part 34

74 4 0
                                    

Kaki Senja jadi terasa lemas, kepalanya pun terasa pusing. Untung dengan cepat Jovan menahan tubuhnya yang hampir saja terjatuh.
“lo harus istirahat Senja” ucap Jovan memapahnya kekursi.
“apaan sih Jovan, kenapa harus dia coba yang nolongin Senja, kan ada Robby ada yang lain juga, dasar cowok, nggak pengertian banget sih sama cewek” Dinda menggerutu dalam hati menahan cemburu. “kok gue malah kesel gini sih, Jovan kan bukan pacar gue, sadar Dinda sadar, lo kenapa sih? jangan mikir yang aneh-aneh deh” Dinda ngomel-ngomel sendiri dalam hati. Entah kenapa Senja tidak bisa membendung air matanya. Sambil duduk ia kembali mengingat kata-kata Raga saat ingin melamarnya dihadapan Anwar.
“Raga..., kamu dimana...? kenapa kamu nggak ada kabar sama sekali?” batinnya terus bertanya.
Mereka mendekati Senja berusaha menenangkannya.
“kamu yang sabar ya nak, mungkin ini cobaan, Ibu yakin kamu pasti bisa melewati semuanya” ucap Windi mengusap bahunya.
“lo tenang aja Senja, gue akan cari Raga sampai ketemu” tegas Jovan. “oke, gue harap lo percaya, karena gue yakin Raga nggak akan pernah nyakitin lo, gue pergi dulu” Jovan kemudian buru-buru pergi.
“gue ikut van” sahut Robby mengejarnya.
“aku percaya, kamu nggak akan pernah ninggalin aku” batin Senja berkata sambil menangis.
“Senja..., Ibu nggak akan tenang kalau ngeliat kamu seperti ini” ucap Windi.
“tante nggak usah khawatir, biar Dinda sama Ica yang nginep disini untuk nemenin Senja” sahut Dinda.
“ya udah, kalau gitu Ibu pulang dulu ya, soalnya nggak enak kalau Ibu diem disini, apalagi ini udah malem banget” Windi menambahkan. “oia, tante titip Senja ya” ucapnya kepada Dinda.
       Malam semakin larut, hujan perlahan-lahan mengguyur bumi membasahi mobil Akbar yang masih terletak ditempat kejadian. Sambil membawa motor, Jovan sepertinya mengenali nomor plat mobil tersebut.
“itu kan mobilnya om Akbar” ucapnya pelan sambil memperlambat motornya.
“kenapa van?” tanya Robby ikut memperlambat motornya juga.
Tanpa menghiraukan Robby, Jovan langsung mendekati mobil tersebut. Diwaktu yang sama mobil polisi datang. Sebagian polisi memeriksa keadaan mobil tersebut. Ada juga yang memberi tanda pembatas kecelakaan tersebut.
“nggak salah lagi, ini mobil om Akbar” ucap Jovan kepada Robby. “pak, apa yang terjadi disini?” tanya Jovan panik.
“apakah anda mengenali kendaraan ini?” tanya polisi.
“iya ini mobil om saya pak”
“mobil ini mengalami kecelakaan beberapa jam yang lalu, menurut informasi yang kami dapat ada truk yang tiba-tiba menabraknya dari arah depan” jelas polisi tersebut.
“terus pemilik mobil ini mana pak?” tanya Jovan lagi.
“sudah dilarikan ke Rumah Sakit” jawabnya.
“jadi mereka kecelakaan van” ucap Robby agak syok.
“kita harus cari mereka ke Rumah Sakit, ayo cepetan” ajak Jovan buru-buru.
Dengan kecepatan tinggi, mereka memacu motornya masing-masing menuju Rumah Sakit terdekat. Sampai disana, mereka buru-buru ke bagian administrasi.
“mba barusan ada korban kecelakaan nggak disini?” tanya Jovan sambil terengah-engah.
“oh iya ada, tapi..”
“tapi kenapa mba?” potong Jovan dengan cepat.
“mereka dilarikan ke Rumah Sakit Singapore, karena peralatan medis kami kehabisan stock, sedangkan pasien yang bernama Fajar Abdiraga mengalami koma, jadi team Dokter membawanya kesana supaya mendapatkan perawatan yang lebih baik” jelasnya panjang lebar. Jovan benar-benar syok mendengarnya.
“AAAA...” Jovan berteriak histeris sambil mengepalkan tangan, ia berusaha menahan tangis.
“maaf mas, jangan mengganggu pasien yang lain” ucap si mbanya.
“iya maaf mba, teman saya lagi syok, tolong dimaklumi” Robby kemudian membawa Jovan pergi untuk menenangkan diri.
Dengan tertunduk lemas, Jovan menutupi wajahnya sambil menangis.
“lo harus tenang van, harus sabar”
“Raga koma rob, om Akbar sam bude juga keadaannya buruk, gimana gue bisa tenang” ucap Jovan menahan kesedihan
“iya gue tau, tapi apa dengan lo seperti ini keadaan mereka akan lebih baik?” tanya Robby agak keras. “lebih baik kita sholat, kita doain supaya mereka cepat sadar dan membaik”
Tampak Jovan sudah mulai mengontrol emosinya sambil menarik nafas dalam-dalam, sepertinya perkataan Robby sudah menyadarkannya.
“gue ngerti perasaan lo, sekarang kita cari masjid didekat sini, biar perasaan lo lebih tenang, oke” ucap Robby sembari mengusap bahunya. “sebentar, gue harus kasih tau Dinda dulu” Robby kemudian menghubungi Dinda.
Dinda masih berada dikamar Senja bersama Ica memang menunggu kabar dari mereka. Begitu handphonenya berbunyi ada panggilan dari Robby, Dinda langsung mengangkatnya.
“iya rob, gimana? Udah ketemu?” tanya Dinda tak sabar.
“tapi lo jangan kasih tau Senja dulu ya”
“lho kenapa?” tanya Dinda semakin penasaran.
Ica berusaha mendengar percakapan mereka dengan mendekatkan telinganya didekat Dinda.
“dideket lo ada Senja kan?” tanya Robby.
“Senja belum sadar, tadi dia pingsan, gue juga nggak berani ngasih tau om Anwar, udah cepetan kasih tau ada kabar apa?” jawab Dinda sedikit memaksa.
“mmm Raga koma din”
“HAAH...” teriak mereka terkejut.
“iya, tadi pas mereka mau kerumah Senja tiba-tiba kecelakaan, sekarang Raga ada di Rumah Sakit Singapore, karena peralatan medis disini kebetulan stocknya habis” jelas Robby panjang lebar.
Diwaktu yang sama, Senja langsung tersadar dan bertanya gimana keadaan Raga. Ica langsung keceplosan bilang Raga koma abis kecelakaan. Mendengar hal tersebut, Senja jatuh pingsan lagi.
“oh my god, ICAA...” ucap Dinda geregetan terhadap Ica.
Ica menutup mulutnya sambil bilang sorry keceplosan. Dinda buru-buru menutup telponnya takut ketahuan kalau Ica keceplosan ngomong.

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang