bude ada yang lucu, namanya Senja, hehehe...” sahut Jovan tertawa geli  menghampiri.
“kamu suka ya sama Senja? ayo jujur sama Ibu!" Pancing Sekar.
“ya nggak mungkin lah bu, Senja kan sahabat Raga dari kecil” Raga kemudian menghela nafas dalam-dalam.
“sahabat kan bisa jadi cinta ya nggak bude” goda Jovan.
“iya Ibu setuju tuh” tambah Sekar.
Raga hanya terdiam.
“sudah, sebaiknya sekarang kalian istirahat ya” ucap Sekar, lalu pergi menuruni anak tangga.

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang