part 15

77 6 0
                                    

Pagi-pagi, Raga dan Jovan berolahraga di taman menggunakan sepeda. Ternyata mereka bertemu dengan Robby, Senja, Dinda, Ica dan Galang yang kebetulan sedang bersepeda bersama.
“eh kalian disini juga” sapa Raga.
“iya dong kan biar sehat” sahut Senja.
“gimana kalau sekarang kita balap sepeda” seru Jovan memberi ide.
“ya jelas cowok lah yang pasti menang, kita kan cewek” Dinda merasa minder.
“ya udah kita boncengan aja kalau gitu” ajak Senja langsung naik sepeda Raga.
“kok Senja naik sama Raga sih? seharusnya kan gue” gerutu Dinda dalam hati.
Meskipun enggan tapi akhirnya Dinda terpaksa naik sepeda Robby, sedangkan Ica naik sepeda Jovan. Perasaan cemburu Robby mulai menghantui saat melihat Senja saling bersenda gurau dengan Raga.
“lah gue sama siapa?” Galang tampak bengong kecewa karena tidak punya pasangan.
“HAHAHAA...” spontan mereka tertawa melihat mimik wajah Galang yang lucu.
“lo jadi jurinya aja lang” sahut Jovan dengan keras.
“ya udah deh” sambil enggan Galang mengatur barisan. “siap ya, 1...2...3...GO...” teriaknya.
Mereka begitu semangat mengayuh sepedanya. Bersepeda seperti itu mengingatkan Raga dan Senja akan masa kecilnya yang pernah terjatuh di empang. Mereka jadi tertawa mengingatnya. Tak disangka ternyata Jovan dan Ica lah yang menang karena mampu mengejarnya.
“YEEA KITA MENANG...” riang Jovan dan Ica.
Mereka tos berdua. Meskipun Raga dan Senja kalah tapi mereka merasa bahagia bisa bersepeda berdua.

Dikediaman Dion, ketika Dion membuka pintu, ia terkejut melihat Rico tidur dikursi teras.
“Rico...” Dion masih tak percaya.
Rico perlahan-lahan terbangun sambil mengucek-ngucek mata. Ia menguap dan menggeliat seperti masih mengantuk.
“kok lo ada disini?” tanya Dion heran.
“memangnya kenapa kalau gue kesini nggak boleh?”
“bukannya nggak boleh, bukannya lo dipenjara ya?” Dion jadi semakin bingung.
“gue udah bebas” mata Rico melotot menatapnya, lalu masuk kedalam.
“lo mau ngapain?” tanya Dion menghadangnya.
“gue mau tidur ngantuk, minggir” dengan kasar  Rico menyingkirkannya.
Tampak Dion menggaruk-garuk kepala.
      Dimeja makan, Hani memanggil-manggil Dinda untuk sarapan pagi, tapi tidak ada jawaban.
“apa udah pergi ke kampus” gumamnya lirih, kemudian ia menghubungi Windi.
“hallo assalamualaikum” jawab Windi ditelpon.
“walaikumsalam, mmm gini, aku kan butuh seragam buat karyawan di kantor dan karyawan di bengkel, gimana kalau nanti siang kita ketemuan di cafe deket kantorku, bisa?”
“insyaallah bisa, nanti aku kabarin lagi ya”
“oke, aku kirim alamatnya sekarang” lalu Hani menutup telponnya mengirim pesan alamat cafe yang dimaksud.

Didepan Fakultas Ekonomi, Senja dan teman-temannya sedang menyiapkan berbagai macam bunga dan pepohonan untuk ditanam disekitar kampus. Dinda mendekati Raga yang sedang memilih bunga. Mulai dari bunga mawar yang berwarna merah maupun putih.
“sini gue bantu” sambil mengambil bunga dan pot yang dipegang Raga.
Sementara Galang cs dan yang lainnya sibuk memasukkan tanah ke dalam pot-pot bunga. Tiba-tiba Intan melintas, namun ia terkejut saat melihat ada sosok yang berwajah Nadira didepan Fakultas Ekonomi. Intan lalu mengamati kegiatan mereka.
“ngapain Nadira disini sama mereka? Ini kan anak-anak Ekonomi...” batinnya bertanya sambil mengingat, namun tiba-tiba ia mendadak sakit perut. “aduh perut gue kenapa sakit banget ya” sambil memegangi perut meringis menahan sakit. “aduh...” Intan buru-buru mencari toilet yang terdekat, tapi tidak ada.
Akhirnya Intan berlari menuju toilet di fakultasnya. Intan tidak menyadari kalau sebenarnya ia masuk toilet cowok. Setelah selesai, Intan memegangi perutnya dengan perasaan lega.
“kok lo keluar dari toilet cowok sih?” tanya salah satu mahasiswa yang ingin ke toilet juga.
“haaah berarti gue salah masuk dong...” dengan menahan malu Intan cepat-cepat meninggalkan toilet.
      Disisi lain, sebagian mahasiswa sibuk menanam pohon dipinggir jalan yang gersang, sedangkan Raga dan teman-temannya merapikan bunga-bunga yang baru ditanam di taman kampus Dinda selalu berusaha mendekati Raga, tapi Raga justru  mendekati Senja dan membantunya. Jovan yang tau perasaan Dinda mencoba menggodanya dengan memberikan ulat bulu.
“iih Jovan apa-apaan sih” gerutu Dinda sambil berlari karena jijik.
Tapi Jovan terus mengejarnya. Diam-diam Rico memperhatikan mereka dari kejauhan.
“ternyata gue benar-benar udah dilupain” ucapnya menahan kesal.
Setelah beberapa saat, akhirnya bunga-bunga cantik dan berwarna warni sudah tertata rapi didalam pot. Mereka membuat taman bunga di kampus tersebut. Bu Mega dan Pak Yuda sangat kagum melihat taman bunga yang mereka buat.
“Ibu nggak nyangka kalian bisa membuat taman secantik ini” ucap bu Mega sambil tersenyum.
“kalian hebat, bapak senang melihat kekompakan kalian seperti ini” sahut pak Yuda.
Semua menjadi senang dan merasa bangga. Sementara didalam kelas, Rico mengendap-endap masuk. Ia membuka tas Raga tapi ada mahasiswa lain tiba-tiba masuk, sehingga ia pura-pura menggerakkan badan seperti olahraga. Setelah mahasiswa itu pergi, Rico pun kembali melakukan aksinya, tapi ia teringat akan nasehat-nasehat Nadira saat membebaskannya. Rico mengurungkan niat jahatnya.

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang