part 7

122 5 0
                                    

Nirwan dan Nadia melihat restorannya sudah habis di lahap api. Kini tinggal puing-puing bekas kebakaran yang masih tersisa. Pemadam kebakaran sudah berusaha memadamkannya tapi api begitu besar sehingga tidak bisa dipadamkan secepatnya. Seketika itu Nadia menenangkan Nirwan yang histeris seakan-akan tak terima atas kejadian tersebut.
“sudah pa sudah, mungkin ini adalah takdir dari Allah”
“tapi ini satu-satunya mata pencarian kita ma” Nirwan sangat terpukul ingin berteriak tapi ia tak bisa mengeluarkan amarahnya.
“lebih baik kita pulang pa, mudah-mudahan kita dapat rezeki yang lebih baik ditempat lain” Nadia menatap Nirwan sembari mengusap bahunya.
Nadia membuka handphonenya ada beberapa panggilan tak terjawab dari Kian.
“ya ampun pa Kian, kita harus jemput ke sekolahannya” ucap Nadia cemas.
Mereka langsung meluncur menuju sekolahan Kian.

Raga  mengantar Kian naek taxi. Setelah melewati sekolahannya, Kian mencoba melihat dan mengingat alamat rumahnya. Si supir taxi pun mengantar mereka ke rumah Kian. Sesampainya dirumah kebetulan Robby tengah memainkan handphone diruang tamu.
“masuk yuk kak” ajak Kian penuh harap.
“makasih, lain kali aja kakak mampir” Raga tersenyum.
Robby yang mendengar percakapan mereka segera keluar.
”itu Kian lagi sama siapa?” batinnya bertanya, lalu ia menghampiri mereka.
“eh lo ngapain sama adek gue?” tanya Robby.
“jadi Kian ini adek kamu, tadi dia nyasar naek angkot, kebetulan aku lagi ada disana makanya aku anterin”
“kak Robby jangan marah dulu dong” balas Kian.
“hehehee..., siapa yang marah, kakak cuma kaget aja soalnya Raga ini temennya kakak” jelas Robby. “masuk dulu ga” ajak Robby.
“lain kali aja rob soalnya aku buru-buru”
“ya udah, makasih ya udah nganterin adek gue”
“iya sama-sama, assalamuallaikum”
“wallaikumsalam” jawab Robby dan Kian serempak.
Sampai di sekolahan, Nirwan dan Nadia bertambah cemas karena keadaan sudah sepi. Mereka mencari Kian kesana kemari, namun Kian sudah tidak ada lagi. Satpam yang melihat mereka kebingungan langsung menghampiri.
“maaf pak, semua anak-anak sudah pada pulang” ucap satpam.
“tapi pak anak saya” Nadia masih bingung.
“iya tadi Kian memang lagi nunggu jemputan, tapi sudah pergi naek angkot” jelas satpam.
“ayo ma kita cari Kian” dengan terburu-buru Nirwan mengajak Nadia kembali ke mobil.
      Di kantor polisi, Aresta dan Zio nampak berdebat saling menyalahkan satu sama lain dihadapan seorang polisi yang sedang mengintrogasinya.
“anda dikenakan pasal berlapis karen anda terjerat kasus pencucian uang” ucap polisi tersebut.
“tapi itu semua saya lakukan demi membahagiakan dia pak” jelas Zio melirik Aresta.
“kok aku sih yang disalahin” bentak Aresta menatapnya.
“karena kamu yang selalu menuntut aku untuk memenuhi semua kebutuhan mewah kamu” bentak Zio balik.
“sudah jangan membuat keributan disini, lebih baik kalian berdua ikuti sesuai hukum yang berlaku, mengerti”
“tapi kan saya nggak salah pak” Aresta membela diri.
“nggak ada tapi-tapian, karena kalian berdua sudah menikmati hasilnya” polisi tersebut membawa mereka ke dalam sel yang berbeda.
Aresta tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menuruti perintah polisi tersebut sambil menahan kesal didalam hati.
“siaal, gue pikir Zio cowok baik-baik, tau kayak gini mending gue sama Raga, aaaa...” batinnya berteriak didalam sel.
Aresta sangat kesal atas apa yang menimpa dirinya, sampai-sampai ia refleks menendang jeruji besi. Semua narapidana yang ada didalamnya terbangun karena kaget. Mereka menatapnya dengan tajam.
“mmm maaf..., saya nggak sengaja” ucap Aresta terbata-bata karena takut.

Robby menghentikan mobilnya dipinggir jalan, pada saat melihat Raga berjalan seorang diri memikirkan Senja sahabat kecilnya.
“RAGAA...” Robby memanggilnya dari dalam mobil.
“eh, Robby...”
“ayo naik” ucap Robby membuka pintu.
Raga masuk kedalam mobil Robby.
“oia, gue mau nunjukkin sesuatu buat lo” seru Robby.
“mau nunjukkin apa sih?” tanya Raga penasaran.
“udah pokoknya lo ikut gue”
Tidak berapa lama, mereka sampai disebuah basecamp anak-anak muda. Tampak beberapa orang didalam basecamp tersebut sedang sibuk memodifikasi mobil sport milik Robby.
“gimana? Keren nggak?” tanya Robby dengan gaya sombongnya.
“ooh aku tau, pasti kamu mau ikut ajang modifikasi mobil sport itu kan” seru Raga sembari memetikkkan jari menunjuknya.
“kok lo tau sih?” tanya Robby.
“ya tau dong, itu kan salah satu event yang lagi heboh sekarang, yang ikutan juga banyak lo” jawabnya.
“serius lo ga? Kalau gitu banyak dong yang jadi saingan gue” ucap Robby sambil mengingat.
“udah masalah menang kalah kan biasa, yang penting kamu ikut berpartisipasi, pokoknya aku pasti dukung kamu, oke” dengan semangat Raga mengangkat tangan tos bersama Robby.
“kenapa lo nggak ikutan juga?” tanya Robby kemudian.
“itu kan eventnya Ayah, jadi aku nggak boleh ikut, ya sekalian promosi mobil sport keluaran terbaru” jawabnya.
“jadi yang ngadain event itu om Akbar” 
“ya gitu deh”

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang