Didepan sekolahan Khanza. Anwar menunggu Khanza sampai Khanza bubar sekolah. Dengan riang Anwar menyapanya. Khanza tersenyum dan menghampirinya.
“yuk kita pulang” ajak Anwar.
Setelah berada didalam mobil, wajah Khanza terlihat cemberut.
“Khanza kenapa? kok cemberut gitu?” tanya Anwar.
“Khanza kangen sama Ibu sama Ayah” jawabnya sedih.
“nanti kalau Ibu sama Ayah nggak sibuk pasti Khanza bisa ketemu” Anwar sejenak terdiam. “oia tadi di sekolah Khanza belajar apa?”
“belajar melukis” dengan polos Khanza berkata sambil menunjukkan kertas lukisannya yang ber gambar Ibu, Ayah, dan Khanza.
“wah bagus banget gambarnya” sambil tersenyum Anwar mengelus rambutnya. “apa sebaiknya aku kasih tau aja kalau Ibu sama Ayahnya sudah meninggal” pikirnya dalam hati. “tapi aku takut kalau dia jadi defresi, sebaiknya jangan dulu”
Sorenya, terlihat Senja masuk ke toko bunga. Dan secara kebetulan Raga juga masuk ke toko bunga tersebut. Sambil melihat-lihat bunga, Raga memikirkan kira-kira bunga apa yang cocok untuk Ibunya. Salah satu karyawan mendekatinya.
“mau pesen bunga apa mas?” dengan ramah mba Fitri bertanya.
“mmm bunga apa yang cocok buat...?”
“pacar...” potong Fitri dengan cepat.
“bukan mba, bunganya untuk Ibu saya”
“ooo saya tau, sebentar ya” Fitri kemudian masuk kedalam.
Tiba-tiba Raga melihat ada seorang pelanggan hendak mencuri handphone yang tergeletak diatas meja kasir. Ketika orang itu sudah memasukkan handphone tersebut ke dalam kantong celananya, orang tersebut langsung buru-buru pergi, tapi Raga segera menarik tangannya.
“balikin nggak? apa mau aku paksa” tegas Raga.
“lho hp gue mana...” Senja panik sambil melihat ke sekelilingnya.
Senja menghampiri Raga yang sedang berkelahi dengan pelanggan.
“lo apa-apaan sih, ini kan pelanggan bokap gue” cerca Senja.
“kamu periksa aja kantong celananya” perintahnya.
Senja langsung memeriksa kantong celana pelanggan tersebut. “ooo jadi lo yang ngambil hp gue, rasain nih” Senja meninju wajah orang tersebut dengan keras.
“mas itu bunganya udah selesai” ucap Fitri sambil menunjuk ke kasir.
“oia makasih” Raga kemudian membayar bunga ke bagian kasir, lalu mencari Senja yang ternyata sudah tidak ada lagi. “tu cewek kemana? kayak jailangkung aja, tiba-tiba nongol tiba-tiba ngilang” Raga menggerutu.Ketika Kian dan temannya hendak menyeberang jalan, tiba-tiba ada dua pemotor yang ngebut. Melihat Kian dan temannya berada ditengah jalan motor tersebut tidak bisa menghindar. Kian mendorong temannya tapi ia sendiri jadi tersenggol. Orang-orang disekitar sana langsung menolong Kian, kemudian meminta pertanggungjawaban Vano yang tak lain adalah geng motor temannya Rico. Salah satu warga memaki Vano
”kamu harus tanggungjawab...”
“ia pak saya akan bertanggungjawab” ucap Vano segera membawa Kian ke rumah sakit menggunakan taxi yang baru distopnya.
Mendengar kabar tersebut, Nadia langsung meluncur ke rumah sakit naik taxi. Di dalam taxi ia menghubungi Nirwan suaminya.
“Kian kecelakaan pa kita harus ke rumah sakit sekarang” ucapnya ditelpon dengan wajah panik.
“apa kecelakaan..., iya iya papa nyusul kesana”
Dengan perasaan gugup, Nirwan perlahan-lahan menemui bu Hani didalam kantor untuk meminta izin.
“ada apa?” tanya Hani.
“anak saya kecelakaan bu, saya mau minta izin”
Hani diam sejenak. “oke, mudah-mudahan ini cukup untuk membantu anak kamu” sambil memberikan beberapa lembar uang.
“ya Allah..., makasih banyak bu” riang Nirwan.
“iya, semoga anaknya cepat sembuh” ucap Hani hanya sambil mengangguk.Sementara Di rumah sakit, hari sudah malam, Nadia menemani Kian yang sedang di tangani oleh Dr. Anwar. Tidak lama Robby datang menghampiri mamanya.
“Kian gimana ma?” tanya Robby panik.
“Kian nggak apa-apa cuma luka sedikit” jawab Anwar.
Setelah itu, Robby keluar. Vano langsung berdiri meminta maaf karena kecelakaan tersebut tidak disengaja kepada Robby.
“jadi lo yang nabrak Kian” Robby memukul wajahnya.
“BERHENTI ROBBY..., mama mohon jangan buat keributan disini, ini Rumah Sakit” teriak Nadia menjelaskan.
Robby dan Vano kemudian duduk saling berjauhan. Anwar keluar menemui mereka.
“gimana Dok anak saya?” tanya Nadia.
“alhamdulillah nggak apa-apa cuma lecet sedikit, sekarang udah boleh pulang”
“Alhamdulillah, makasih ya Dok” ucap Nadia tersenyum.
“makasih Dok” Nirwan menambahkan.
Anwar mengangguk sambil tersenyum. Sementara Robby justru pergi kebagian administrasi mengikuti seseorang yang menurutnya itu adalah Nadira. Setelah Nadira menebus obat dan berbalik, ia terkejut mendapati Robby sudah ada dihadapannya.
“lho, kamu ngapain disini?” tanya Robby.
“mmm, aku...aku abis nebus obat”
“obat, memangnya siapa yang sakit? Kamu sakit?” tanya Robby cemas tak sengaja ia memegang tangannya.
“bukan, ini obat untuk ibu aku” jawab Nadira, ia melepaskan tangannya dari pegangan Robby.
“eh sorry sorry...” nampak wajah Robby menunduk berharap ia dimaafkan.
“iya nggak apa-apa, aku duluan ya” Nadira pergi meninggalkannya, sedangkan Robby kembali menemui keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Raga
General FictionDua remaja kembar yang menyukai cowok yang sama. Namanya Senja Purnama dan Nadira Purnama. Senja sudah berteman dengan Fajar Abdiraga dari sejak kecil, namun persahabatan mereka terhenti seketika Senja dibawa oleh papanya pindah ke Jakarta karena pa...